6. Blood!

1.2K 38 6
                                    

Tengok Mulmed ^^

PURNAMA PUTRA PRATAMA

^^

Biarkan ini menjadi rahasia.

Rahasia kotorku dengan Tuhanku. ~ Cc

^^

What's wrong with mee? -

"Aaarrgghh" Geram Purnama. Iya meremas rambutnya dengan gemas, menjambak dan terus menjambaknya untuk kesekian kalinya. Tak dihiraukan rasa sakit yang mulai menjalar dari kepala, yang disebabkan oleh tarikan tangan di rambutnya itu. "Kenapa semuanya terasa sulit ketika dia berada di dekatku? Kenapa diri ini jadi tak terkendali? Sebegitu kuatkah pengaruhnya terhadapku?" Purnama terus saja menanyakan semua itu kepada dirinya sendiri.

Purnama memutuskan keluar untuk sekedar mencari angin. Ketika iya hendak menutup pintu kamarnya ada sebuah suara yang ia kenali memanggil namanya.

"Kak Tama." Panggil Mutia. Ia berdiri tepat di depan pintu kamarnya yang bersebelahan dengan Purnama.

Purnama menoleh kearah sumber suara, dahinya berkerut. Kemudian matanya melirik jam yang bertengger di tangan sebelah kirinya.

Pukul 11.43 pm - Gumam Purnama.

"Kakak mau pergi kemana?" Tanya Mutia, ia melihat Purnama berpakaian rapih. Ia mengenakan kaos berwarna hitam bertuliskan The Dark di depan dadanya. Dipadukan dengan jaket kulit coklat tua, beserta jeans berwarna senada dengan kaosnya. Tak lupa sepatu sport melengkapi penampilanya. Tangan kanannya menggenggam sebuah kunci. Sepertinya kunci motor. Berbeda sekali dengan Mutia, ia mengenakan piama berwarna cream dengan motif bunga-bunga dipadukan dengan sandal shaun the sheep berbulu tebal yang memberikan kehangatan kepada kakinya.

Terlihat Purnama memijat pelipisnya dengan tangan kiri.

"Kamu belum tidur?" Tanya Purnama beberapa detik kemudian.

"Hmmm... Mutia gak bisa tidur, kak. Sebenarnya... " Mutia menggantung kalimat terakhirnya. Ia malu untuk mengatakan langsung kepada Purrnama.

"Apa?"

"Sebenarnya..... Mu... Mutia... Nung... Guin... Kakak..." Jawab Mutia terbata.

Purnama menunjukan telunjuknya dan diarahnya ke dirinya. "Nunggu aku?" Tanya Purnama memastikan.

Mutia mengangguk lemah.

"Kenapa kamu gak masuk aja ke kamar sih. Aku dari tadi gak tidur kok." Purnama mendekati Mutia yang berjarak hanya beberapa langkah saja dari hadapannya.

"Aku kira kakak udah tidur."

Purnama meraih tangan Mutia, ia kaget. Tubuh Mutia benar-benar panas. Rupanya ia demam. Purnama berusaha sebisa mungkin untuk mengendalikan emosinya agar tak meledak.

"Kau demam dan kau diam saja di depan pintu kamarmu?" Tanya Punama sinis. "Ayo masuk." Kemudian Purnama memapah Mutia dan membaringkannya di tempat tidur.

Purnama melangkah kakinya hendak mengambil handuk dan air dingin.Tiba-tiba tangan Mutia menghentikannya.

"Kakak jangan pergi. Kita butuh bicara." Rengek Mutia.

"Aku akan mengambilkan handuk dan air dingin untuk menurunkan demammu."

"Aku gak butuh itu. Aku butuh kakak. Banyak yang Mutia mau bicarakan." Mutia masih bersikeras.

"Aku tidak akan kemana-mana, Mutia. Hanya pergi ke bawah sebentar." Jawab Purnama berusaha tenang.

"Aku butuh kakak." Ujar Mutia lembut, tatapannya sayu. "Bisa gak? Sekali saja kakak turuti keinginan Mutia. Bukan hanya Mutia kecil saja yang terus kakak turuti."

DIRTY MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang