23 | Cinta Segitiga Sama Kaki

5.5K 792 44
                                    

Vote!

.

.

.

"Kok bawangnya bangak banget, Tan?" tanya gue ke tante Winda yang lagi nirisin cabe dan bawang yang baru aja selesai digoreng layu lalu ditaro ke ulekan sambel.

"Kan namanya sambel bawang, De ...," jawab tante Winda dengan nambahin garam, gula, penyedap.

Gue ngangguk. Gue nggak terlalu suka pedes, malah hampir sama sekali nggak suka. Suka, tapi tergantung itu masih bisa dimakan dan diterima lidah gue atau nggak.

"Ikan bakar sama sambel bawang itu pasangan yang pas dan cocok, pokoknya enak." kata tante Winda sambil mulai ngulek sambel. "Kata Fariz, Dega nggak suka pedes yah?"

Gue noleh ke Mas Al yang lagi asik ngobrol sama om Sandi sambil kipas-kipas ikan bakar di sana sedikit agak jauh di depan kami. "Iya, Tante," jawab gue dengan balik nyorot lagi ke tante winda yang sekarang selesai ngulek.

Tante Winda sama Om Sandi itu suami istri, dan mereka orang tua Aris-si cowok cantik yang kemaren ngajarin gue nari.

"Hemmm ... dijamin, Dega makan ikan bakar sama sambel bawangnya Tante pasti nanti berubah 180° jadi doyan pedes," Tante Winda panasin lagi minyak goreng.

"Digoreng lagi, Tante?" tanya gue liat tante Winda masukin lagi itu sambel yang udah diulek ke wajan.

"Iya dong, tadi kan baru digoreng layu doang," Tante winda mulai numis.

"Gitu ya cara bikin sambel bawang?" tanya gue lagi penasaran. Soalnya agak lain, atau mungkin gue yang agak lain. Karena Mommy juga nggak pernah bikin sambel. Gue sama Mommy sama-sama nggak suka pedes soalnya.

"Hemm ...," Tante Winda nipisin bibir. "Kamu harus belajar bikin sambel berarti, Mas Fariz-mu itu, loh! Doyan banget pedes, apalagi sambel bawangnya tante, bisa kalap dia,"

Gue terkekeh dan noleh lagi ke Mas Al yang lagi manggut-manggut dengerin Om Sandi, mungkin lagi dapat petuah.

Tapi iya, sih! Mas Al itu suka pedes, makan berat apa-apa pasti harus pedes, katanya kalau nggak pedes namanya nggak makan.

Balik fokus lagi ke tante Winda. "Boleh itu, Tante. Dega minta resepnya," Gue semangat. Gue mau belajar bikin sambel. Siapa tahu bisa manjain lidahnya Mas Al kan nantinya.

Atau siapa tahu, nanti kalau gue pinter bikin sambel, di tahun 2023 atau tahun 2024 buka rumah makan sendiri. Widiih ... keren nggak, tuh?

"Iya, nanti Tante kasih resepnya," Tante Winda mindah sambel yang udah selesai ditumis itu ke dua cobek tanah liat baru buat saji. "Selesai sambelnya," Tante Winda senyum.

Gue maju satu langkah lebih dekat ke tante Winda yang balik lagi manasin minyak goreng baru di wajan yang lain buat goreng tahu dan tempe yang udah dimarinasi sebelumnya. "Dega yang goreng, Tan," pinta gue.

"Nanti kena miyak panas, loh, De," cegat tante Winda.

"Tapi masa Dega udah pake apron biru motif bunga-bunga cantik begini nggak ngapa-ngapain, Tan? Sia-sia dong apronnya?" iba gue, mohon pengertian kalau gue juga pengin ngapa-gapain dan ikut andil dalam acara masak-masak dan makan-makan ini.

ALFARIZKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang