5

1.1K 206 26
                                    


"Tidak semua orang akan menyukaimu. Dan tidak semua orang pula, akan membencimu. Yang di atas itu semua, adalah mereka yang menyayangimu."

┬┴┬┴┤┈┈┈┈┈┈┈┈├┬┴┬┴

"Lihat! Itu si bocah kapur aneh banget!"

Seorang anak duduk termenung dengan papan tulis hitam kecil di tangannya. Ia dikerumuni tiga anak lain yang jelas lebih besar darinya. Anak-anak tersebut menunjuk padanya, sementara yang diolok hanya diam tak mengacuhkan mereka, fokus pada apa yang ingin digambar.

"...apa yang terjadi kalau ilmuwan berhasil membuat pohon yang bisa menghasilkan oksigen, tanpa proses fotosintesis?"

Sang anak mendongak, memiringkan kepala dan bergumam pada mereka. Anak-anak lain seketika menatapnya horror, "Tuh! Dia mulai lagi! Dia bicara yang aneh-aneh!"

"Apa pohon buatan yang seperti itu akan menyehatkan? Oksigen yang dikeluarkan tidak berbahaya? Tetapi mau bagaimana pun... yang alami lebih baik dari segala buatan manusia..."

Sang anak kecil perlahan menggerakkan sebuah kapur pada papan tulis, ia menggambar sebuah pohon, dan gambarnya sama sekali tidak rapi. Dia cuek pada segala olokan anak-anak itu, fokus pada dunianya sendiri.

Hingga...

"Oi!!! Kalian ngapain!? Adeknya jangan diganggu! Dia sedang menggambar!!!"

Dari jauh, seorang anak perempuan seumuran mereka berlari, seketika gerombolan anak-anak itu memucat.

"LARI! ANAK CEROBOH--"

BRAAKK

GUBRAKK

Sebelum mereka sempat berlari, sang anak gadis sudah tersandung batu duluan dan jatuh tepat ke atas mereka. Mereka jatuh bersamaan, (Y/n) menjadi  bola bowling yang berhasil mengenai sepuluh pin-nya. Skor sempurna.

"Ouch..."

"K-kita terlambat..."

"Huwaa! Sakit!!!"

Mereka berdiri, bersama tubuh yang kesakitan, kelompok anak itu bangun dan berlari tergesa-gesa, menyisakan (Y/n) sendirian yang wajahnya masih menempel di pasir.

"PYUH! Uhuk! Uhuk!" (Y/n) duduk, menepuk-nepuk pakaiannya sembari sesekali terbatuk. Ketika ia melihat sekeliling, kedua ujung bibirnya menurun.

"Lagi-lagi pergi... padahal aku cuman negur soal adeknya... oh, adeknya?"

(Y/n) menoleh, mendapati sosok anak yang lebih kecil darinya. Ia berambut krim muda, manik bright teal yang terus fokus pada papan hitam dan kapur, membuat (Y/n) tidak bisa menahan rasa penasaran.

"...uoh! Adek! Gambarmu bagus sekali!"

Albedo tidak menoleh, sedangkan (Y/n) mulai merangkak mendekatinya. (Y/n) menatapi jari-jemari anak kecil tersebut yang pandai membentuk garis-garis di papan tulis.

Mendadak, mata (Y/n) berbinar, lalu ia menjulurkan tangan dan menunjuk ke salah satu gambaran Albedo.

"Apa ini yang bulet-bulet? Mora?"

[END] 𝐁𝐞𝐡𝐢𝐧𝐝 𝐓𝐇𝐄 𝐌𝐀𝐍𝐀𝐆𝐄𝐑 ┆✘ Second BookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang