BAB 6 : EUREDIAN

14.2K 866 152
                                    

"Ini bagus untuk pasutri baru," ujar Riftan menyodorkan MacBook-nya diatas meja menunjukan layar yang tertera disana pada Euredian.

Sudut bibirnya tertarik membuat senyuman iblis. "Tonton lah bersama Anya, dude!"

"Mendoktrin istriku dengan ini?" Euredian menatap Riftan tidak bersahabat. Video porno dilayar MacBook itu memang terlihat dan terdengar sangat panas, namun Euredian yang masih terngiang desahan Anya tadi pagi, menganggap desahan dari MacBook itu bukanlah apa-apa.

Riftan terkekeh geli. "Harus ku sensor atau tidak Signore?" tanya Riftan sebelum mengunggah video berdurasi dua belas menit itu kedalam situs terlarang yang mereka buat.

Setelah berdiskusi sejenak akhirnya Riftan mengangguk paham. "Anda harus melihatnya langsung Signore," ujar Riftan mengunggah video itu tanpa sensor setelah berdiskusi cukup serius demi uang.

"Harus ku apakan mayat Tristan?" Riftan menoleh pada Euredian yang duduk di single sofa sembari menunggu videonya terunggah.

Euredian mengusap pelipisnya berpikir. "Ambil bagian penting, sisanya bakar,"

Riftan terdiam sesaat mencerna jawaban Euredian kemudian menyandarkan punggungnya disandaran sofa meraih pemantik dan sebatang rokok diatas meja. "Tidak merokok lagi?"

Riftan melirik Euredian yang beberapa hari ini tertangkap tidak merokok. Setahunya Anya tidak memiliki riwayat penyakit asma selain gagap karena terlahir prematur.

"Dominic ingin segera bertemu denganmu Signore," Riftan menyesap nikotin di selipan jarinya dalam-dalam. "Akan ku atur tempatnya,"

"Seharusnya tidak perlu susah-susah, Signore. Kartel saja sahamnya," usul Riftan. "Dominic akan menyiapkan strategi untuk peluru dan senjata."

Euredian menoleh. "Menyusun menyeludupkan kartel ditengah-tengah kejaran polisi? Bank itu sedang di awasi polisi, jangan bergerak sebelum mereka lengah."

"Permainan ini membosankan, Signore," ujar Riftan memutar matanya jenuh. "Bank Aswara hanyalah ilusi yang harus kita singkirkan untuk mencapai yang lebih besar."

Riftan menganut dikte yang mementingkan diri sendiri, tentang ribuan karyawan yang menggantung hidup di bank Aswara sebentar lagi akan terancam menjadi pengangguran. Riftan tidak peduli, hidup mereka sama-sama susah, tidak ada hidup yang bahagia sejak lahir, semuanya hanyalah kebohongan. Dunia adalah neraka yang dianggap surga oleh orang bodoh.

Kenyataan dari hidup yakni kesengsaraan yang tidak memiliki ujung. Sudahlah hidup susah, matipun belum tentu masuk surga, maka lebih baik berbuat dosa yang akan jelas membawanya kedalam ambang kepastian tanpa keraguan dan tidak menaruh harapan.

Bagi Riftan, kebahagian sudah lama mati sejak ia lahir di dunia ini yang ada hanyalah kesepian, sengsara, dan bertahan untuk tetap hidup tanpa imbalan yang pasti.

Dan pikiran Riftan sejalur dengan Euredian yang telah kehilangan rasa takut dan belas kasihan. Masa kelam Euredian yang membantai keluarganya sendiri adalah kisah kejam yang bahkan sejahat apapun Riftan tidak akan berani melakukannya.

Riftan menyayangi keluarganya yang tidak pasti namun Euredian-- ayah kandung laki-laki itu pun mati dengan dua belas tusukan di perut, dada, dan kepala. Apalagi yang pantas selain disebut sebagai binatang? Riftan bahkan hingga terbahak keras ketika Euredian mengatakan ingin menikahi seorang gadis yang menurutnya sangat suci.

Riftan sebut, hidup Anya sangat beruntung diperkenalkan kepada Euredian.

Setiap wanita ingin memiliki seorang pria yang mapan, pekerja keras, tampan, penyayang dan memiliki sisi lembut, Riftan tidak bisa berjanji Euredian mampu melakukan dua kategori terakhir. Euredian memang kaya dijalan haram, pekerja gila dan Euredian tampan tanpa bisa di elak.

EUREDIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang