Vote!
.
.
.
Selesai mandi dan ganti pakaian gue noleh ke ranjang lagi di mana Mas Al masih bergelung nyaman di selimutnya.
Mau bangunin tapi mending biarin aja, gue pengin bantu ibu bikin sarapan, anggap aja latihan pake bahasa cinta yang kaya Mas Al punya—melayani.
Keluar kamar dan dengan hati-hati gue tutup pintunya lagi. Turun kemudian berbelok ke dapur. Di sana Ibuk sama Mbak Ulfah sibuk sama beberapa toples kue kering yang siap dibawa ke toko.
"Ibuk mau ke toko?" tanya gue mendekat ke arah mereka.
"Udah bangun, Dek? Iya Ibuk sama mbak Ulfah mau ke toko, banyak pesanan mendadak," jawab Ibu masih sibuk.
Gue ngangguk sambil liatin bertoples-toples kue kering yang lagi di tata itu.
"Ibuk tadi sengaja buatin lebih satu toples kanggo Mas Al karo Adek, tapi pesaanan nanbah satu toples lagi," Ibuk natap gue iba. "Nanti sore Ibuk buatin lagi, nggih?"
Gue senyum kemudian ngangguk. "Kalau nggak nanti Dega buat sendiri aja, Buk ... kan kemaren Ibuk sempet ngajarin,"
Ibuk balas senyum bangga. "Yo wes, Ibuk tak berangkat dulu," Ibuk pamit. "Adek kalau mau sarapan, sarapan seral dulu atau kalau ndak, minta Mas Al masakin lagi,"
Gue ngangguk dan acungin jempol.
"Yo wes, Ibuk pamit,"
Dan gue salim pun cium tangannya sebagaimana Mas Al selalu ngajarin.
"Monggo, Mas Dega," Mbak Ulfah pamit lalu diikuti ibuk ninggalin gue sendiri.
seperginya mereka gue kedip-kedip nyorot sisa bahan kue kering yang Ibuk dan mbak Ulfah bawa tadi. Mas Al itu suka banget sama lidah kucing, kue kering manis susu apalagi kalau ditambah keju.
Senyum tipis, gue pengin pake bahasa cinta nya Mas Al yang selalu manjain gue dengan sentuhan pun pelayanan. Jadi mungkin gue sarapan nanti aja, mau bikinin lidah kucing dulu sambil nunggu mas Al bangun dan kami sarapan bersama nanti.
Gue mulai bergerak, ambil apron kemudian pasang, ke washtafel dan cucu tangan. "Oke! Ayo kita buat kue!" monolog gue ala chef.
Gue ambil mangkuk, masukin butter, margarin, dan gula halus, setelah itu gue mixer. Gue bisa kok! Ini kue kering yang lumayan gampang dibikin.
Adonan nggak lama jadi mengembang pucat, dan itu artinya saatnya masukin putih telur, dan kocok lagi sambil sesdikit demi sedikit tepung masukin terigu. Dilanjut susu bubuk full Ccream. "Mas Al pasti suka," Senyum gue makin merekah banyangin mas Al cicip ini nanti. Lanjut maskin tepung maizena dan kocok lagi.
"Selesai!" Gue matiin mixer. Nengok ke sebelah meja masih banyak sisa keju parut. "Mas Al suka keju," Gue ambil dan tambahkan ke adonan terus aduk rata pakai spatula. "Ini pasti enak," Dan colek sedikit pake jari kelingking terus jilat. "Emm ... Prabu Arya Pandega memang yang terbaik," puji gue ke diri sendiri.
Gue ambil piping bag dan masukin adonan ke sana. Abis itu ambil loyang dan olesin mentega. Jangan harap sambil bersenandung ria, karena sejujurnya gue lebih banyak diamnya, cuma karena sana Mas Al aja jadi rada berisik.
Pelan gue sempotkan adonan ke loyang, setelah semua habis tinggal gue panggang. Atur waktu selama 30 menit dengan suhu 160° celcius. "Oke!" Gue tepuk-tepuk telapak tangan ringan tanda selesai dari acara buat lidah kucing.
Tarik napas kemudian ngerling, senyum sendiri dan ingat janji diri mau pake bahasa cinta yang sama kaya Mas Al. Jadi gue punya ide siapin sarapan.
Jalan ke lemari pendingin, buka terus nemu buah baga di sana, gue ambil dan nggak lupa ambil susu juga sereal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALFARIZKY
Teen FictionDia Alfarizky, cowok yang kasih tahu gue bahwa dunia itu indah, dunia nggak semenyeramkan apa yang gue pikirkan, dunia bakalan ramah kalau kita ramah. katanya, "Jadilah orang baik, maka kamu akan diterima di mana pun dan siapa pun, tanpa ditanya suk...