Bab 11🥀

1.9K 48 0
                                    

"itu serius?" tanya Tiara dengan nada yang tidak santai.

Sea mengangguk pelan, gadis itu tidak tau harus bagaimana lagi. jika di bilang trauma maka Sea akan menjawab bahwa ia berusaha untuk melawan trauma itu.

"lo gak marah? Sea please ini udah tindakan kriminal, pelecehan menentang norma yang berlaku di Indonesia, Sea. gue mohon, buka mata lo. bukan karena lo sayang buk Tania semuanya bisa lo maklumin," Tiara tidak habis pikir dengan Sea yang menyetujui jalan keluar dari pelecehan dengan menikah dengan sipelaku.

"Sea...," Panggil Tiara dengan suara yang begitu lirih, gadis itu merasa iba dengan Sea yang masih labil dan belum bisa berfikir secara dewasa.

kini keduanya sedang berada di atas balkon sekolah mereka. Sea yang tadinya menatap kearah jalanan, kini beralih menatap wajah kesal Tiara yang sedari tadi menyadarkannya.

"seandainya lo tau, kalaupun pak Bara harus di penjara karena kasus pelecehan, semua orang akan tau. bagaimana dengan reputasi pak Bara sebagai seorang guru Kimia? gak cuma itu, semua orang bakalan tau anak dari Daniel Wijaya di lecehkan oleh seorang guru Kimia? semua orang bakalan tau, gue gak mau orang-orang mencap gue sebagai manusia yang paling kotor dan menjijikan, Tiara," jelas Sea panjang lebar.

Tiara memegang bahu Sea, berusaha menyalurkan energi "itu bukan salah lo, itu salah pak Bara. itu karena dia yang udah renggut kesucian lo, Sea. Pemikiran lo jauh banget," Tiara dibuat heran dengan jalan pikiran Sea.

"seandainya lo tau, Tiara. pak Bara gak mungkin ngelakuin itu kalau bukan karena obat perangsang yang Chloe tarok di minuman yang pak Bara minum," Sea sungguh emosional jika harus membahas tentang kejadian pada malam itu. Sea trauma, Sea takut, tapi apa boleh buat? ia hanya bisa menyembunyikan rasa trauma itu rapat-rapat.

"Maaf," ucap Tiara bersalah. padahal Tiara sudah tau bahwa Chloe dalang dari semua ini. tapi Sea sengaja tidak meminta pertanggungjawaban karena takut jika Bara menanggung malu.

lagi pula ini semua sudah terjadi, Sea sudah menikah dengan Bara. namun sampai sekarang Sea masih belum bisa bertemu langsung dengan Tania. Sea malu, dia takut.

seorang pria berjalan menghampiri Sea dan Tiara yang sedang bercerita. pria tampan yang selama ini menjadi kekasihnya itu mendatangi Sea dengan membawakan coklat kesukaan Sea.

"hai sayang," dia adalah Awan. pria yang selama beberapa beberapa hari ini mencoba untuk menghubunginya tetapi tidak berhasil.

Awan adalah murid terpintar di SMA Pancasila, dan juga pria itu memegang jabatan sebagai wakil ketua OSIS. selama beberapa Minggu ini Awan mengikuti olimpiade matematika di London hingga membuatnya harus terpisah dengan Sea.

Awan berjalan mempertipis jaraknya dengan Sea, namun gadis itu mundur beberapa langkah untuk memberikan jarak antara keduanya. "jangan sentuh aku," ucap Sea.

rasa trauma yang Sea rasakan membuatnya menjadi takut untuk berdekatan dengan pria manapun termasuk Awan pria yang tidak tau apa-apa.

"Sea, kenapa-" ucapan Awan dengan cepat di potong oleh Sea

"Awan maaf, sepertinya hubungan kita sampai disini aja. aku gak bisa lanjutin semua ini," ucap Sea sembari tertunduk.

Awan terdiam mematung, penantian panjang, berharap dirinya akan bertemu dengan Sea pupus sudah. "Tapi kenapa, Ya?" tanya Awan tidak percaya.

"Aku salah apa sama kamu, Ya? aku sayang sama kamu, Sea," Awan berjalan mendekati Sea "kalau aku ada salah aku minta maaf, tapi jangan tinggalin aku. aku mohon," untuk pertama kalinya Sea membuat seorang pria menangis karenanya.

Tiara yang melihat itu semua hanya bisa diam seolah menutup matanya. jika boleh jujur, Tiara kasihan dengan Awan, tapi apa boleh buat? semuanya telah berakhir.

"maaf Awan. aku udah gak bisa sama kamu, aku pengen sendiri," jawab Sea.

"tapi kenapa, Sea?" Awan berkata lirih.

Sea menghembuskan nafasnya panjang "Aku gak kenapa-kenapa, aku cuma mau hubungan kita selesai sampai disini," ucap Sea dengan hati yang berat.

"gak," bantah Awan "pacaran itu di jalani oleh dua orang, kamu gak bisa memutuskan aku secara sepihak, Sea," Sea tidak banyak berbicara lagi, gadis itu tidak lagi mengindahkan Awan. gadis itu memutuskan untuk pergi dari tempat itu untuk menenangkan diri.

Tiara mengikuti langkah Sea yang menjauhi balkon. Tiara tidak ingin gadis itu merasa sendiri lagi. Tiara paham bahwa sekarang ini Sea sedang masa pemulihan dari trauma yang ia miliki.

langkah keduanya terhenti saat berpapasan langsung dengan Tania dan salah satu guru muda bernama bu Ayu. mau tidak mau Sea dan Tiara harus menyapa dan menyalami keduanya.

"eh Sea apa kabar? udah lama gak keliatan kemana aja?" Tanya Bu Ayu saat Sea menyalami tangan wanita muda itu.

Sea tampak tersenyum canggung, di tambah celetukan Tania yang membuat Sea terdiam dan seakan jantungnya berhenti berdetak "maklum lah Bu Ayu, Sea kan sekarang udah sibuk ngurusin rumah tangga," ucap Tania. walaupun itu terdengar seperti lelucon semata tetapi tetap saja gadis itu merasakan nyeri yang luar biasa di hatinya.

"Oh yaudah kalau gitu Sea sama Tiara pamit dulu ya, Bu Ayu dan Bu Tania," pamit gadis itu pergi meninggalkan kedua guru perempuan itu.

Sea yang biasanya tidak pernah sama sekali memanggil Tania dengan sebutan "Bu" membuat orang-orang yang berada didekatnya merasa heran.

tidak. Bahkan sekarang ini Sea lebih banyak diam dan kurang bersosialisasi dengan teman-temannya yang berada didalam kelas. tidak seperti dulu yang selalu menjahili teman-temannya.

"Gue berharap gue menghilang aja dari dunia ini bisa gak sih?" lirih Sea. ia benci, benci dengan semua yang telah terjadi kepada dirinya.

ia berharap hidupnya akan baik-baik saja saat ia dan Bara menikah, tapi apa yang terjadi? hidupnya semakin dibuat hancur dan tidak berguna.

kalau saja ia sedang tidak mengandung, akan dipastikan ia sudah pergi sejauh mungkin agar tidak bertemu dengan orang-orang yang ia benci seperti Bara.

"Sea... gue tau lo kuat," Tiara memeluk tubuh Sea. gadis itu meneteskan air matanya saat melihat kondisi Sea yang hancur berantakan.
















my teacher is my husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang