bab 16🥀

1.7K 45 2
                                    

"Apa yang kamu lakukan, Sea!" Teriak Bara saat melihat kondisi rumah yang begitu berantakan.

Sea tidak menjawab, gadis itu masih setia dengan isakan tangis di dalam selimut yang membungkus tubuhnya.

"Kamu bisa gak sih? Sehari aja gak bikin ulah? saya capek kalau kamu kayak gini terus, Sea," Bara mengacak rambutnya frustasi.

"Hehe bapak kira Sea juga gak capek?" tanya Sea terkekeh miris.

Bara mengepalkan tangannya kuat, bersiap untuk membogem wanita yang berada di hadapannya itu. namun ia urungkan, pria itu memilih untuk meninju cermin yang berada di kamar itu hingga membuat tangannya mengeluarkan darah segar.

"sekarang terserah kamu! saya serahkan semuanya sama kamu," Bara pergi meninggalkan Sea dalam keadaan yang sangat emosi.

tujuannya saat ini adalah rumah Tania, sudah sangat lama ia tidak menginjakkan kaki dirumah wanita itu.

Sejak ia menikahi gadis itu, Bara sudah sangat jarang berkunjung ke rumah istri tuanya itu. sebab, Bara tidak mungkin membiarkan Sea seorang gadis belia yang masih sangat labil itu tinggal sendirian dirumah.

walaupun sampai saat ini Bara masih ragu dengan perasaannya kepada Sea, namun Bara tetaplah harus bertanggung jawab atas Sea. apa lagi dengan kondisi gadis itu yang sedang mengandung anaknya.

mungkin untuk beberapa waktu ini Bara akan menenangkan pikirannya di rumah Tania untuk beberapa saat. Bara rasa ia sudah berada di titik jenuh menghadapi Sea.

Bara menyambar kunci mobilnya lalu melangkah pergi meninggalkan rumah itu. Bara dengan cepat menancap pedal gas mobilnya lalu melaju membelah jalanan yang sepi dan gerimis.

"kamu kenapa jadi begini sih, Sea?" gumam Bara.

20 menit berlalu, kini Bara sudah berada di gerbang rumahnya bersama Tania. ia sangat merindukan tempat itu. Tempat dimana ia dan Tania menghabiskan waktunya sejak 5 tahun sejak ia mengajar di sekolah Sea.

Bara segera turun dari mobilnya, terlihat bahwa pintu rumah itu tertutup rapat. tanpa pikir panjang pria jangkung itu segera mengetuk pintu yang tertutup rapat itu.

Tok tok tok

Sreettt

Terlihat seorang gadis kecil tengah membukakan pintu untuknya, gadis itu menatap Bara dengan tatapan yang berbinar.

Dia adalah Trisha Meliona Zahara. gadis kecil yang biasa dipanggil Icha itu tersenyum penuh arti "Daddy!" ucap gadis itu dengan semangat.

"Daddy kemana aja? Icha kangen, kenapa Daddy gak pulang-pulang? Daddy kenapa perginya lama? sejak Daddy pergi, mommy diam-diam sering nangis dikamar," ucap Icha tanpa ia tau bahwa sebenarnya ayahnya itu sudah mempunyai istri lagi diluar sana.

tapi apa boleh buat, Icha masih sangat kecil untuk mengetahui semua yang telah terjadi dengan kedua orang tuanya.

"Maafin Daddy, sayang. Daddy ada urusan, maaf udah bikin kamu nunggu lama," Bara mengecup pipi chubby milik Icha dengan gemas.

tak bisa di pungkiri bahwa sebenarnya Bara juga sangat merindukan putri sulungnya itu. Tapi ia juga tidak mungkin membiarkan Sea hidup sendiri dalam kondisi mental yang belum stabil.

tak lama seorang pria kecil datang menghampirinya "Daddy.." panggil pria itu dengan nada manjanya.

"Ya ampun sayang, Daddy kangen banget sama kamu," Bara beralih menggendong Gio putra bungsunya itu.

"Daddy es krim," ucap Gio. Bara tersenyum senang, ia sudah lama ia menemani anak-anaknya itu berbelanja camilan.

"Iya Daddy, kita udah lama gak ke mall," ucap Icha.

"Iya, nanti kita ke Mall ya. Mommy mana?" Tanya Bara kepada putrinya itu.

Tak lama seorang wanita anggun yang selama ini ia cintai itu keluar dari kamar. senyum Bara tak pernah pudar sejak awal ia memasuki rumah itu.

ia merasa kebahagiaannya kembali saat datang kerumah itu lagi. sebuah penyesalan kembali muncul di dirinya jika saja waktu itu ia mampu menahan birahinya, mungkin saja sampai saat ini Bara akan bahagia bersama Tania.

Bara menurunkan Gio dari gendongan nya, pria itu beralih memeluk tubuh istrinya itu. ia sangat merindukan Tania. tapi Tania selalu saja menolak jika Bara mendatanginya.

Tania tidak ingin Sea kesepian, Tani sangat mengerti bagaimana posisi Sea saat ini. apa lagi ditambah dirinya tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya membuat Tania merasa iba dengan gadis itu.

Bara bisa merasakan aroma tubuh Tania yang begitu sangat lama tidak ia cium. pria itu menghirup tengkung leher Tania hingga membuat wanita itu bergidik geli.

"Daddy. ayok jalan-jalan!" ajak Icha tidak sabaran. gadis itu terus mendesak agar Bara mau menghabiskan waktunya untuk pergi jalan-jalan dengan anak dan istrinya itu.

"iya sayang. kamu ajak Adek Gio buat siap-siap ya?" ujar Bara lembut. Icha mengangguk antusias sebelum akhirnya gadis itu melenggang pergi meninggalkan kedua orang tuanya.

Sepasang suami istri itu menatap punggung sepasang anak mereka yang kian menjauh, sebelum akhirnya keduanya hilang dari balik pintu.

"gimana dengan Sea, mas?" tanya Tania membuka suara.

Bara menghembuskan nafas panjang, pria itu terlihat sangat lelah dan putus asa "dia bikin onar di sekolah," jawab Bara pasrah.

Tania mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti dengan maksud Bara. "Kenapa bisa?" Tanya Tania penasaran.

"Sea dorong Trisna sampai anak itu masuk UKS. awalnya aku gak percaya, tapi setelah satu kelas bersaksi kalau Sea yang lakuin itu, aku jadi emosi," Tania diam, menunggu ucapan selanjutnya yang akan keluar dari mulut suaminya itu "aku bingung ngadapin Sea, dia terlalu labil untuk aku yang emosian ini," Bara memijat pelipisnya.

Tania memijat bahu Bara, berharap agar rasa penat pria itu dapat berkurang. Bara memegang tangan Tania yang menyentuh pundaknya "makasih udah selalu ada untuk aku, sayang," ucap Bara meraih tangan Tania lalu mengecupnya dengan tulus.

TBC!!!

Warning!!

Cerita ini hanya fiktif belaka, bila ada kesamaan nama, tempat, tokoh, itu hanya kebetulan. cerita ini murni dari hasil pemikiran gw sendiri. Mon maap kalau cerita gw kurang berkenan di hati lorang, intinya kalau gak suka skip aja.

Sorry lama gak up pren, soalnya sibuk ngurusin urusan sekolah.

Jangan lupa vote ye!!

Follow Ig: chaptr794

my teacher is my husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang