12

850 154 28
                                    


"Ketika musim gugur tiba, persiapkan dirimu, nak. Ada satu hari dimana keluarga besar kita akan berkumpul bersama untuk makan malam. Jaga sikapmu, oke?"

┬┴┬┴┤┈┈┈┈┈┈┈┈├┬┴┬┴


"Sudah aku bilang, kak Chi!"

Mengerjapkan mata berkali-kali, (Y/n) tak percaya atas apa yang dilihatnya.

"AKU BELUM MAU PULANG!"

"Ris. Sebentar lagi malam! Kau mau ditinggal makan malam sama teman-temanmu!?"

Mobil hitam itu terparkir di depan sebuah bangunan dengan cat warna-warni. Beragam warna cerah dan lukisan-lukisan anak-anak terpampang pada dinding-dindingnya. Posisi (Y/n) saat ini adalah, berjongkok dibalik pagar kayu bangunan itu. Pada pintu gerbangnya, jelas-jelas di sana tertulis,

PANTI ASUHAN CHAXU

Beserta di halaman, ada area pasir dan berbagai jenis permainan anak-anak dari seluncuran, ayunan, lain-lain. Bisa dibilang, taman bermain ini cukup luas. Di sanalah, Qian dan anak perempuan itu berdiri.

"Kak Chi jahat! JAHAT! GAK PEKA! RIS MAUNYA MAKAN DI LUAR!"

Anak tadi mendengkus kesal, melipat kedua lengan di dada. Bibirnya sedikit monyong ke depan, membuat Qian menghela napas panjang.

Sedangkan (Y/n) yang menykasikan hal tersebut, perlahan paham atas apa yang terjadi. Bisa jadi Qian tadi menariknya paksa karena anak itu tak mau pulang. Mereka juga saling kenal, sebelumnya Qian membelikan apa yang diinginkan anak itu, kenapa (Y/n) malah berpikiran yang aneh-aneh? Tapi siapa anak itu? Panti asuhan ini? Kenapa Qian bisa mengenal seorang anak yatim piatu?

"Anda siapa?"

Saraf (Y/n) menegang begitu mendengar suara seseorang di belakangnya. Seketika (Y/n) berdiri bersama wajah pucat, ia sadar ia tertangkap oleh seseorang mengendap-endap di sini. (Y/n) berharap, dirinya tidak dianggap seorang stalker. Sungguh ia tak tahu hubungan asli anak itu dan Qian, ia mengira--

" ... oh?"

Seorang wanita di hadapannya, menyebabkan (Y/n) sedikit terkejut. Wanita paruh baya tersebut memakai rok panjang dan baju lengan tertutup, nampak seperti seragam. Begitu melihat papan nama kecil yang dikaitkan, (Y/n) yakin wanita ini adalah kepala pengurus panti asuhan.

"M-maaf! Saya tidak berniat apa-apa! S-saya hanya ingin mengembalikan pita ini pada anak perempuan itu. Tadi jatuh ...." (Y/n) membungkuk dalam gugup. Ia takut bila Kepala Pengurus mendadak menelepon polisi karena tindakannya tadi. Daripada Qian, justru dia yang lebih terlihat mencurigakan sekarang.

Kepala Pengurus melihat pitanya, lalu menoleh ke halaman, dan tersenyum lembut. "Anda adalah orang baik. Kenapa harus sembunyi-sembunyi? Gak papa, masuk aja. Panti asuhan kami terbuka untuk umum, selama Anda tidak berniat buruk!"

Jujur (Y/n) menelan ludah pahit mendengarkan nada cerianya. Sejujurnya ia memata-matai Qian tadi. Namun tak salah juga, (Y/n) sungguh ingin mengembalikan pita ini kalau bisa berhadapan dengan anak perempuan itu.

Berkat suara lantang Kepala Pengurus--di sisi lain, Qian jadinya menangkap bayangan Bu Emi dan ... (Y/n)?

Sontak, si pemuda bermanik merah muda terkejut. Kenapa bisa boneka mainan Dainsleif KEBETULAN ada di sini? Bukan kebetulan lagi, pastinya. Otomatis, rasa kesal menyerang Qian.

"Kau ... apa yang kau lakukan di sini!?" sahutnya sekencang mungkin, kembali memunculkan ketegangan pada diri (Y/n).  Sang manajer P×G sangat mengenal suara itu. Suara yang pernah mengejeknya berkali-kali. oh, tidak. Dia ketahuan.

[END] 𝐁𝐞𝐡𝐢𝐧𝐝 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐀𝐍𝐀𝐆𝐄𝐑 ┆✘ Second BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang