[ Seoul 2022, Sep 28 ]
Haikal kembali menghela napas kasar. Dia kembali mendengarkan rumor dan berita tak bagus tentang adeknya, Narendra.
Dengan cepat dia melangkahkan kakinya menuju parkiran mobil. Masuk kedalam mobilnya dan menatap kosong kearah jalanan dihadapannya.
Dia masih berada di area kampus sekarang. Masih berada di parkiran juga.
tokk...tokk...
Haikal langsung menoleh kearah kaca mobil sebelah kanannya. Melihat Mada berdiri disana, dia langsung menurunkan kaca mobilnya.
"Narendra, dia lagi kerja. Gue ga bisa ngehubungin dia."
"ck, yaudah makasi."
Haikal langsung menaikan kaca mobilnya lagi dan mengeluarkan mobilnya dari area parkiran. Melajukannya menuju rumah.
Selama di jalan, pikirannya sangat kacau. Dia sibuk memikirkan Narendra yang sudah dua minggu menghilang.
drtt...
Haikal langsung mengambil handphonenya yang dia taruh di dalam tas sebelumnya. Melihat ada panggilan telpon dari Rajiela.
"Kenapa?"
"Kak, kak Nana pulang."
Haikal menghela napas lega.
"Yaudah, tunggu kakak pulang. Ini mau sampai rumah bentar lagi."
"Kak."
Haikal mengerutkan keningnya bingung saat mendengar nada suara adeknya yang berubah pelan dan parau seperti orang habis menangis.
"Kenapa, Ji?"
"Kak Naren- hiks..."
Haikal dengan cepat keluar dari mobilnya ketika sudah sampai didepan rumah. Dia langsung masuk kedalam rumah dengan telpon yang masih tersambung dengan Rajiela.
brukk...
Kakinya lemas. Dadanya kembali sesak. Dia kembali melihat sebuah raga kaku dan dingin yang kehilangan jiwanya.
Apa lagi. Sekarang ini apa?
"Ji-"
"Haikal."
Mereka serentak menoleh kearah pintu. Melihat Mada ada disana, Haikal langsung menghampiri pria itu dan memukulnya tepat diwajah.
bugh...
Dua pukulan mengenai wajah Mada.
"Ini yang kamu bilang ga bisa ngehubungin Narendra?!"
Mada menahan tangan Haikal dan menarik Haikal kedalam dekapannya. Haikal tidak tau harus bagaimana, sekarang dia hanya bisa menangis dalam dekapan Mada.
"Rajiela, ini."
Athares memberikan dua surat kepada Rajiela. Rajiela menerimanya, tapi pandangannya terus menatap tubuh dingin dan kaku Narendra.
"Kakak jahat. Kakak ninggalin, Ujin. hiks..."
'Hei, adeknya kakak. Makasih iya.'
"Aku ga suka kakak bercanda kayak gini! Buka mata kakak lagi. Ujin ga butuh makasih dari kakak, Ujin cuman butuh kak Nana sekarang, hiks..."
Lea yang baru datang dan melihat sahabatnya menangis langsung menghampirinya dan berusaha untuk menenangkan Rajiela.
Lea datang dengan Rangga.
"Rajiela, kamu tau kan tentang pertemuan dan perpisahan?" Tanya Lea.
Rajiela menganggukan kepalanya didekapan Lea.
"Kamu tau, setiap ada pertemuan pasti selalu ada perpisahan." Lea mengusap pelan pundak Rajiela.
Rajiela melepaskan pelukannya dengan Lea. Menatap gadis dihadapannya. "Bukankah kita harus tetap kuat menerima semuanya? Aku tau kamu atau pun orang lain pasti butuh waktu, tapi jangan terlalu terlarut dalam kesedihan. Iya?" Lanjut Lea.
Rajiela menatap tubuh Narendra. Mata indah itu terpejam sempurna. Wajah yang memar kemaren masih terlihat disana.
"Belajar mengikhlaskan dulu ya, soal melupakan itu urusan belakang. Kalo kamu ikhlas, kamu juga bisa melupakannya."
"Tidak. Walaupun kamu sudah ikhlas tentang kepergiannya. Tidak masalah terus mengingatnya. Tidak perlu selalu untuk di lupakan, jika kamu bisa." Sahut Rangga.
Lea menatap kesal kearah kembarannya.
"Diam!"
Rangga menggedikan bahunya acuh dan kembali menenangkan Haikal.
"Iya. Aku akan berusaha untuk tetap bertahan."
Narendra meninggalkan mereka. Ini yang dimaksud Narendra ingin menyusul Nantha dan kedua orang tuanya. Narendra sudah bertemu dengan mereka disana.
Jangan khawatir tentang Rajiela. Mungkin, Haikal akan mengurusnya?
[ iii. epilog ]
KAMU SEDANG MEMBACA
TAKDIR KEHILANGAN : RYUJIN [✔️]
Acak[ with - nct dream and itzy ] Kehilangan pasti menjadi akhir dari semuanya