bab 1 🥀

7K 125 3
                                    

seorang gadis tengah berjalan di sebuah lorong sekolah yang masih sangat sepi, ia selalu datang pagi pagi sekali untuk sekedar menghirup udara segar dan juga sekedar menenangkan diri dari permasalahan yang kian bertambah.

Dia adalah Nasea Adriana gadis yang biasa dipanggil Sea itu, adalah seorang gadis dari keluarga yang broken home. Sea anak kedua dari tiga bersaudara.

Setelah Dafa-kakak Sea meninggal, ia harus menjadi seorang anak sulung dan harapan keluarganya. ia masih mempunyai adik laki-laki, yaitu Aldan. seorang pria kecil hasil dari pernikahan ibunya- Sarada dan pria lain - Mahen. Setelah ibunya dan ayahnya bercerai, Sea memilih untuk tinggal bersama ayahnya yaitu Daniel.

Daniel lebih suka mabuk mabukan dan berjudi serta tak jarang membawa pulang gadis yang berbeda-beda. Membuat Sea harus ekstra bersabar.

gadis itu tersadar dari lamunannya saat sahabat nya yang bernama Tiara datang menyapa Sea yang tengah melamun. "Hey, are you oke, girl?" Tanya Tiara khawatir dengan sahabat itu. Sea menggeleng lemah, badan nya terasa sangat sakit akibat pukulan dari Daniel semalam.

Tiara yang seakan paham itupun memeluk tubuh Sea dari samping, ia tau betul bagaimana sikap Daniel terhadap Sea. ia selalu memukuli Sea hanya karena masalah sepele.

bayangan tentang kejadian satu bulan yang lalu membuat air matanya mengalir begitu saja. Sea tidak tau apa yang harus ia lakukan, saat ini ia tengah mengandung anak dari seorang pria yang sama sekali tidak ia cintai.

yang lebih parahnya lagi, pria itu sudah mempunyai istri dan anak. Sea tidak ingin menjadi perusak rumah tangga seseorang, apa lagi pria itu adalah gurunya sendiri.

Sea benar benar lelah dengan kehidupannya, menjalani hidup sebagai seorang Nasea Adriana adalah sebuah nasib termalang yang Tuhan berikan untuk nya.

Tiara memeluk erat tubuh sahabat nya itu, ia begitu khawatir dengan Anya yang menangis tanpa henti, Isak tangisnya memenuhi ruang kelas yang sepi itu.

"Lo kenapa? Kalau ada apa apa cerita sama gue, Sea," ucap Tiara mencoba menenangkan sahabat nya itu. namun Sea menolak dan memilih untuk pergi meninggalkan kelas.

Kini, Sea sedang berada di kamar mandi, gadis itu memuntahkan cairan bening. perutnya bergejolak, ini sudah menunggu kedua Sea seperti ini.

Sea merutuki nasibnya yang begitu malang, mengapa ia begitu lemah hingga tidak mampu melawan saat pria itu menodainya.

Sea mohon pak, jangan lakukan itu

Ini tidak buruk

ia menangis sejadi-jadinya di dalam toilet dengan mengalakan kran air agar tangisnya tidak di dengar oleh murid lain. Sea hanya tidak ingin orang orang menanyainya.

bel masuk pun berbunyi, Sea buru buru mencuci mukanya dan memakai liptint untuk menyamarkan bibirnya yang pucat.

Sea mempercepat langkahnya menuju kelasnya. Namun saat melewati labor Kimia, langkahnya sempat terhenti di kerenakan ia melihat sosok pria yang satu bulan lalu telah menodainya. terlihat pria itu sedang merapikan alas meja yang berada di hadapannya.

dengan langkah ragu, Sea berjalan mendekat sebelum akhirnya Sea mengetuk pelan pintu ruangan itu, hingga membuat pria itu melirik kearah Sea "permisi, pak." ucap Sea dengan suaranya yang masih tersisa akibat tangisannya tadi.

"wah pas banget kamu kesini, nanti pulang sekolah temui bapak di ruangan ini ya?" ucap pria itu yang biasa di panggil dengan sebutan pak Bara.

Sea tampak bimbang untuk menyampaikan maksud dan tujuan nya. Sea hanya mengangguk pasrah sebelum akhirnya Sea berjalan untuk kembali kekelas.

Sea terlihat sangat pucat, penglihatannya kabur, kepalanya pusing hingga pandangan gadis itu menjadi gelap. Ya, Sea pingsan. tepat di depan ruangan pak Bara, pria itu seketika berjalan untuk mengecek dan terkejut begitu melihat Sea yang pingsan di lantai.

saat pak Bara ingin menggendongnya, tiba tiba seorang guru wanita datang, yang tak lain adalah istri pak Bara yaitu bunda Tania Melinda .

Bunda Tania adalah salah satu guru Agama di SMA Pancasila. wanita itu begitu dekat dengan Sea dan sudah menganggap Sea sebagai anaknya sendiri.

Mendengar tentang bagaimana perlakuan Daniel yang selalu menyiksanya membuat rasa simpati muncul di diri Tania.

"Astaghfirullah, mas. Sea kenapa?" Tanya Tania terkejut melihat Sea yang pingsan.

"Mas gak tau, Tan. tiba tiba aja Sea udah pingsan di depan Labor Kimia," Tania mengangguk sebelum suaminya itu pergi meninggalkannya dengan membawa Sea dalam gendongannya.

Tania melihat kepergian suaminya itu, ada perasan tidak rela kala melihat suaminya menggendong wanita lain. Tetapi, Tania tidak boleh egois, Sea sedang sedang sakit lagi pula ia dan Bara sudah menganggap Sea itu anak mereka.

Tania berjalan mengikuti langkah suaminya yang membawa Sea menuju ruang UKS. Sesampainya di UKS, tidak ada satu orang pun yang bertugas di sana. Bara membaringkan tubuh Sea pada sebuah brankar.

"Tania, mending kamu balik ke kelas aja ngajar, Sea biar mas aja yang menemani disini," Tania melirik kearah Sea sejenak, sebelum akhirnya wanita itu meraih tangan suaminya dan mencium nya.

"Aku kekelas dulu ya, mas." Pamit Tania dan di sertai dengan anggukan kepala suaminya itu.

Sebenarnya Tania bukanlah tipekal wanita yang cemburu buta, sebab Tania percaya bahwa suami yang sangat ia cintai itu tidak mungkin menghianatinya.

tetapi, tanpa Tania sadari ternyata suaminya sendiri lah yang berpaling darinya. Jika saja Tania mengetahui apa yang sebenarnya terjadi akan di pastikan wanita itu akan sangat kecewa dengan Sea dan juga Bara.

Bara memandangi kepergian istrinya itu, ada bersalah datang menyelimuti pikiran pria dewasa itu, bagaimana mungkin rumah tangga yang ia bangun selama 13 tahun itu tiba tiba hancur begitu saja.

Tidak, Bara tidak akan membiarkan itu semua terjadi. ia tidak ingin merusak rumah tangganya, anak anaknya dan Tania. tetapi, Bara sudah terlanjur merusak masa depan Sea.

Sea seorang gadis yang selalu menceritakan bagaimana hancurnya dirinya kepada Tania dan Bara, sekarang pria itu justru membuat kerusakan di dalam hidup Sea makin bertambah.

Bara mengusap pucuk kepala Sea, "maaf, Sea. Tapi saya gak mungkin bertanggung jawab. Saya sudah punya Tania dan ketiga anak saya." Bara menatap Sea dengan tatapan yang penuh dengan rasa bersalah.

Beberapa menit kemudian, perlahan mata Sea terbuka, gadis itu terkejut kala melihat Bara yang tengah berdiri sembari memainkan sebuah benda tipis di tangannya.

Sea memaksakan diri untuk duduk, namun rasanya sangat susah. beruntung Bara berada di dekat gadis itu dan membantu Sea untuk menduduk kan tubuhnya "Sea mau kembali kekelas," ucap Sea datar.

"Kamu masih sakit, Sea!" kata Sean dengan wajah yang lebih datar. Sea tidak melirik Bara sama sekali, sebelum akhirnya gadis itu turun dari brankar dan berlari menuju kelas tanpa memperdulikan teriakan Bara yang memanggilnya

my teacher is my husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang