bab 3🥀

2.9K 86 1
                                    

Sea menikmati malam yang dingin di sebuah balkon kamarnya, hidupnya serasa begitu hampa. sesekali Sea mengusap perutnya yang rata "aku akan jaga kamu sampai kapan pun, anak kecil," ucap Sea lirih sangat lirih.

"Aku gak tau bagaimana hidup kita kedepannya. tapi aku janji, aku bakal bertanggung jawab atas hadir nya kamu di dalam sini," ucap Sea yakin.

ia merasa begitu berdosa jika harus membuang atau menggugurkan anak yang tidak bersalah itu. untuk sekarang, Sea hanya mengikuti alurnya saja, Sea akan tetap menutupi perutnya yang masih rata itu agar tidak ada orang yang tau.

"Mama, Sea kangen," tangis Sea pecah begitu saja, mengapa hidupnya begitu jauh dari kata 'baik-baik saja?

Sea segera berjalan masuk ke kamarnya, dan menutup pintu yang menghubungkan kamarnya dengan balkon.

perutnya terasa begitu lapar, dengan langkah gontai Sea berjalan menuju dapur. Namun saat sesampainya di tangga, langkahnya terhenti saat melihat seorang pria yang tengah menyiksa wanita di hadapannya.

Dia adalah Daniel ayah kandung Sea, tidak hanya Sea yang selalu disiksa, bahkan Luna selaku pacar Daniel pun sering ia siksa.

"Kan udah gue bilang! Jangan datang kalau gak gue suruh kan!" Teriak Daniel menatap wanita itu nyalang.

"S-sakit," lirih wanita itu sembari menangis terisak.

Sea mengurungkan niatnya untuk menuju dapur, Sea memilih untuk menuju kamarnya. dari pada ia juga di pukuli oleh Daniel

gadis itu berlari menuju kamarnya untuk memakai Hoodienya. beruntungnya ada tangga darurat yang langsung menghubungkan ke luar rumah. Sea segera berjalan melewati dapur lantai dua dan membuka pintu yang menghubungkan dengan balkon dapur itu.

walaupun agak sedikit susah untuk turun, tetapi usahanya tidak menghianati hasil. tujuan Sea saat ini adalah supermarket untuk mencari beberapa makanan yang bisa membuat perutnya terisi.

Sebenarnya hal yang seperti itu sudah biasa terjadi di kehidupannya, memiliki ayah yang begitu suka main tangan, serta peristiwa KDRT di depan mata. sebenarnya dulu Serena juga selalu mendapatkan perlakuan seperti itu oleh Daniel, hingga membuat Sara tidak tahan lagi dan memutuskan untuk menggugat cerai Daniel.

setelah berjalan yang cukup jauh, kini Sea sudah berada di sebuah supermarket yang terdekat di daerah rumahnya.

Sea berjalan menelusuri lorong-lorong yang berada di supermarket untuk memilih apa saja yang ia butuhkan untuk perutnya.

Langkah Sea terhenti saat melihat beberapa macam susu untuk ibu hamil yang tersusun rapi di rak-rak itu. "Beli gak ya?" gumam Sea sembari mengusap perut ratanya.

"udah beli aja, demi anak kita," ucap seorang pria dari belakang yang membuat fokus Sea langsung tertuju kepada pria itu.

"B-bapak kok ada di sini?" Tanya Sea basa-basi. pria itu adalah Bara, pria yang mengambil kesucian gadis itu serta ayah dari anak yang ia kandung.

Lagi pula tidak ada salahnya juga Sea menyapa pria itu, sebab Bara adalah guru di sekolah nya. ia tidak ingin nilai Kimia nya merah hanya karena tidak menyapa Bara.

"iya nih, Gio pengen kinterjoy," jawab Bara santai.

Bagaimana mungkin pria dia hadapannya itu bisa santai? sedangkan Sea harus mati-matian agar kehamilannya tidak di ketahui oleh orang orang sekitarnya.

"Mas kamu disini? eh ada Sea juga?" tanya seorang wanita, ya dia adalah Tania. jantung Sea berdenyut nyeri saat melihat tangan Tania melingkar begitu erat di lengan Bara.

setelah kejadian itu, entah kenapa perasaan Sea kepada Bara berubah. gadis itu lebih sering mencari tau tentang Bara.

Sea tersenyum kikuk "i-iya, Bunda," jawab Sea singkat.

"kamu kok gak pakai hijab? bunda gak suka ya anak bunda gak pakai hijab," ucap Tania menasehati Sea. Sea hanya tersenyum tipis. Entah sejak kapan hubungan Sea dan Tania terasa begitu canggung.

"iya, bunda. maaf," Jawab Sea singkat, Tania mendengus pelan. tidak biasanya Sea berkata seperti itu, Sea begitu berubah beberapa hari belakangan ini entah apa yang terjadi kepada gadis itu. pikirnya.

biasanya Sea akan merengek karena Tania menasehatinya, tapi sekarang? Sea begitu dewasa dan seperti orang yang tengah merahasiakan sesuatu darinya.

"Yaudah bunda, pak Bara, Sea pamit pulang dulu ya, takut di cariin papa," pamit Sea berjalan menuju kasir. namun sebelum itu Sea menyempatkan diri untuk mencium tangan Tania dan Bara secara bergantian.

*****

Sesudah berbelanja serta sempat berbincang singkat dengan Sea, kini Tania dan Bara sudah berada di dalam mobil mereka untuk melanjutkan perjalanan pulang.

"Mas, kamu ngerasa gak sih kalau Sea belakangan ini berubah?" Tanya Tania tanpa menghadap kearah suaminya yang tengah sibuk menyetir.

"berubah gimana, sayang?" tanya Bara lembut. Bara akan berlaku lembut kepada Tania, entah mengapa ia sama sekali tidak mampu untuk menaikkan suaranya ketika bersama Tania.

"Iya berubah, mas. Sea sekarang seperti berusaha untuk menutupi sesuatu dari aku," jelas Tania lemah. sejujurnya ia sangat amat merindukan sifat Sea yang selalu ceria dan selalu mengabarinya apapun yang terjadi.

Tak jarang Sea menelfon dirinya ketika ia di bentak atau di pukul oleh Daniel, tapi Tania jarang sekali untuk merespon chat yang di kirim Sea kepadanya.

"Mungkin karena kamu sering ngabaikan dia, sayang. terkadang manusia akan merasa kehilangan disaat seseorang itu berubah," jelas Bara. Tania merasa sangat tertampar dengan ucapan Bara beberapa detik yang lalu.

"Aku egois ya, mas?" Tanya Tania. kali ini wanita itu menghadap ke arah Sean untuk meminta penjelasan

"kamu gak egois sayang, kamu hanya gak sadar bahwa sebenarnya Sea itu penting dihidup kamu," Bara begitu dewasa setiap saat Tania bercerita apapun kepadanya. Tania begitu bersyukur karena telah memiliki suami seperti Bara.

Namun, pada kenyataannya Bara bukanlah seperti pria baik yang ia pikirkan. laki laki mana yang tega berselingkuh dan membuat wanita itu hamil lalu ia tinggalkan begitu saja dengan trauma yang begitu mendalam di dalam hidupnya.

Bagaimana nanti jika Tania mengetahui yang sebenarnya, entah apa yang akan Tania perbuat, Tania pasti akan sangat kecewa dengan suami yang ia anggap pria baik baik itu.

*****

"dari mana aja lo?" suara pria yang begitu ia kenal berdiri tepat di belakangnya. pria itu sudah berdiri dengan sebuah sapu di tangannya.

"Lo budek apa gimana sih hah? gue nanya lo dari mana?!" Suara teriakan Daniel menggema di lantai dua rumah mereka. "Jawab!" Sea masih diam tak berani menjawab. hingga beberapa detik kemudian sapu yang di pegang oleh Daniel itu pun melayang mengenai badannya hingga tangkai sapu itu patah.

Sea menggigit bibirnya menahan rasa sakit yang bagian punggungnya "S-sea lapar, pa," cicit gadis itu lemah.

hening

Daniel pergi meninggalkan Sea yang menangis menahan rasa sakit yang menjalar di seluruh badannya. tubuh gadis itu merosot kelantai, badannya begitu sakit saat ini. Akan di pastikan tubuhnya sudah memar akibat pukulan Daniel beberapa saat yang lalu.

Sea berjalan tertatih-tatih menuju kamarnya, Snack yang ia bawa tadi hanya ia simpan tanpa berminat untuk memakannya, seolah rasa lapar tadi telah di usir oleh rasa sakit di tubuhnya.

"Mau sampai kapan aku hidup seperti ini?" lirihnya

my teacher is my husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang