15 | Paus 52 hz

7.5K 1.1K 180
                                    

Vote!

.

.

.

Pagi ini gue di rumah sendirin, Ibuk sama mbak Ulfah ke toko dan Mas Al masuk pagi.

Udara bersih pagi ini karena semalam hujan lebat, cahaya matahari menerobos kaca jendela besar ruang tengah di mana gue duduk menyalurkan hangat, bahkan burung murai tetangga terdengar bersiul bahagia di samping rumah sana.

Gue duduk sila di lantai dengan naro Orenjus ke sofa.

Dia juga ceria setelah gue kasih jelly stroberi buatan Ibuk yang nggak tahu kapan karena itu udah ada di lemari pendingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia juga ceria setelah gue kasih jelly stroberi buatan Ibuk yang nggak tahu kapan karena itu udah ada di lemari pendingin.

Dari sila gue ganti posisi tekuk kaki dan meluk lutut lalu nyapu pandang ke setiap sudut. Keluarga Mas Al bisa dikatakan religius. Mas Al nggak pernah lupa sholat lima waktu, Ibuk juga tiap selesai sholat maghrib selalu gue denger ngaji nyampe menjelang isya.

Kedip dua kali lalu mendongak tepat ke atas dinding sofa, ada lafadz Allah tertulis dengan huruf arab terukir apik di sana.

Mendadak inget Daddy. Gue merunduk lagi dan taro pipi ke lutut pun makin eratin pelukan ke kaki. "Norma dan perintah agama?" Gumam gue.

Gue terlahir dan teridentitas sebagai umat beragama kok, tapi itu hanya identitas di tanda pengenal di negara beragama ini, tapi sejujurnya gue agnoistik. Gue percaya ada Tuhan, tapi gue nggak menyembah satu pun dari mereka.

Entah ini salah siapa, tapi otak gue terlalu realistis untuk tahu hal-hal supranatural. Pandangan gue emang lain, dan mungkin memang kenyataan otak gue yang agak lain.

Segalanya bisa dijelaskan secara sains, tentang Tuhan? Yah! Gue percaya Dia ada, tapi gue nggak memberatkan pada siapa hati ini percaya ke salah satu dari mereka.

Dunia? Gue takut dunia dan orang-orangnya pun bagaiaman cara alam semesta bekerja. Karena kadang lucu, ada orang yang bekerja keras mati-matian untuk mencapai sesuatu, tapi dia tidak mendapatkan apa pun. Lalu ada lagi sebagaian orang yang tidak melakukan apa pun, tapi dalam satu kedipan mata segalanya mampu dia punya.

Keajaiban? Keajaiban datang dari Tuhan, dan katanya itu memang ada, tapi itu hanya satu banding satu juta, jadi jangan bergantung padanya meski katanya Tuhan ada di mana-mana.

Nelen ludah. Semalem mas Al sholat malam, gue tahu dia doin gue ke Tuhan-nya. Norma dan pemelihraan dunia? Ini salah ... tapi kami hanya jatuh cinta, jadi salahnya di mana?

Ganti posisi lagi dengan numpuin dagu ke lutut dan dongak lagi baca lafadz Allah di dinding. "Tuhan-nya Mas Al, tolong sayangi Mas Al dan keluarganya, jangan berikan rasa sakit apa pun untuk mereka, tolong jauhan hal buruk sabagaimana engaku menjauhkan antara timur dan barat," Doa gue lirih. "Maaf kami jatuh cinta," Panas mata gue, menggondok rasanya kerongkongan gue.

ALFARIZKYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang