Kembali memakai seragamnya yang sudah ada di dalam lemari selama satu tahun. Semua kejadian itu terus teringat dalam pikirannya. Hari dimana ayahnya meninggal di depan polisi, kejadian ibu nya yang meninggalkan dirinya dan bentakan demi bentakan dia dengarkan juga.
Setelah hari kematian ibu nya, kakak sulung nya itu berubah drastis. Lebih menjadi seorang yang pemarah, mudah tersinggung, emosian dan kasar. Ia tidak tau apa yang dikatakan saat itu hingga membuat sang kakak berubah. Dia Haikal atau yang biasa di panggil Echan ( hanya untuk keluarga ), kakak sulungnya.
brakk...
Tiba tiba pintu di buka kasar oleh seseorang, menampakan kakak sulungnya yang sedang berdiri di depan pintu dengan pakaian yang sangat berantakan, rambut acak acakan, tiga kancing teratas kemejanya terbuka dan bau alkohol yang menyengat juga tercium olehnya.
"Kamu mau kemana?" Tanya Haikal dengan suara parau khas orang mabuk.
Gadis itu tidak langsung menjawab, dia sibuk merapikan pakaiannya dengan mengaca di depan cermin panjang.
"Sekolah, apa kamu buta? Astaga, aku seperti orang gila yang sedang berbicara dengan hantu." Ketus gadis itu lalu melesat pergi meninggalkan sang kakak yang sudah tertidur di kasurnya.
"Ujin."
Gadis itu menghentikan langkahnya kala nama nya dipanggil, menoleh kebelakang dan tetap memasang wajah dinginnya.
"Apa kamu sudah sarapan?"
Dia menghela napas kasar.
"Aku lelah, tapi baiklah aku akan menjawab pertanyaan kakak. Aku belum sarapan dan tidak mau sarapan, aku bisa membelinya nanti di kantin."
Pemuda tinggi itu menepuk pundak adeknya yang selisih dua tahun dengannya.
"Aku bisa memasakan sarapan un-"
"Tidak perlu, kak. Mending kakak pergi kuliah saja, aku bisa membelinya nanti."
Dia menatap kakaknya untuk membuat pemuda tinggi percaya dengannya dan tersenyum kecil setelahnya.
"Aku pergi!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- Sulung & Bungsu -
Jam sudah menunjukan pukul 8 malam, ia terbangun dari tidur panjangnya. Tapi dia merasa kamarnya sangat asing, mencoba untuk menyadarkan dirinya, tapi kepalanya terasa sangatlah pusing.
ceklekk...
Netranya beralih kearah pintu yang terbuka, menampakan seorang gadis dengan seragam sekolahnya dan seorang pemuda tinggi di belakangnya.
"Apa kepalamu masih sakit? Aku bilang berhentilah pergi ke tempat seperti itu." Ucap pemuda tinggi, ia mengambil langkah untuk mendekati sang kakak lalu duduk di sebelahnya sambil menaruh tangannya di dahi lelaki pendek itu untuk merasakan panas atau tidak.
"Kak, dia itu tidak akan mempan di gitukan. Tau sendirilah kakak mu kayak gimana." Ujar gadis dengan seragam sekolah tadi.
"Bisakah kalian diam? Kepalaku tambah sakit gara gara kalian." Ucap si sulung yang masih memegangi kepalanya.
"cih, tidak tau terima kasih."
Setelah itu gadis itu pergi keluar sambil melempar tasnya asal.
"Kenapa dia mudah sekali ngambek sih? Dasar cewek."
tukk...
Dengan kesal Nana -si kedua- memukul kepala kakaknya cukup keras.
"Narendra!"
"Biarin, aku membalaskan rasa kesal adekku." Ujar Narendra setelahnya ia pergi mencari adeknya.