Tap
Tap
Tap
Wanita itu berjalan dengan tergesa-gesa memasuki pekarangan rumah. Tangan kanannya mendorong sebuah koper yang cukup besar. Matanya menyapu seluruh penjuru. Setiap tempat dan setiap sudut. Namun ia sama sekali tak menemukan seseorang yang dicarinya.
Kemana dia? - Batin gadis itu.
Tak lama kemudian keluarlah seorang pria dari dalam rumah. Nampaknya ia hendak pergi. Terlihat jelas dari pakaian yang ia kenakan. Perpaduan T-shirt berwarna biru cerah, celana jeans selutut dan juga sepatu kets berwarna senada dengan baju yang ia kenakan. Tak lupa sebuah topi hiphop berwarna biru hitam dan juga kaca mata hitam menambah kesempurnaan penampilannya.Pria itu berjalan mendekati wanita tadi. Aroma parfume menyapa pembauan sang wanita. Wanginya mampu menenangkan fikiran siapa saja yang menghirupnya. Dipandangnya wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Pria tadi mulai membuka mulutnya, sepertinya ia hendak bicara kepada wanita itu. Namun selang berapa detik bibirnya kembali mengatup.
Yang ia lakukan justru meninggalkan wanita tadi yang sedang mematung menatapnya dengan tatapan bingung.
--
"Eh anak Abi kapan datang?" Tanya Ayah itu kepada anaknya.
Mutia tersenyum, kemudian ia mencium punggung telapak tangan orang tuanya. Tak lupa sebuah kecupan mendarat di pipi kanan sang Ayah.
"Tadi pagi." Jawab Mutia.
"Sendirian?" Tanya Ayah lagi.
"Heemp" Mutia hanya menganggukan kepala.
"Kak Purnama gak jemput emang? Abi sudah menyuruhnya menjemputmu di bandara."
"Abi ini bagaimana sih? Menyuruh kak Purnama menjemput Mutia, apa tidak salah? Jelas-jelas kita sudah tak bertemu sekitar 7 tahun. Kak Purnama masih ingat sama Mutia aja, Mutia sangat bersyukur." Jelas Mutia.
"Oh iya ya, Abi lupa. Maafnya sayang."
"Kak Purnama kemana, bi?" Tanya Mutia. "Tadi pagi Mutia ketemu sama laki-laki bi, apa itu kak Purnama?"
"Laki-laki yang mana? Jangan-jangan kamu ketemu sama mang Darman lagi. Tukang kebun rumah." Kata Abi sambil terkikik geli.
"Iiiihhh Abi." Rengek Mutia. "Masa tukang kebun penampilannya rapih kaya gitu sih. Masih muda lagi."
"Abi kira kamu mau bilang kalau Kakak kamu itu kece." Jawab Ayah sembari memamerkan giginya yang putih.
"Kece? Apa itu, bi?" Tanya Mutia dengan wajah bingung.
"Bahasa anak muda jaman sekarang." Jawab Ayah. "Oh iya... Kamukan baru pulang ke Indonesia, mana mungkin tau kece." Tambah sang Ayah ketika mengingat bahwa Mutia baru saja kembali ke rumahnya.
--
Jam dinding menunjukan pukul 00.03. Mutia terbangun dari tidur ketika dahaga menyapa tenggorokannya. Mutia berjalan dengan rasa kantuk yang tak kunjung pergi.
Cuci muka mungkin akan sedikit membantu - Batin Mutia seraya kembali menuju kamarnya.
"Ini lebih baik." Ucap Mutia setelah membasuh wajahnya di wastafel.
Ketika dia melewati kamar Purnama langkahnya terhenti. Ia memegang knop pintu itu dengan ragu.
Apa Kak Purnama sudah pulang? - Tanya Mutia dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRTY MAN
Teen FictionBukannya aku tak menerima semua kehendak Tuhan. Bukan juga menyesali semua suratannya. Aku tahu, jika semua ini tidak pernah terjadi...... Mungkin.... rasa itu tidak akan pernah muncul, juga tidak akan pernah bertahan sampai detik ini. Hanya saja, b...