bab 15🥀

1.9K 52 0
                                    

Sea berjalan di lorong-lorong kelas yang sudah ramai dengan siswa-siswi yang berlalu lalang dan juga ada beberapa yang hanya duduk di kursi panjang yang di sediakan di setiap lorong.

seluruh mata menatap Sea dengan tatapan yang mengintimidasi dan ada beberapa yang memandangnya dengan tatapan remeh. Seorang Nasea Adriana gadis yang paling di segani di SMA Pancasila kini di pandang rendah oleh seluruh siswa-siswi Pancasila.

Sea tertunduk saat bisik-bisik dari mereka terdengar sampai telinga Sea. jantungnya berdegup kencang, hal yang selama ini ia rahasia kan sekarang menyebar begitu saja.

Eh katanya Sea udah nikah tau

Hah beneran? Nikah sama siapa?

Gak tau yang pasti fotonya cuma memperlihatkan Sea pas Ijah qobul doang, yang cowok nya gak keliatan wajahnya.

Wah parah sih, masih berani dia datang ke sekolah?

gak tau muka tembok mah mana tau malu ha ha ha

tuh liat, perutnya udah mulai buncit anjir. cepet banget jadinya haha

Kalau buk Tania sama pak Bara tau kalau anak kesayangan mereka kayak gitu, kira-kira mereka masih anggap Sea anak gak ya?

Sea menutup telinganya menggunakan kedua tangannya. Sea tidak ingin lagi mendengar bisikan-bisikan yang membuat mentalnya kembali jatuh.

Sea berlari meninggalkan mereka semua, tujuan Sea saat ini adalah taman belakang sekolah yang sepi. gadis itu berlari tanpa memperdulikan sekitarnya yang membicarakan tentang dirinya.

Tapi kenapa hanya Sea? Bagaimana dengan Bara? Bukankah pria itu adalah suami Sea? Sea tidak habis pikir dengan semua yang telah terjadi kepada dirinya.

Gadis itu memeluk kedua lututnya, ia menangis tanpa henti. rasa sesaknya tak kunjung mereda, Sea mengeluarkan sebuah cutter dari dalam tasnya.

dengan gerakan cepat Sea menggoreskan mata cutter itu di lengannya beberapa kali. darah segar mengalir dari lengan gadis itu. melihat darah yang mengalir deras, Sea tersenyum miris.

jika dulu Awan selalu datang untuk menenangkannya, sekarang ia justru menggunakan benda-benda tajam untuk melukai dirinya sendiri. berharap rasa sakit di hatinya bisa terwakilkan oleh luka yang ada di lengannya.

"aku kira dengan aku menjauh, hidup kamu akan lebih baik sama pak Bara, tapi ternyata kamu tidak sebahagia itu, Sea," ucap Awan. pria itu berjalan menghampiri Sea lalu meraih cutter yang berada di genggaman Sea.

Sea menoleh menatap pria itu dengan tatapan sendu, air mata tak kunjung berhenti dari sudut mata gadis itu. entah berapa kali dalam sehari ia menangis.

"aku boleh meluk kamu gak?" Izin Awan. Sea mengangguk lemah, sebelum akhirnya Awan mendekap tubuh Sea yang terasa semakin kurus.

"Awan... maafin aku," ucap Sea dengan sangat lirih.

"Its oke, Girl. Ini tidak sepenuhnya salah kamu," ucap Awan dengan begitu lembut.

Awan tidak pernah berubah, pria itu akan selalu mencintai Sea walaupun Awan tau bahwa cintanya itu salah.

"Foto dan video itu udah tersebar, Sea. siapa laki-laki itu?" tanya Awan dengan penuh rasa kekecewaan. "Apa karena ini kamu mutusin hubungan sama aku?"

Sea mengangguk pasrah. Sea berjalan menuju kelasnya dan meninggalkan Awan seorang diri di taman belakang sekolah.

Hingga tibalah Sea di pintu kelasnya, disana sudah ada Bara yang sedang menjelaskan materi hari ini kepada siswa-siswinya. pria itu terlihat sangat berkharisma.

"Permisi. maaf, pak saya telat," ucap Sea. seluruh pasang mata beralih menatap dirinya dengan tatapan tajam.

"dari mana kamu, Sea?" Bara menatap gadis itu heran. bagaimana mungkin seorang Sea telat datang ke sekolah?

Pria itu tak sengaja melihat luka sayatan yang Sea buat di lengannya dan mata gadis itu yang sembab akibat menangis.

"Apa ada yang nyakitin dia?" Batin Bara

Sea tampak menunduk, ia meremas jari jemarinya.

"mungkin ngadu sama suaminya, pak. kan foto pernikahannya udah kesebar haha," ujar salah satu siswa di kelas XI MIPA 3.

Bara terkejut mendengar ucapan Tarina, Siswi yang berceletuk beberapa detik yang lalu. "Silahkan duduk, Sea," ucap Bara menjadi salah tingkah.

Bara sudah kehilangan mod untuk kembali menjelaskan materi, entah siapa yang telah menyebarkan foto pernikahannya dengan Sea. bagaimana nanti jika mental Sea semakin terganggu dan membuat Sea menjadi depresi?

Sea menatap sekeliling, tidak ada Tiara. entah kemana gadis itu pergi. Sea merogoh kantong yang ada di rok nya untuk mengambil ponsel.

Dan benar aja, Tiara tidak memberikan kabar apapun. biasanya Tiara akan mengabarinya jika Tiara tidak hadir.

"baiklah, kalian kerjakan buku paket halaman 123 sampai dengan 126. dikumpul hari ini!" tegas Bara. pria itu memilih untuk duduk di kursi guru.

Bara melirik Sea yang tengah mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket dengan tatapan kosong. Bara bisa melihat air mata Sea yang mengalir tanpa henti.

ia merasa gagal menjadi pelindung untuk Sea, entah bagaimana cara agar Bara dapat melindungi gadis itu.

"Bapak izin ke toilet sebentar ya. Jangan ada yang ribut!" ucap Bara pergi meninggalkan kelas.

Stela berjalan mendekati Sea yang sedang membuat rumus kimia di sebuah kertas. Sea tidak ingin Bara kembali marah kepadanya karena nilainya yang jelek.

"Heh janda! kerjain tugas gue!" titah Stela sembari menendang kursi milik Sea. "lo denger gue gak sih!" Kesal Stela karena Sea tidak menggubrisnya.

Brak

Triska mendorong kursi Sea kebelakang hingga membuat Sea terhoyong kebelakang bersamaan dengan kursinya.

Haha

Tidak ada yang membantu Sea, semua orang hanya menertawakan seolah itu adalah sebuah lelucon. dengan susah payah Sea mencoba untuk bangkit lagi.

Triska menjambak rambut Sea hingga membuat gadis itu mendongak. "gue harap setelah ini lo keluar dari sekolah ini!" Ucap Triska sembari tertawa miris.

Triska berjalan kearah air bekas perasan kain pel, tanpa rasa berdosa Triska menyiramkan air bekas perasan pel itu ke tubuh Sea hingga membuat tubuh gadis itu basah kuyup.

"UPS sorry gak sengaja," ucap Triska dengan nada yang mengejek.

Begitupun dengan para siswa yang berada di dalam kelas itu, tidak ada satupun dari mereka yang berniat untuk membantu Sea.

Stela mengambil buku catatan Sea lalu membakarnya. Tidak sampai di situ, Triska membenturkan kepala Sea ke meja hingga membuat darah segar keluar dari pelipisnya.

hal yang sama terjadi, tidak ada seorangpun yang berniat menolong. Sea sudah tidak tahan dengan semua perlakuan mereka. dengan sekuat tenaga Sea mendorong tubuh Triska hingga membuat Triska tersungkur di lantai.

Sea mengambil tasnya, lalu berlari meninggalkan kelas tanpa mempedulikan teriakan Triska dan Stela yang mengamuk memanggil namanya.




my teacher is my husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang