14. Ini Cinta!

711 26 11
                                    

Matahari sudah kembali ke peraduannya. Sore yang cerah seketika berubah menjadi kelabu. Rintik hujan turun membasahi. Semerbak wangi tanah basah begitu tercium dan hilang seketika ketika rintik-rintik itu berubah menjadi derasnya air yang berbondong-bondong turun membasahi pepohonan itu.


Seorang lelaki berlari menuju apartemen yang dia tempati ketika gerimis berubah menjadi hujan lebat. Dengan langkah lebar dan tergesa-gesa dia memasuki kamar unitnya. Tanpa sepengetahuannya ada sepasang mata yang mengamatinya sedari tadi.

Wanita itu keluar dari cafe, meninggalkan seseorang yang menemaninya sedari tadi.


"Mau kemana?"

"Kakak pulang aja duluan, aku ada sesuatu penting yang harus aku selesaikan." Jawab wanita itu.

"Diluar hujan, tunggu sampai reda dulu atau ingin aku antar?"

"Gak usah kak."


Setelah mengatakan itu wanita itu bergegas pergi. Sebelum memasuki apartemen itu dia memutar arah. Memastikan jika lelaki yang bersamanya tadi tidak akan melihatnya memasuki apartemen itu.


Bagai seorang pencuri dia masuk ke parkiran bawah tanah. Mengendap-ngendap disana. Matanya terus mengawasi, jaga-jaga ketika ia melihat orang yang ia kenal. Sesampainya di lift ia bergegas masuk dan menekan tombol yang menghubungkannya dengan lobby.


"Selamat sore mbak, ada yang bisa kami bantu?" Tanya seorang resepcionist cantik.

"Bapak Purnama Putra Pratama tinggal di unit berapa ya?"

"Sebentar ya..." Setelah itu disebutkan lah nomor unit yang ditempati Tama.

^^

TINGTONG.

TINGTONG.


"Siapa sore-sore begini yang berkunjung?"


TINGTONG.

TINGTONG.


"Iya sebentar."


Ketika aku membuka pintu unitku. Sesosok perempuan langsung berhambur memeluk tubuhku. Begitu erat. Bajunya tampak basah dibeberapa bagian, sepertinya dia mencoba menghindari hujan tadi. Dia terisak dipelukanku.


Seketika desiran halus melanda diriku kembali. Setelah beberapa lama aku tak berinteraksi dengannya.


"Maaf kak, maafin Mutia." Ucapnya sembari terisak.

"Maaf Mutia emang salah kak. Tapi tolong jangan tingkalkan Mutia sendirian kak."

"Hei... Minta maaf untuk apa? Kamu gak salah. Memang kenyataannya seperti itu kok. Yang seharusnya meminta maaf itu aku. Aku gak bisa jadi orang yang lebih baik buat kamu."

"Ssstttt. Kakak itu adalah orang terhebat yang Mutia kenal. Maafin Mutia ya kak."

Entah dapat keberanian darimana tanganku mengusap kepalanya dengan lembut.

"Masuk yuk. Kamu harus mandi air hangat."


Mutia mengikuti perintahku untuk masuk ke dalam unit yang kumiliki ini.

DIRTY MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang