Pagi-pagi sekali Anya sudah siap dengan seragamnya, batik putih bercorak hitam dan rok hitam bergaris lima centimeter diatas lutut dan kaos kaki hanya sebatas betisnya. Perempuan itu menggerai rambutnya yang lurus dan licin kadang Anya pun sulit untuk mengikatnya karena mudah kendur.
Anya menyingkirkan anak-anak rambutnya terlebih dahulu sebelum menoleh kearah Euredian yang masih tidur diatas kasur, Anya menoleh kearah jam dinding yang masih menunjukan pukul setengah enam pagi.
Anya menatap dirinya sendiri di cermin sekali lagi, ia tidak menggunakan polesan apapun kadang hanya sunscreen untuk pergi ke sekolah. Anya menatap lipstik yang ia beli menggunakan uang Euredian itu sendu, ia ingin menggunakannya.
Tangan mulus itu meraih lipstiknya dan mengoleskannya pada bibirnya, yang awalnya sudah merah kini berganti sedikit peach. Anya menyunggingkan senyumnya melihat bibirnya sekarang, Anya hanya menggunakannya sedikit.
Perempuan itu menunduk untuk merapikan kancing kemejanya, kemudian meraih sunscreen dan mengaplikasikannya ke wajah, tangan Anya mengipasi wajahnya sendiri berharap sunscreen diwajahnya segera meresap kemudian di timpa lose powder.
Anya meraih sisir untuk merapikan rambutnya lagi namun tetap saja anak-anak rambutnya tidak bisa diatur berhamburan didepan dahinya. Anya menghela nafas kemudian menyingkirkannya menggunakan tangannya sendiri tidak lagi menggunakan sisir.
Setelah merasa cukup Anya berbalik menatap Euredian, laki-laki itu jika tidak dibangunkan maka tidak akan bangun. Anya tidak bisa pergi dari rumah sesuka hatinya karena Euredian melarangnya pergi tanpa ijin laki-laki itu.
Anya merangkak naik keatas kasur dan duduk bersimpuh disamping Euredian yang berbaring telungkup, seperti biasanya Euredian tidak akan menggunakan atasan memperlihatkan otot dan bekas luka dipunggung hingga tatto ditubuhnya.
Anya menyentuh lengan Euredian dan mengguncangnya pelan. "Eu-euredian ba-bangun,"
Tidak ada feedback yang diharapkan membuat Anya mengguncang lengan Euredian lebih kuat. Perempuan itu menarik nafas dalam-dalam kemudian mencubit lengan keras laki-laki itu.
"Eu-euredian--- ba-bangun nanti A-anya telat," Anya menyerah perempuan itu menjatuhkan diri disamping Euredian ikut berbaring, padahal belum sampai tiga menit Anya mencoba membangunkan Euredian.
Tidak ada hal yang Anya kerjakan hingga sorot matanya memperhatikan raut wajah lelap Euredian, jika kelopak mata itu terbuka pasti Anya akan mengalihkan pandangannya karena tatapan Euredian sangat tajam dan mendominasi.
"A-anya engga ma-mau telat Euredian," gumam Anya didepan wajah Euredian yang masih tertidur. Ia menusuk-nusuk lengan Euredian dengan jari telunjuknya berharap laki-laki itu bangun dengan tusukannya.
Nyatanya nihil, Euredian masih terlelap. Anya jadi penasaran jam berapa Euredian tidur tadi malam, tidak hanya tadi malam tetapi malam-malam biasanya jika pagi saja susah sekali untuk bangun.
Anya mengangkat tubuhnya sedikit menopang tubuhnya dengan siku kanannya sedangkan tangan kirinya mencoba meraih ponsel di meja tepat di belakang Euredian.
Euredian yang terusik karena hembusan nafas mengenai matanya, ia membuka matanya yang terasa berat langsung disuguhi bibir ranum istrinya.
Anya meraih ponselnya dan menjauh, pupil matanya membesar mendapati kelopak mata Euredian telah terbuka dan kini sorot mata yang Anya hindari itu sedang menatapnya.
"A-anya--," Anya refleks hendak turun dari kasur menjauh dari Euredian tetapi tangannya lebih dulu ditarik oleh laki-laki itu hingga tubuhnya limbung terjatuh diatas tubuh Euredian yang sudah berganti posisi menjadi telentang.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUREDIAN
RomanceAnya Galdriella(18) dipaksa menjadi istri seorang penjahat yang telah membunuh seluruh keluarganya. Sosok yang tidak berperasaan, dominan, tidak ingin dibantah dan pemaksa--- Euredian Schneider(32). Ketidakberdayaan Anya melawan Euredian seringkali...