Jari halusnya saling bertautan. Gadis dengan gaun putih menyaingi kulitnya itu menggigit bibir bawahnya risih dengan pandangan penjaga di ujung ruangan kerja Euredian. Anya menarik nafas kemudian melirik penjaga itu yang terus menatapnya.
Anya tidak suka dengan tatapan pria itu.
"Eumm ..." Anya mengalihkan pandangannya melihat-lihat interior ruangan kerja Euredian. Derap langkah terdengar dari luar membuat Anya menoleh, pupil matanya melebar berharap yang datang adalah sosok Euredian yang mungkin bisa membebaskannya dari tatapan pria di sudut sana yang seakan ingin menerkamnya.
"Selamat pagi Tuan!" satu kalimat hormat itu didengar oleh Anya dari luar sana secara terus-menerus. Hingga pintu terbuka, pria yang dari tadi memandanginya itupun menyapa Euredian yang diikuti oleh satu pria asing.
Pria tadi sedikit membungkuk hormat. Anya sempat melihat mata pria itu tertuju padanya terlebih dahulu sebelum pergi.
"Argh," desis Riftan melirik kepergian Tristan.
Riftan menoleh dengan kehadiran Anya didalam ruangan Euredian. "Selamat pagi Nyonya Schneider!" sapa Riftan sedikit membungkuk memberikan hormat.
"Bagaimana kabar anda pagi ini?" tanya Riftan sembari mendorong dinding untuk mengambil senjata. Hal itu sontak membuat Anya terkejut. "Maaf, tapi saya perlu mengambilnya."
Riftan kembali menutup dinding itu hingga rapi setelah mengambil borgol. Ia menunjukan apa yang ia ambil pada sang bos sebelum pergi Riftan mengernyit dan mendekati Euredian.
Mereka berbisik-bisik dalam bahasa asing yang tidak diketahui Anya. Gadis itu hanya memperhatikan interaksi keduanya tanpa mengetahui artinya.
"Tunggu nanti malam Signore!" ujar Riftan keluar dari ruangan Euredian. Kepala Tristan harus pecah malam ini.
Anya mendongak menatap Euredian yang menghampirinya. Tatapan laki-laki itu begitu menuntut membuat Anya mengalihkan pandangannya, hilang pria tadi sekarang datang yang lebih gila. Anya melirik Euredian yang duduk disampingnya. Raut wajah laki-laki itu sangat menyeramkan.
Anya tidak tau dengan isi kepala orang seperti Euredian. Orang tidak berperasaan yang membunuh orangtuanya, memaksanya menikah, mengatur-atur hidupnya seenak jidatnya. Anya memperhatikan Euredian intens, rahang tegas seperti memperlihatkan wataknya, sorot matanya yang tajam, alis yang tebal, kulitnya putih pucat dan bibir sedikit gelap karena rokok.
Selain usia mereka terpaut sangat jauh, Anya juga takut pada Euredian. Ia takut Euredian menyiksanya, memutilasinya, atau lebih parah membunuhnya perlahan seperti di film-film. Tubuh Anya merinding membayangkannya, dari kekejaman Euredian di internet yang sedang menjadi buronan. Laki-laki itu justru terlihat tenang, seakan hidupnya adalah benar-benar pengusaha akomodasi. Hal itu benar-benar tidak sesuai dugaan Anya, ia kira selama ini para penjahat akan gemetar ketakutan ketika sudah di cap menjadi buronan.
Anya sudah mengetahui sekarang jika Euredian tidak pernah memberitahu namanya ke publik. Euredian di dunia bisnis di mata publik sering dikenal Tuan Schneider sedangkan bisnis kotornya yakni Signore. Signore adalah buronan para aparat kepolisian selama beberapa tahun ini.
Anya tidak habis pikir ada orang seperti Euredian yang mengaku menyukainya. Pria perokok, minum-minum keras, maniak seperti Euredian. Anya jadi curiga Euredian pernah menghirup narkoba ataupun sejenisnya terlihat dari tubuh tinggi dan kurusnya. Bahkan jari-jari panjang laki-laki itu pun terlihat kurus dan bawah matanya yang menghitam menambah kesan tatapan tajam dan congkaknya.
Jari panjang Euredian menyentil dahi Anya menghentikan lamunan sang istri.
"Kenapa?" suara berat itu membuat Anya refleks menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUREDIAN
RomanceAnya Galdriella(18) dipaksa menjadi istri seorang penjahat yang telah membunuh seluruh keluarganya. Sosok yang tidak berperasaan, dominan, tidak ingin dibantah dan pemaksa--- Euredian Schneider(32). Ketidakberdayaan Anya melawan Euredian seringkali...