8. Seharusnya ini tak pernah terjadi

1.1K 35 10
                                    

Mentari mulai bersembunyi, menutup dirinya dan membiarkan kegelapan menggantikan. Sore ini Angelina tiba di Indonesia. Setibanya di Indonesia dia di sambut dengan kemacetan, polusi udara dimana-mana, suara bising yang berasal dari kendaraan-kendaraan bermotor. Ahhh.... Ini sama saja bunuh diri secara perlahan-lahan - Batin Angelina.

Sepuluh menit yang lalu sebelum ia hendak meninggalkan bandara, Daddy memberitahu jika dia sudah membelikan sebuah apartemen beserta fasilitas lainnya. Awalnya Angelina mengira bahwa Ayahnya sudah tak peduli lagi dengan keberadaannya. Persetan dengan wanita jalang yang dinikahinya. Sampai kapanpun ia tidak akan pernah bisa menggantikan orang nomor satu di kehidupannya. My mom is you, always and forever!

Tempat pertama yang ia datangi adalah rumah sahabatnya, Mutia.

^^

Sesampainya di rumah Mutia, dia melihat Mutia sedang duduk di teras rumah.

"Hi...." Angelina melambaikan tangannya.

"Hi.... Angelina. I really miss you, darling." Ujar Mutia seraya berlari dan memeluk tubuh Angelina.

"Yes... Me too." Jawab Angelina.

"Baru sampai Indonesia? Kita lanjutkan di dalam saja. Ayo masuk..." Ajak Mutia.

"I am so sorry, honey. Bukan menolak ajakanmu. Hanya saja aku harus segera membereskan barang-barangku di apartemen baru." Kata Angelina dengan raut wajah sedih.

Mutia tersenyum menanggapi perkataan Angelina.

"Baiklah." Jawab Mutia pendek.

"Aku minta nomor ponselmu."

Mutia menyebutkan nomor ponselnya. Setelah itu, Angelina pamit pulang.

^^

"Abi mau kemana?" Tanya Mutia.

"Abi ada janji dengan client, Abi." Jawab Ayah Mutia. "Abi tidak akan pulang, mungkin menginap di hotel."

"Abi gak bermaksud menyembunyikan sesuatukan?" Tanya Mutia curiga.

"Ya ampun de... Nggak. Abi ada janji sama client." Jelas Ayah Mutia seraya mengecup keningnya.

"Oh... Abi hati-hati ya." Ucap Mutia. "Oh iya, kak Purnama mana?"

"Di kamarnya, dari pagi belum keluar. Oh iya... Mau dibawain oleh-oleh apa?"

"Seperti biasa aja, Abi. Yaudah Mutia mau liat kak Purnama dulu."

Setelah mencium punggung tangan Ayahnya dan mencium pipi kiri sang Ayah, Mutia naik ke lantai dua. Lebih tepatnya ke kamar Purnama.

Tok Tok Tok....

"Kakak... Ini Mutia...."

Tak ada jawaban apapun dari dalam.

"Kakak... Mutia boleh masuk?"

Hening....

Tok Tok Tok....

Masih sama.... Tak ada jawaban dari sang pemilik kamar.

Ceklek.

Begitu membuka pintu, tatapan Mutia langsung tertuju pada tubuh Purnama yang terbaring di atas tempat tidur. Ketika ia memasuki kamar Purnama, suhu kamar yang sangat dingin seakan masuk ke seluruh tubuhnya. Matanya terbelalak ketika mendapati suhu AC kamar sangat rendah.

Apa kak Purnama selalu tidur dengan suhu seperti ini? - Batin Mutia.

Ia melangkah mendekati tubuh Purnama.

DIRTY MANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang