BAB 17 : EUREDIAN

20K 1.2K 722
                                    

Malam ini turun hujan tepat Rama sedang membuang sampah di tong daur ulang. Dua kantong yang dibawanya ia taruh di tanah sembari membuka penutup sampah.

Payung ditangannya, dipegangnya erat ketika angin bertiup kencang. Rama menghela nafas dan membuang sampahnya.

"Apa kamu masih memilih sampah jam segini?" suara itu membuat Rama refleks menoleh mendapati seseorang yang juga sedang memegang payung berdiri dua meter darinya.

Dibawah penerangan lampu kompleks, Rama bisa melihat sebagian dari wajahnya.

"Oh iya," jawab Rama kembali melanjutkan kegiatannya. Pupil mata Rama seketika membesar melihat lawan bicaranya.

"Sama, aku kesini juga sedang ingin berurusan dengan sampah." lanjut Euredian mengangkat sedikit payungnya agar Rama bisa melihat wajahnya dengan jelas sekarang.

Raut wajah pucat pasi Rama benar-benar Euredian sukai. Rama melirik tangan Euredian yang tidak terdapat apapun, mendadak tubuhnya merasa menggigil melihat sorot mata Euredian.

Pria itu adalah pria kemarin yang bersama Anya. Dia yang menghantam rahangnya hingga patah dan akhir-akhir ini Rama baru saja keluar dari rumah sakit. Hubungannya dengan Anya pun tiba-tiba terputus.

Lalu, kenapa sekarang pria ini mencarinya dengan tatapan penuh kebencian? Rama memegang payungnya erat.

"Kenapa lo natap gue kaya gitu?" Rama menelan ludahnya, dalam hal seperti ini seharusnya ia tidak boleh panik.

Euredian memiringkan kepalanya sebelum kembali menatap Rama dengan sorot kematian. "Apa hubunganmu dengan Anya?"

"Anya?" beo Rama. Terlihat dari raut wajahnya, sepertinya pria ini pencemburu. Pria ini juga menyukai Anya, batin Rama.

Sekarang Rama jadi bingung menjawab pertanyaan Euredian. Apa yang harus ia jawab. Hubungannya dengan Anya tidaklah begitu istimewa tetapi ketika dulu, ia sering menemaninya Anya pulang sekolah maupun kerja.

Walaupun keadaan Anya yang cacat dari lahir, Rama tetap menyukainya karena ketulusan. Anya begitu tulus ketika melakukan kebaikan untuk oranglain.

"Gue-," Rama melirik Euredian sekilas kemudian mengalihkan pandangannya. "Gue pikir gue laki-laki yang disukai, Anya." jawab Rama berani.

Satu alis tebal Euredian terangkat, sorot matanya meremehkan.

"Itu aneh, selain aku tidak mungkin Anya menyukai pria lain." balas Euredian.

Euredian mendekat, ia berbisik ditelinga Rama. "Menjijikan,"

"Argh--," gerakan yang tidak dapat dibaca Rama, pisau kini tertancap di perutnya, padahal Rama tadi melihat tidak ada apa-apa ditangan Euredian. Rama meringis menyentuh perutnya. "Lo gila?!"

Payung yang dipegangnya terlepas, darah mulai mengalir di tanah yang basah karena rintik hujan. Rama menekuk lututnya dan memegang perutnya yang terus mengeluarkan darah itu erat, rasanya sangat sakit.

Euredian melirik tangannya, ia tersenyum sebelum menjilat percikan darah dijari telunjuknya. Rasa darah Rama sangat buruk.

"Apa yang mau lo lakuin?!!" tanya Rama mendongak menatap Euredian, lagi-lagi sorot itu membuat Rama ingin kabur.

"Membuang sampah sepertimu." jawab Euredian mengeluarkan revolvernya, menempelkan ujung senjatanya pada dahi Rama.

Euredian melihat pesan yang dikirim Rama pada salah satu akun sosial media Anya dan Anya menjawab pesan itu rasanya hati Euredian mendidih. Walaupun, pesannya hanya sekedar memastikan akun dan menanyakan kabar.

EUREDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang