bab 7🥀

2.2K 52 0
                                    

Tidak terasa seminggu sudah berlalu, kini Bara sudah duduk di depan penghulu dan Daniel. sejak awal, tidak ada raut wajah bahagia sedikitpun yang terpancar dari wajahnya.

Ia melirik Tania yang sedang duduk disampingnya, wanita itu tersenyum manis saat Bara mencuri-curi pandang kearahnya.

"Baik, apakah sudah bisa dimulai?" Tanya penghulu itu kepada Bara. pria itu kembali melirik kearah Tania. wanita itu mengangguk pelan sembari tersenyum.

"Saya siap, pak." Jawab Bara mantap. Penghulu itu mengangguk, lalu mentitahkan Daniel untuk menjabat tangan Bara.

sebelum memulai, Daniel melirik kearah Tania menunggu persetujuan dari wanita itu, Tania mengangguk sembari tersenyum pertanda acara harus di lanjutkan.

"Saya terima nikah dan kawin nya Nasea Adriana dengan mas kawin tersebut dibayar tunai," ucap Bara dengan satu tarikan nafas.

Hening.

tidak ada suara apapun diruangan itu, hanya tersengar suara kipas angin yang menggema diruangan masjid itu.

"Bagaimana para saksi? Sah?" penghulu itu kembali membuka suara.

"SAH!" ucap semua orang yang berada di sana dengan lantang.

Tania meneteskan air matanya, wanita itu tertunduk untuk menyembunyikan luka yang ada di hatinya.

Sea duduk di samping Bara, Bara mengambil sebuah cincin yang sudah di persiapkan sebelumnya pria itu memasangkan cincin itu di jari manis Sea, lalu lanjut dengan Sea yang mengambil cincin satunya lagi dan memasangkannya di jari manis Bara. Kini, Bara sudah mempunyai dua cincin di jadinya pertanda ia sudah dua kali menikah

Sea tersenyum penuh arti, gadis itu meraih tangan Bara lalu mengecupnya di bagian punggung tangan pria itu, lalu beralih mencium telapak tangan pria itu.

setelah selesai mencium tangan Bara, kini gantian Bara yang mengecup singkat puncak kepala Sea. Bara Sedikit canggung ketika akan mengecup kening gadis itu.

namun, berbeda dengan Sea. jantung gadis itu berdebar lebih cepat dari pada sebelumnya saat bibir dingin Bara menyentuh keningnya. ia takut, ia trauma, semua yang telah terjadi pada saat itu kembali berputar di otaknya.

Seluruh orang yang ada di sana tersenyum haru. Sea berjalan memeluk tubuh Sarada, untuk pertama kali nya di hidup Sea, ia akan merasakan apa yang dirasakan Sarada.

Lalu Sea beralih memeluk Daniel, ia beruntung punya ayah yang bijak seperti Daniel. Pria itu sama sekali tidak memperlihatkan kekesalan di wajahnya, pria itu sangat tenang sejak awal mengetahui kandungan Sea.

Bara meraih tangan Sarada untuk menyalimi wanita itu, ada perasaan canggung pada Sarada dikarenakan umurnya dan umur Sean jaraknya tidak terlalu jauh. "jaga Anya ya, Bara? Sea itu anak yang manja," pinta Sarada.

"I-iya, ma," jawab Bara canggung. Pria itu beralih kepada Daniel, ia mencium tangan pria paruh baya itu dengan canggung.

"Jaga Sea, Bara. dia adalah putri saya satu-satunya. jangan pernah sekalipun kamu menyakitinya. Jangan pernah meninggalkan Sea karna alasan bosan. jika dia melakukan kesalahan, saya siap memisahkan kamu dan Sea jika itu yang kamu inginkan. saya serahkan putri saya kepada kamu dengan baik, jika nanti kamu ingin memulangkannya, maka pulangkan lah dia dengan baik-baik juga," tutur Daniel. Bara dibuat kagum dengan tutur Daniel yang terlihat begitu mencintai Sea dengan tulus.

Bagaimana mungkin setelah apa yang Bara lakukan kepada Sea, keluarga Sea masih mau menerima dirinya dengan baik. hati Bara menghangat saat tangan lembut mengusap punggungnya dengan tulus.

Bara menoleh saat melihat si pemilik tangan itu, dia adalah Tania. Wanita lemah lembut itu tersenyum manis bak bidadari. Bara memeluk tubuh Tania tanpa memperdulikan sekitarnya. "Maafin aku, sayang," jauh sebelum Bara meminta maaf Tania sudah lebih dulu memaafkannya.

"Mas, sudah. aku udah ikhlaskan semua ini," jawab Tania. walaupun sebenarnya hati dan pikiran Tania jauh dari kata baik-baik saja. Bara diam seribu bahasa, setelah ini ia akan dibuat sibuk karena mengurusi istri kecil seperti Sea.

"Bunda.." panggil Sea. gadis itu memandang Tania dengan tatapan penuh penyesalan.

berbeda dengan Tania yang tersenyum hangat memandang wajah cantik Sea yang di polesi oleh makeup "hai, mulai hari ini Sea gak boleh manggil 'bunda' lagi," canda Tania.

"Kamu apaan sih, sayang?" kesal Bara. Tania terkekeh melihat wajah Bara yang salah tingkah di buatnya. "Ayo kita pulang," Bara menarik tangan Tania untuk pergi dari tempat itu dan meninggalkan Sea yang sedari tadi hanya tersenyum simpul.

Sea memanang punggung sepasang suami istri itu dengan senyuman mirisnya. gadis itu perlahan mengusap perutnya yang masih rata "sabar ya, anak kecil. aku janji bakal bikin ayah kamu jatuh cinta sama aku," monolog nya yakin

Sarada yang melihat kejadian itu mengusap punggung putrinya itu, Sara bisa merasakan bagaimana perasaan putrinya saat ini "sabar ya, sayang," ucap Sara.

"Kenapa sih, ma. pak Bara beda banget sama Sea?" Sea menyandarkan kepalanya di pundak sang ibu

"Bara itu hanya kaget, Ya. mama yakin kok kalau Bara perlahan-lahan bisa mencintai Sea kayak dia mencintai Tania," ucap Sara menenangkan hati Sea

"Apapun yang terjadi, mama sama papa gak boleh ikut-ikutan masalah rumah tangga Sea ya?" pinta Sea. Sara yang paham itu pun mengangguk setuju dan tersenyum.

*****

Tania dan Bara berjalan menuju ke parkiran, untuk mengambil mobil yang sudah di hadiahkan oleh Daniel untuk Bara. Daniel tidak ingin anak perempuan satu-satunya itu terkena panas nya sinar matahari. Ditambah sekarang Sea tengah mengandung cucunya.

Bara membukakan pintu untuk Tania, wanita itu terlihat tersenyum sembari mengucapkan kata terimakasih untuk suaminya itu.

Lalu di susul oleh Bara yang masuk kedalam mobil itu.

Jika saja saat itu ia tidak dijebak oleh seseorang, mungkin saja ia tidak akan melampiaskan nafsunya kepada Sea. Seorang gadis yang hidupnya begitu berantakan.

"Sayang, aku minta maaf. Kamu boleh tampar aku, kamu boleh tinju aku, sayang. tapi aku mohon, jangan sakit, sayang." keluh Bara menggenggam tangan istrinya itu.

"Tapi kamu udah nyakitin aku, mas," cicit Tania.

"aku janji sama kamu, Tan. aku bakal ninggalin Sea setelah anak itu lahir. Daan setelah itu kita akan pergi jauh lalu memulai kehidupan baru di tempat yang berbeda," ucap Bara menggenggam tangan Tania

Plak

Satu tamparan mendarat di pipi pria itu, Bara terdiam beberapa saat menikmati tamparan yang di berikan oleh Tania beberapa saat yang lalu.

"kamu pikir semudah itu? Sea itu juga manusia, mas. dia punya hati, dia mempertaruhkan masa depannya demi melahirkan anak kamu. dan kamu dengan mudahnya berniat mau ninggalin Sea? Kamu mikir gak sih, mas?" Tania menyadarkan badannya di kursi yang ia duduki. ia terlihat begitu lelah saat ini. ada banyak masalah yang ia hadapi saat ini

boleh kah Tania egois? ia hanya belum terbiasa atas apa yang telah terjadi dengan keluarga dan suaminya saat ini.

Walaupun Tania menyayangi Sea, tapi tetap saja, Tania tidak rela harus berbagi suami kepada Sea yang sudah ia anggap sebagai anaknya itu.

"Aku sayang sama Sea, tapi aku juga tidak ingin berbagi suami dengannya. aku egois ya, mas?" Tanya Tania yang mulai menyalahkan dirinya sendiri.

Bara segera memberhentikan mobilnya. Lalu memeluk tubuh istrinya itu, sepertinya Tania sedang lelah saat ini, wanita itu sepertinya tidak tidur semalaman karena memikirkan pernikahan Bara dan Sea.

"Selamat menikmati malam pertama, mas," bisik Tania di telinga Bara lembut. namun sebuah tatapan kecewa terlintas di mata wanita itu.

my teacher is my husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang