BAB 9 : EUREDIAN

12.5K 811 144
                                    

Rok hitam bergaris lima centimeter diatas lututnya itu berkali-kali Anya remas karena menahan diri atas suasana yang tidak nyaman didalam ruangan kerja Euredian yang mewah.

Disana ada Amora, Riftan dan Euredian yang duduk disampingnya. Anya menatap Amora yang dari tadi memperhatikannya, tatapan Amora di seberang sana seperti tidak suka akan kehadirannya sejak setengah jam yang lalu.

Anya dijemput pulang sekolah oleh sopir pilihan Euredian dan dibawa ke hotel Diego tempat Euredian bekerja, tapi Anya tau bukan menjadi pengelola hotel pekerjaan Euredian yang sebenarnya, laki-laki itu melakukan hal kotor untuk menguasai dunia dengan membawa baik marga Schneider didepan publik.

Riftan tertawa sopan mencairkan suasana yang terasa mencekam karena Amora yang terlihat tidak bersahabat dengan Anya yang lugu, polos dan cantik didepannya.

"Akhir-akhir ini langit sering mendung ya, Nyonya." ujar Riftan memulai percakapan dengan Anya.

Anya menoleh kemudian mengangguk. "I-iya,"

"Bukan kah kamu seharusnya berterimakasih kepada Signore, jika bukan karena Signore mungkin sekarang kamu pulang kepanasan dan kehujanan?" Amora berdecih melihat tatapan polos Anya, ia sangat benci kepada gadis ini.

Euredian yang sedang memainkan ponselnya melihat grafik mengangkat kepalanya menatap Amora. "Tutup mulutmu,"

"Kenapa?" tanya Amora, ia tersenyum simpul. "Bukan kah itu kenyataannya?"

Anya menatap Euredian, tatapan pria itu sangat tajam hingga Anya merinding melihatnya.

"Bukan urusan kamu Amora untuk menghakimi Anya harus berterimakasih atau tidak." balas Euredian.

"Cinta membutakan kamu hingga sebodoh ini--,"

"Kami akan keluar sekarang, Signore." potong Riftan. Ia menarik tangan Amora agar mengikuti langkahnya keluar dari ruangan Euredian secepat mungkin, Amora tidaklah tau dengan arti tatapan Euredian.

Amora adalah wanita setia yang bekerja untuk Euredian mempertaruhkan nyawanya sayangnya Amora kadang lupa jika mereka telah berjanji mereka pantas mati untuk Euredian.

Anya menatap punggung Riftan dan Amora yang menjauh kemudian hilang dibalik pintu itu tidak mengerti. Ia menoleh kearah Euredian yang kembali menatap layar ponsel.

Anya sedikit membungkuk kepada Euredian membuat pria itu menatapnya.

"Ma-makasi Eu-euredian," ujarnya seperti penuturan Amora tadi. Anya mengangkat kepalanya ketika merasakan usapan dipuncak kepalanya.

"Aku tidak suka kamu berterimakasih dengan hal yang sudah seharusnya aku lakukan dan kamu dapatkan," Euredian mendekatkan wajahnya dengan wajah cantik istrinya. "Mengerti Anya?"

"I-i-iya." Anya mengangguk paham, didalam pikirannya memangnya apa yang harus ia dapatkan hingga tidak harus berterimakasih kepada Euredian? Semua yang diberikan Euredian adalah hal-hal yang belum pernah Anya dapatkan sebelumnya, seperti pakaian bagus dan cantik serta mahal, uang yang banyak dan semuanya tercukupi, rasanya benar kata Amora, ia harus berterimakasih kepada Euredian.

Tapi Anya tidak bodoh, Euredian lah yang membunuh kedua orangtua angkatnya, rasa takut Euredian akan melakukan hal yang sama kepadanya itu tidak pernah hilang.

Anya melirik sebotol air mineral diatas meja tepat didepan Euredian. "Eu-euredian A-anya bo-boleh minum a-air ya-yang itu?"

"Boleh." Euredian menggeser botol didepannya menjadi didepan Anya, tidak lupa Euredian membuka kan tutupnya karena masih bersegel.

"Kamu sudah makan siang Anya?" tanya Euredian meletakan ponselnya diatas meja. Sorot matanya tertuju pada Anya yang sedang meminum air mineral tadi.

Anya mengangguk. "U-udah, ka-kalau Euredian?"

EUREDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang