[ Seoul 2022, Sep 07 - narendra pov ]
Disini sekarang aku berdiri, didepan sebuah rumah besar yang hanya di huni oleh dua orang.
Memang, nyatanya aku memang jarang pulang kerumah. Seperti orang tak dianggap yang berpergian diluar sana.
"Menjadi lebih baik itu sulit, tapi kenapa menjadi jahat itu sangat mudah?"
Langkahku terhenti didepan pintu. Ketika aku hendak membukanya, aku malah mendengar suara kak Haikal yang sepertinya sedang berbicara dengan Rajiela.
Astaga, aku sangat merindukan adek cantikku itu.
"Karna semua orang yang baik pasti juga memulainya dengan kejahatan, jadilah diri kamu sendiri, kak."
Tanpaku sadari senyumku mengembang. Seolah olah aku kembali mendapatkan semangat hidupku.
ah, sudah lama aku tidak merasa sebahagia dan se-semangat ini.
Aku membuka pintu dan melihat kak Haikal dan Rajiela yang terkejut melihat kehadiranku.
Aku tersenyum manis kearahnya, tentu saja. Aku sendiri sangat merindukan mereka.
"Hei."
"Masih tau jalan pulang ternyata."
Aku hanya tersenyum pilu mendengarnya. "Maaf." Cicit ku pelan.
"Maaf? Basi tau ga?"
bughh...
Sakit. Aku hanya bisa pasrah ketika kak Haikal tiba tiba memukul wajahku.
Aku melirik sekilas kearah Rajiela yang terkejut. Sakit sekali.
"Berhenti!"
Kak Haikal masih terus memukuli ku. Aku berpikir bahwa aku bisa saja mati disini sekarang.
"Kak!"
Kak Haikal menghentikan pukulannya. Dua minggu yang lalu, kak Haikal sudah memukuli ku, dan sekarang lagi?
Memar yang kemaren saja belum sembuh sudah di tambah lagi. Aku hanya tersenyum mengingatnya.
"Pukul lagi aja kak. Setelah ini kakak ga bisa pukul aku lagi."
"Maksud kamu?" Tanya kak Haikal yang terlihat khawatir denganku.
Aku hanya tersenyum tipis kearahnya. "Aku ingin mati." Jawabku.
"Nana! Ga lucu iya bercandanya."
Aku menunduk dalam. Pikiranku kacau seketika. Aku ingin marah, nangis dan teriak secara bersamaan.
Sakit sekali rasanya. Seluruh badanku terasa sangat sakit sekarang.
"Kenapa?"
Rajiela masih bertanya padaku dengan nada lembutnya. Aku merasa sedikit tenang sekarang.
"Kak?"
Aku mendongak dan menatap Rajiela di sebelahku.
"Jawab Narendra?!"
"Aku juga ga pengen kayak gini, kak! Aku juga pengen sama kalian terus."
Maaf, kak. Maaf aku malah meluapkan rasa marahku padamu. Maafin adekmu ini, kak Haikal.
"ah. Pengen pergikan? Pergi saja sana!"
Aku yang mendengarnya hanya bisa tersenyum lalu melangkahkan kakiku menjauh, meninggalkan rumah. "Jangan kembali kalo bisa." Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang aku dengar.
[ iv. epilog - narendra pov end ]
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR KEHILANGAN : RYUJIN [✔️]
Acak[ with - nct dream and itzy ] Kehilangan pasti menjadi akhir dari semuanya