Dada Anya naik-turun sedang mengatur nafasnya yang tidak beraturan akibat ulah Euredian yang berbaring disampingnya.
Ia meraih kaos Euredian disudut kasur dengan kakinya dan mengenakannya secepat mungkin. Tatapan tajam laki-laki itu yang tertuju padanya membuat Anya terus merasa terintimidasi.
"Eu-euredian ja-jangan ngeliatin A-anya ka-kaya gitu ..." tegur Anya melirik takut pada Euredian.
Anya beranjak duduk dan menoleh kearah Euredian yang masih memperhatikannya. Ia memainkan jari-jarinya dibawah lututnya yang tertekuk sembari mengedipkan matanya berkali-kali karena ada anak rambutnya yang menganggu pandangannya.
Peluh menghiasi kening dan kulitnya, hingga ujung rambutnya basah begitupun rambut Euredian. Tangannya yang halus gemetar saat Euredian beranjak bangun dan mencium pahanya yang terlihat bebas karena kaos Euredian hanya sebatas pertengahan pahanya itupun tersingkap karena Anya menekuk lututnya.
Anya meraih tisu hendak untuk membersihkan kewanitaannya yang lengket namun tangan Euredian menarik pinggangnya hingga ia oleng menubruk dada bidang laki-laki itu yang tidak menggunakan baju memperlihatkan tatto dan otot perutnya.
"U-udah, ya." pinta Anya memohon. Ia sudah tidak sanggup seandainya Euredian tidak mau berhenti.
Tubuhnya terasa remuk, pinggangnya pegal, kewanitaannya sakit, tubuhnya lelah, matanya mengantuk dan lebih parahnya sekarang Anya seperti tidak memiliki tenaga sama sekali. Euredian tidak mau berhenti di satu kali pelepasan padahal tadi adalah percintaan pertama mereka.
Anya tidak bisa menghitungnya seberapa lama Euredian memasukinya. Rasanya baru saja kewanitaannya bebas dari Euredian.
Sorot sayu Anya tertuju pada Euredian yang kini memandanginya. "Eu-euredian?"
Kulit mulus perempuan itu kini dipenuhi memar-memar samar karena ulah Euredian, hampir di seluruh kulitnya. Bahkan paha dan punggung Anya pun tak luput dari tanda kepemilikan Euredian.
Tangan Anya terulur mengusap pipi Euredian kemudian menyengka rambut Euredian agar tidak menutupi dahinya. Wajah Euredian sangat dekat dengannya hingga Anya tidak bisa menahan senyumnya melihat wajah tampan itu yang seperti berharap sesuatu.
"Jangan ka-kaya gini." Anya mengalihkan pandangannya, pipinya memerah melihat Euredian.
Euredian mencium bibir merah Anya yang bengkak. Euredian tidak sadar telah menghisap bibir Anya sekuat ini. Euredian menyudahi ciumannya dan menoleh kearah jam dinding.
Sudah pukul tiga dini hari. Euredian melirik Anya yang sedang mengatur nafas itu sekilas sebelum menciumi lutut mulus Anya.
Euredian mengusap paha Anya pelan. "Mau kemana?"
"Kewanitaan A-anya sakit." ucapnya mengadu. Anya menatap Euredian dan mengelak ketika bibirnya hendak dicium lagi, ia menyentuh dada bidang Euredian dan mendorongnya. "A-anya ngga ku-kuat main lagi."
Anya gemetar melihat kejantanan Euredian. Melihatnya saja sudah membuat Anya ingin mundur, tetapi Euredian adalah suaminya yang berhak mendapatkannya. Anya pikir Euredian mau berhenti di satu pelepasan mengingat kejantanan laki-laki itu seperti itu untuknya pertama kali, nyatanya Anya salah besar. Hingga Anya merengek pun, Euredian tak kunjung mau berhenti.
Euredian meraih tangan Anya, ia menautkan jari-jari mereka sebelum mencium punggung tangan Anya. "Biar aku lihat."
"Ngga!!" pekik Anya, pipinya bersemu malu sembari merapatkan pahanya.
"Kenapa?" tanya Euredian dengan tampang sok polosnya. "Aku hanya melihatnya, Anya."
"A-anya malu," tutur Anya jujur, ia menahan senyumnya menghindari tatapan Euredian.
KAMU SEDANG MEMBACA
EUREDIAN
RomanceAnya Galdriella(18) dipaksa menjadi istri seorang penjahat yang telah membunuh seluruh keluarganya. Sosok yang tidak berperasaan, dominan, tidak ingin dibantah dan pemaksa--- Euredian Schneider(32). Ketidakberdayaan Anya melawan Euredian seringkali...