1 | Dega

34.1K 2.6K 311
                                    

Buku ini ada dua versi, guys! Yang satu ditulis semangkalegit dengan judul DEGA, pov Mas Al

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Buku ini ada dua versi, guys! Yang satu ditulis semangkalegit dengan judul DEGA, pov Mas Al.
Dan buku yang ini ditulis gue dengan Judul ALFARIZKY, pov Dek Dega.

Buku ini spin off, bisa dibaca terpisah, tapi lebih seru kalau dibaca dua-duanya, lo bisa baca Buku ini dulu nyampe tamat, abis itu ke buku sebelah.

Vote!
Happy reading!

.

.

.

"Oke, selesai hari ini," ucap guru privat gue dengan berkemas. "Ibu permisi pulang, yah, Prabu ... semangat latihannya, bentar lagi ujian,"

Gue ngangguk. "Terima kasih, Bu,"

Dan seperginya Bu July gue beresin lagi buku-buku fisika di meja. Keluar ruang belajar dan naik ke kamar.

Masuk, tutup pintu dan duduk di depan akuarium Orenjus. "Hallo, Orenjus!" sapa gue dengan nempelin ujung jari telunjuk ke kacanya.

Dan pasti akan selalu Orenjus balas dengan nempelin tangan kecilnya juga ke kaca nyambut jari telunjuk gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan pasti akan selalu Orenjus balas dengan nempelin tangan kecilnya juga ke kaca nyambut jari telunjuk gue.

Lucu, dia temen gue satu-satunya, yang gue ajak ngobrol dan ajak main.

Gue, Prabu Arya Pandega, 18 tahun pengidap Agoraphobia dan memiliki panic attack parah, makanya gue home schooling, tapi itu dimulai dari kelas tiga SD.

Gue nggak bisa ketemu orang banyak, gue nggak bisa berada di keramaian.

Gue anak tunggal, Mommy Daddy sayang banget sama gue, mereka menuhin semua kebutuhan dan memaklumi anaknya yang begini.

Gue ansos, tapi penulis di salah satu web novel dan selalu mencoba bersikap ramah. Alasan kenapa gue jadi penulis, gue ngebayangin diri jadi tokoh yang gue ciptakan, di sana gue bisa bersosial, punya temen, atau bahkan geng motor, meski dalam bentuk fiksi dan imajinasi. Lucu, tapi gue jadi punya dunia, dunia yang gue bangun sendiri.

Selesi kelas, gue nggak ngapa-ngapain, kerjaan gue cuma scroll media sosial yang gue punya, yang tanpa follower, tanpa follow siapa pun dan tanpa posting apa pun, private dan udah pasti mode gelap.

Atau gue baca-baca artikel nggak jelas, ramalan bintang, dilanjut nonton boyband negeri ginseng.

Yaa ... gue fanboy juga, agak lain emang, tapi gue suka mereka, mereka cowok cantik, tapi nggak didiskriminasi justru dicintai. Lalu menjadikan mereka panutan juga biar tetap waras dan bahagia.

Bahagia gue sederhana, gue nggak perlu nyari kebahagiaan di luar rumah, karena dunia gue semuanya udah ada di dalam rumah, bahkan di dalam kamar gue.

Orenjus misalnya, kadang gue bisa ketawa cuma liat polahnya. Apalagi web di mana gue tumpahin segala imajinasi ke sana.

"Sayang, makan siang," pintu dibuka dari luar dan mommy nyembulin kepala manggil gue buat makan.

Gue ngangguk dan mommy senyum kemudian tutup pintunya lagi.

"Lu makan kuaci dulu, Orenjus! Nanti gue bawaain stroberi dari bawah," kata gue ke Orenjus setelah ambil sejumput kuaci di kantong sereal hamster yang gue simpen di laci bawah akuarium.

Keluar kamar lalu turun ke dapur nyamperin mommy yang lagi ambilin nansi ke piring.

"Mommy bikin perkedel kesukaanmu," kata beliau sambil terus senyum.

Gue narik kursi meja makan kemudian duduk.

"Makan yang kenyang, jangan kurus," Mommy ambilin dua potong perkedel tadi ke atas piring yang beliau taruh di depan gue.

Dan gue cuma ngekekeh, jujur ini kebanyakan.

"Atau mau Mommy suapin?" Mommy duduk di sebelah gue.

"Mom," Gue pasang muka jengah. Nggak tahu, mommy selalu nganggap gue bayi kecilnya.

Mommy senyum dan usak puncak kepala sayang. "Ya udah makan, mommy ke depan,"

Gue ngangguk.

Mommy adalah ibu terbaik sealam semesta, gue nggak mau ngecewain Mommy barang semili, meski ada bagian dari dalam diri gue yang terus seolah memberontak dan mendorong untuk bicara yang sebenarnya, bahwa gue kayaknya nggak mampu jadi sempurna sesuai inginnya.

Mommy selalu berkata, "Dewasa nanti Dega bakalan nemuin gadis cantik lalu hidup bahagia kaya Ken dan Barbie, tapi tolong tetap cintai mommy,"

Saat itu gue cuma bisa senyum tipis, gue janji bakalan mencintai mommy bahkan sampai mati pun setelah kematian, tapi gue nggak mau Barbie, karena yang gue mau justru Ken.

Dan yang menjadi pertanyaan, apa mommy bisa nerima dan mommy tetap sayang ke gue? Haha ... kayaknya nggak, karena jelas itu menentang norma. Jadi itu yang selalu gue pendam. Mungkin akan selamanya gue pendam, karena gue nggak mau ngecewain mommy hanya karena masalah orientasi.

Gue makan, selesai makan gue beresin semua dan cuci sekalian piring bekas makan. Buka lemari mendingin dan ambil susu stroberi juga yupi, pun permen susu nggak lupa buat temen gue nulis nyampe senja nanti.

Buah stroberi juga, karena tadi udah janji ke Orenjus buat kasih ke dia.

Tbc ...

Rabu, 12 Oktober 2022

Ini fiksi, murni fiksi kolaborasi gue sama author semangkalegit, tolong berikan banyak cinta untuk kedua bukunya. We love you

See you next chapter!

ALFARIZKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang