21 | Rumah

5.6K 882 89
                                    

Vote!

.

.

.

Mas Al sibuk banget sama grup chat organisasi nya di belakang punggung gue karena emang gue masih di pelukan.

"Tidur, Dek ...," kata Mas Al lembut tapi matanya fokus ke grup chat.

"Dega nggak bisa tidur kalau Mas nggak tidur juga," kata gue dengan makin usakin muka ke ceruk leher Mas Al.

"Maaf ya, Sayang ... Mas lagi ngurusin kerjaan yang udah jadi tanggung jawab. Bentar, yah, Sayang, yah ...,"

Gue kembungin pipi.

"Tidur, yah!" Mas Al usap-usap punggung gue lembut pake satu tangan.

"Mau sun dulu," rajuk gue manja.

Dan Mas Al daratin kecupan di kening. "Night, Baby," ucapnya tapi masih fokus ke hp di belakang punggung gue.

Sebel, rasanya kayak diduain. Nggak suka, gue kesel jadinya. "Ulangi ...," pinta gue dengan ngurai peluk dan makin merajuk.

Mas Al natap wajah gue, terus beneran di ulangi dengan iringan bunyi, "Emmuach,"

Tapi gue makin cebikin bibir.

"Loh udah kan, Sayang?"

"Maunya di sun tiga kali, hp-nya taro,"

"Ulu ulu ulu ... manja, hem ...?" Mas Al usakin ujung hidungnya ke ujung hidung gue. "Ya udah sini, emuah," Mas Al kecup kening. "Emuah," Mas Al kecup mata kanan. "Emuah," Lanjut mata kiri. "Emuah," Sekarang pipi kanan. "Emuah," Lalu pipi kiri. "Emuah," Hidung. "Emuah," Turun ke dagu. "Emuah," Dan terakhir bibir. "Udah semuanya," bisiknya tepat di depan bibir yang baru aja selesai Mas Al kecup ini.

Gue tetep meremin mata dan senyum, nyampe tiba-tiba mas Al makin eratin pelukan di pinggang dan nempelin dada makin lekat kemudian gue bisa denger napasnya memberat dan terasa hangat, lalu—

"Emgh ...," Damn! Sejalar gelitik halus merayap di bawah perut detik mas Al lumat bibir ini lembut.

Pelan gue buka mata dan dapati mas Al malah tutup mata. "Ma– Emgh ...," Sekali lagi bibir ini dilumat basah. Nggak tahu, ini enak, sensai berdesir dan berdebar hangat dalam dada yang rasanya nggak bisa dijelasin dengan kata-kata.

Lembut, pelan dan hati-hati mas Al nikmatin bibir ini. Dan kayak insting gue balas lumat belah bibir atas Mas Al saat Mas Al sesap bibir bawah gue.

Suara raupan dan decak basah mulai terdengar dan ini makin bikin gue naik ke atas awan.

"Emgh ...," Nggak kuat, gue mendesah dan menggeliat saat tangan Mas Al di balik punggung dia sisipin ke balik kaos dan raba lembut kulit punggung lalu turun ke pinggang.

"Mash ...," Geli samar saat kumis tipisnya nyentuh leher gue.

Gue makin mendongak kasih akses lebih buat Mas Al kecupin leher dengan ninggalin jejak basah. "Sstth," Desis gue karena gigitan kecil Mas Al. Ini perih, tapi nagih.

Mas Al berigsut ngukung gue dengan masih terus kecupin leher pun sesekali menjilat, napasnya makin terasa hangat dan berat.

Otak gue bebal, gue seolah dibawa naik ke atas awan saat tangan mas Al mulai menjamah dada dengan meraba sensual.

Mas Al lumat lagi bibir ini, dan dengan sendirinya gue kalungin lengan ke tengkuknya.

Ujung lidah kami saling bertemu kemudian saling menjilat, lalu sesekali Mas Al kulum rakus buat gue makin terbius.

ALFARIZKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang