BAB 12 : EUREDIAN

12.2K 841 165
                                    

Seperti biasanya, Riftan duduk disalah satu sofa ruangan kerja Euredian. Satu alis tebalnya terangkat melihat Euredian yang dari tadi melihat layar ponselnya.

Riftan memasukan senjata apinya kedalam saku jas sebelum menyeringai. "Saya membawa berita menyangkut Salsa, Signore."

"Katakan," perintah Euredian mematikan ponselnya kini beralih menatap Riftan.

Didalam lantai paling atas gedung megah dan mewah bernama Diego itu, Riftan mengalihkan pandangannya sejenak sebelum menatap Euredian lurus. Riftan sudah menjalankan perintah sesuai keinginan Euredian tapi sebelumnya tentu saja keduanya sudah berdiskusi tentang akibatnya di masa depan.

Salsa adalah seorang putri dari pemilik Bank Aswara yang ingin mereka kartel. Sekarang, Riftan dan Euredian serta Amora sedang bersiap mengambil alih bank itu secara diam-diam dengan menamakan hukum dan mengandalkan nama hotel Diego untuk menutupi tindak kejatahan yang mereka lakukan secara halus ini.

Dengan begini kawasan Schneider semakin luas, Riftan bisa melihat masa depan apalagi semua barang yang mereka produksi untuk dijual belikan itu sudah mencangkup luar negara karena memiliki akses kawasan laut secara diam-diam.

Rumah sakit pun kadang membeli organ dalam manusia yang mereka jual dibawah mata pemerintah. Di dunia ini tidak ada yang bersih, tindak kejahatan pun kadang sebagai obat bagi mereka yang memerlukan.

"Mereka merencanakan sesuatu, Signore." ucap Riftan setelah mendengar laporan dari satu tenaga kesehatan disana yang sebagai mata-mata mereka tentang Salsa, Euredian dan Riftan tidak akan lepas tangan sebelum Salsa akhirnya mati dengan mental yang hancur.

Euredian menopang dagunya. "Apa rencana mereka?"

"Mereka ingin Nyonya merasakan hal yang sama seperti Salsa, Signore." lapor Riftan. Tak lama Riftan tertawa geli mengingat rencana teman-teman sekelas Anya. "Bahkan angin pun akan tertawa mendengar tujuan rencana mereka."

"Bagaimana caranya?" tanya Euredian.

Riftan menjatuhkan kedua sikunya diatas lututnya mulai kembali serius. "Dengan membawa Nyonya ke sebuah penginapan melalui menjalin pertemanan baik."

"Klasik." Euredian menyugar rambutnya jadi malas mendengar rencananya.

"Sekarang anda ingin apa, Signore?" tanya Riftan, sudut matanya melirik layar ponsel Euredian yang menyala karena sebuah pesan. Lockscreen ponsel Euredian tidak berubah yaitu sebuah foto gadis cantik yang terukir menjadi tatto di dadanya.

Jika dipikir-pikir, Anya sangatlah polos tercampur sedikit bodoh. Riftan pun yang sering menjadi suruhan Euredian untuk mengawasi Anya pun melihatnya sendiri bagaimana pola pikir lugu Anya yang menganggap semua orang adalah manusia baik, padahal tidak ada manusia seperti itu di dunia ini.

Dengan pola pikir itu Anya pasti mudah percaya pada oranglain. Riftan menatap Euredian dan sepertinya pikirannya sama dengan pikiran Euredian.

"Aku tidak tau siapa yang harus menjadi teman baik, Nyonya." Riftan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. "Sepertinya Nyonya memang tidak bisa memiliki teman dari dulu."

Riftan menghela nafas jenuh. "Bagaimana jika kita bunuh mereka semua hari ini, Signore? Kita tidak memiliki banyak waktu bermain dengan anak-anak SMA."

"Kita bisa merencanakan kematian mereka dengan senormal mungkin seperti kematian tertabrak, rem blong ataupun merekayasa mereka mati bunuh diri akibat tugas." Riftan berpikir sejenak, kematiannya juga klasik. Euredian pasti tidak suka rencana itu karena terdengar kurang kejam.

Riftan tersenyum kecil. "Mari kita hancurkan orang-orang terdekat mereka terlebih dahulu Signore agar kewarasannya hancur."

"Siapa yang harus kita hancurkan untuk kedua kalinya?" tanya Riftan. Pria dengan kemeja hitam polos itu menyeringai senang melihat sorot mata Euredian.

EUREDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang