bab 20🥀

3K 76 8
                                    

Bug

Sea terjatuh akibat lantai yang licin, gadis itu berteriak sekencang-kencangnya berharap ada seorang yang bisa menolongnya.

perutnya sangat sakit, tanpa ia sadari sebuah dasar mengalir di selangkangannya. Sea khawatir akan terjadi sesuatu kepada bayi yang ia kandung.

Sea dengan tertatih-tatih berusaha agar ia sampai pada sebuah nakas, gadis itu meraih ponselnya untuk menghubungi Bara.

Sea berdecak saat Bara tidak mengangkat sambungan telfon Sea. sekuat mungkin gadis itu terus bertahan karena sakit dibagian perutnya dan darah segar yang mengalir dari selangkangannya.

"mas kamu dimana.." lirih Sea menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit yang luar biasa diperutnya

*****

Disisi lain, Bara dan Tania membawa kedua anak mereka kesebuah pantai. Dikarenakan libur sekolah yang sudah tiba membuat Bara berinisiatif membawa keluarga kecilnya.

melihat keluarga kecilnya yang bahagia saat ini, membuat Bara sangat merindukan suasana ketika pria itu masih mempunyai Tania sebagai istrinya.

"Daddy, Icha gak mau pulang. Icha pengen nginap di penginapan yang dibilang sama temen-temen Icha, Dadd," ucap Icha sembari menunjuk sebuah bangunan yang bisa terlihat dari pantai itu.

"Icha sayang. jangan minta yang aneh-aneh, sayang. Daddy gak bisa lama-lama liburannya," ucap Tania mencoba memberi anak gadis nya itu pengertian.

bohong kalau Tania tidak menginginkannya, terutama berduaan dengan suaminya itu. Tania sangat merindukan pria yang berstatus sebagai suaminya itu.

"Tapi Icha kan cuma pengen Daddy disini temenin Icha, mom. karena selama ini Daddy sibuk terus," Icha tampak sangat kecewa mendengar ucapan mommy nya itu.

Bara yang sedari tadi menggendong tubuh mungil Gio itupun segera menurunkan Gio dari gendongannya. pria jangkung itu mengusap pucuk kepala anak sulungnya "apapun untuk putri Daddy," ucap Bara menyetujui keinginan putrinya untuk menginap disebuah penginapan.

Tania tidak menyangka bahwa suaminya itu akan menyetujui keinginan putrinya itu. "Nanti kita pesan hotel didekat sini ya? kita cari hotel yang punya luas, supaya anak-anak Daddy, bisa main didalam sana," ucap Bara. Icha mengangguk antusias. gadis itu memeluk tubuh ayah yang selama ini ia rindukan.

Icha dan Gio kembali bermain membuat istana pasir di tepi pantai, sedangkan Tania dan Bara duduk dibawah pohon dan beralaskan tikar.

Bara merebahkan tubuhnya, menjadikan paha Tania sebagai bantalannya. "sayang..." Panggil Bara seraya memandang wajah wanita cantik itu.

"Hm?" Jawab Tania yang dibalas dengan deheman.

"aku cinta kamu," ucap Bara lirih.

Tania hanya diam tak menjawab ucapan pria itu, ia sibuk memandang kearah sepasang anak-anaknya yang tengah membuat sebuah istana pasir.

"kamu masih sayang kan sama aku?" Tanya Bara

Tania mengusap kepala pria yang tengah berbaring itu, "atas dasar apa rasa sayang aku ke kamu menghilang, mas? kamu adalah pria kedua setelah ayahku, mas," jawab Tania penuh dengan kesabaran.

wanita itu sangat lemah lembut, membuat siapapun yang bicara kepada wanita itu pasti akan tersentuh dengan tutur katanya. "aku janji, sampai kapan pun, cuma kamu yang aku cintai. terimakasih udah mau nerima aku apa adanya," pria mana yang tidak bersyukur memiliki wanita seperti Tania?

Bara selalu bersumpah tidak akan pernah meninggalkan wanita yang selama ini telah menemaninya dari nol hingga sekarang.

tanpa Bara sadari, bahwa sedari tadi ponselnya terus berdering memperlihatkan nomor yang berbeda-beda menelfon dirinya. namun dikarenakan matahari yang terik, membuat layar ponsel Bara menjadi gelap. dan juga volume yang sangat kecil membuat Bara tidak dapat mendengar dering ponselnya.

*****

"Kak Sea!" Pekik Acha saat melihat kondisi kakak tirinya sudah bersimbah darah.

dengan sangat panik Acha menelfon seluruh anggota keluarganya agar membantu Acha turun dari lantai 3 rumahnya. seluruh anak buah Mahen datang membantu Sea, sebelum akhirnya gadis itu tidak sadarkan diri akibat terlalu banyak mengeluarkan darah.

"Acha kenapa bisa kayak gini?" Tanya Sarada kepada anak tirinya itu.

"Acha gak tau ma, tiba-tiba aja kak Sea udah kayak gitu," jawab Acha.

"Tunggu apa lagi! Cepat bawa Sea kerumah sakit! jangan sampai cucu saya kenapa-kenapa!" kesal Mahen saat anak buahnya hanya diam tidak.

mereka semua ikut mengantarkan Sea kerumah sakit, tidak ada yang bisa mereka lakukan selain berdoa agar Sea dan bayinya selamat.

Sarada sebagai ibu merasa bersalah karena menempatkan Sea di lantai 3. itu dikarenakan Sarada masih belum bisa menerima kenyataan bahwa Sea bisa melakukan hal yang begitu gila dengan gurunya sendiri.

"Sea.. kamu yang kuat ya, nak," ucap Sarada. dengan anak buah Mahen yang membawa mobil, Mahen disampingnya. Sarada yang berada di kursi tengah bersama Sea yang terbaring dengan paha Sarada sebagai bantalannya.

Sarada bisa melihat wajah pucat pasi milik Sea yang begitu menyayat hatinya.

20 menit berlalu, kini mereka sudah sampai disebuah rumah sakit yang terdekat. Tanpa berlama-lama Mahen segera membopong tubuh putrinya itu. Tak lama kemudian para petugas medis membawa brankar agar Sea bisa dapat penanganan.

mereka memandangi brankar yang membawa tubuh Sea diatasnya. Sarada menangis pilu saat melihat kondisi putrinya itu "mama jahat ya, pa?" Tanya Sarada kepada Mahen.

pria itu memeluk tubuh istrinya dari samping "cucu kita pasti baik-baik aja, ma. kita doain Sea dan cucu kita semoga mereka baik-baik aja," ucap Mahen mencoba menenangkan istrinya itu.

tak lama, Acha pun datang dan ikut bergabung bersama papa dan mamanya itu "pa, om Bara gak angkat telfon Acha. Tante Tania juga gak aktif," ucap Acha.

"Sudahlah, jangan terlalu mengharapkan Bara, dia sudah punya Tania dan anak-anaknya," ucap Mahen kepada Acha yang sedari tadi masih tetap mencoba menghubungi Bara.

"Tapi Bara juga suami Sea, pa," Potong Sarada tak terima.

Mahen menghembuskan nafasnya lelah, pria itu tidak ingin mencari gara-gara dengan istrinya itu. lebih baik ia diam saja saat ini dari pada istrinya kembali mengamuk.

Mahen merangkul pundak Acha dan pergi dari tempat itu. "Pa, mau kemana?" tanya Sarada kesal

"Eee itu, Acha mau ice cram. iya kan, Cha?" Tanya Mahen dengan wajah memohonnya.

"I-iya, ma," jawab Acha tersenyum kikuk.

jika sudah seperti ini, akan selalu Acha yang menjadi alasan sang ayah. mau tidak mau, gadis itu harus membantu ayahnya. dari pada papa nya di amuk oleh mama tirinya, dan akan berujung uang saku nya di potong.

Sudah menjadi hal biasa bagi Acha membantu sang papa demi menghindari pertengkaran dengan mama tirinya itu.



to be continued ..




my teacher is my husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang