BAB 2 : EUREDIAN

24.4K 1.1K 80
                                    

"Semuanya sesuai rencana sabu masuk ke pelabuhan melalui kapal dagang sebanyak tiga ratus dua kilogram pukul sepuluh malam tadi tanpa dicurigai." lapor Tristan.

Riftan yang berdiri dipinggir meja kebesaran Euredian meliriknya. Tangannya menerima map bukti yang dibawa Tristan.

Didalam ruangan kedap suara diatas gedung hotel ini adalah tempat pertemuan keluarga besar Schneider. Hotel atas nama Diego itu tidak pernah dicurigai oleh pihak polisi ataupun pemerintah dan masyarakat, mereka berani bertarung ditengah kota demi melindungi diri menyamar menjadi pelayan hotel ataupun klien demi mengorek informasi dari beberapa aparat pemerintah ataupun direktur besar perusahaan yang menginap di hotel ini dengan wanita sewaan yang merupakan anggota Schneider.

Dengan bergerak ditengah ibukota lebih aman ketimbang bermain dipinggir kota yang rentan tercurigai.

Euredian Schneider menyembunyikan identitasnya di publik menjadi seorang pengusaha akomodasi besar. Hotel yang mereka jasakan adalah cabang-cabang tempatnya yang ia buka kepada masyarakat umum.

Riftan mengangguk-angguk mengerti.

"Bagaimana dengan Anya---,"

"Hei, dude! You have no right to ask!" potong Riftan seraya melirik pria yang bertopang dagu memandanginya. Riftan mengangkat pandangannya menatap Tristan. "Keluar!"

"What's wrong?" tanya Riftan melihat tangan Tristan yang terkepal, ia berdecih mengeluarkan pistol dari dalam jasnya menodongkannya kearah Tristan jika tidak segera keluar.

Riftan bersiap menarik pelatuk pistolnya tidak berbohong. Tidak menunggu lama Tristan pergi meninggalkan ruangan. Riftan menghela nafas memasukan senjata apinya lagi.

"Bunuh dia malam ini," titah Euredian membuat Riftan menoleh kebelakang bahunya.

"Terserah apa yang ada di otakmu, Signore!" ujar Riftan bangkit berdiri melangkah menuju pintu. "Jam satu," imbuhnya.

Euredian menatap Riftan. "Aku akan mencabut seluruh gigimu jika gagal,"

"Tidak mungkin," balas Riftan mendorong dinding mengambil senjata yang tepat untuk berburu malam ini.

Tangannya yang kurus dan panjang mengambil pisau lipat. Riftan menarik dinding itu agar kembali rapi. Ia menunjukan apa yang ia ambil pada Euredian.

"Biarkan Amora untukku jika aku berhasil."

Satu alis tebal Euredian terangkat. "After you succeed,"

Tiba-tiba pintu yang semula tertutup terbuka lebar menampakan wanita dengan gaun merah panjang ketat hingga betisnya berbelah dibagian sisi kiri hingga pahanya itu melangkah masuk menghampiri Euredian.

"Aku membawa tiga puluh tiga pelacur ke hotel jahanam ini, semuanya masih perawan. Apa tugasku sudah selesai sekarang?!" tanya Amora menarik dasi Euredian.

Nafas memburu dengan tatapan yang menuntut Amora sebagai tanda emosinya pagi ini pada Euredian yang menyuruhnya mencari perempuan untuk mengisi kekosongan pelacur di hotel ini yang telah lama mati dibunuh. Rasa kesalnya semakin memuncak ketika ia bangun dengan keadaan tanpa busana dikamar Riftan.

Euredian tersenyum tipis menanggapinya. Ia mendorong bahu Amora untuk melihat Riftan dibelakang punggungnya.

"Tugasmu masih berlanjut," ujar Euredian beranjak dari singgasananya beranjak pergi keluar ruangan. "Tolong jinakan singa itu Amora,"

Amora menatap punggung lebar Euredian yang telah menghilang dibalik pintu. Ia mendongak menatap laki-laki berkemeja putih dibalut jas hitam itu yang memperhatikannya. Heels hitam tingginya refleks mundur ketika Riftan mendekat.

EUREDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang