"Kak!" Panggil Mutia.
"Hmm iya..."
"Kok ngelamun si? Apa jawabannya?" Mutia terkesan menuntut.
Purnama terlihat berpikir sejenak. Mencerna kalimat yang terlontar dari mulut adiknya itu. Benarkah ia yang mengatakannya? Atau hanya khayalan semata? Terlalu mengharapkan. Juga terlalu mendambakan.
"Bisa kau ulangi kalimatmu itu?"
"Bagaimana jika Mutia mencintai kakak?" Kalimat itu begitu lancar ia lontarkan.
Sebuah senyuman tercetak jelas di wajah Purnama. Jelas saja Mutia mencintainya. Apa ia sudah lupa? Kau kakaknya Purnama! Jangan lupakan itu lagi. Cinta apa yang kau harapakan dari gadis kecilmu itu? Bukankah seperti ini sudah membuatmu hidup?
"Kau bercanda Mutia? Jelas saja kau mencintaiku. Aku ini kakakmu. Aku tak lupa itu. Tenang saja." Tangan Purnama mengelus puncak kepala Mutia. Lantas ia mengecupnya dengan penuh kasih sayang.
Seperti ini saja sudah cukup. Aku tak pernah berani menginginkan yang lain. Jangankan untuk menginginkan, hanya sekedar mengkhayal saja aku tak berani melakukannya. Lantas apa yang ku harapkan?
"Kita sedang membicarakan konteks yang berbeda dengan itu."
Ku mohon... Jangan membuatku terlalu berkhayal berlebihan. Mengapa kalimat itu yang selanjutnya kau ucapkan? Bolehkan aku menduga ke arah yang selama ini aku rasakan. Benarkah kau juga mempunyainya? Iya punya rasa yang selama ini tak sempat terucap.
"Sebenarnya apa yang kau maksud?" Jaga perasaanmu. Jangan melambung terlalu tinggi. Aku khawatir jika sebentar lagi kau akan dihempaskannya tanpa ampun Purnama!
"Kak." Mutia memposisikan kepalanya di pangkuan Purnama. Menaikan kakinya ke atas sofa. Lalu mencari posisi senyaman yang ia rasa.
"Seandainya Mutia jatuh cinta, jatuh cinta kepada seorang pria. Lalu pria itu adalah Kakak Mutia sendiri. Mutia harus bagaimana kak?"
Ya Tuhan... Cobaan apalagi ini? Tak cukupkah hanya aku yang berdosa disini? Mencintai adik kandung selayaknya mencintai perempuan dewasa. Kenapa Kau juga menghadirkan rasa itu kepadanya? Ku mohon Tuhan... Biarkan hanya aku yang berdosa disini. Jangan gadis kecilku. Aku bahagia dengan keadaan yang seperti ini. Ketika Kau tak menuliskan takdirku bersamanya. Lahir pada rahim perempuan yang sama. Aku tak tahu apa aku bisa bertemu dan menjalin hubungan demikian erat dengan seorang perempuan hebat ini?
"Katakan aku harus menjawab apa?" Entahlah. Sepertinya untuk saat ini aku kehabisan pasokan kata yang kumiliki. Tolong kendalikan. Jangan sampai kau mengakui perasaanmu dihadapan gadis kecilmu ini.
"Disini." Tangan Mutia menunjuk pada dada Purnama. "Dan disini." Tatapannya menyelami mata Purnama. Mata yang serupa dengan yang ia miliki. "Ada Mutia."
TBC
Depok, 06 Juni & 05 Juli 2015 2:20 WIB
C.A
Saya tahu ini sangat pendek. Please jangan bahas itu. Oke saya kasih bocoran kenapa saya baru keluar dari peradaban, ditambah update hanya seuprit.
Beberapa minggu lalu saya disibukan dengan persiapan UAS, lalu UAS. Sehabis UAS hanya ada jeda satu minggu untuk persiapan UPRAK, dilanjut UPRAK. Dan minggu depan tepatnya senin ini saya disibukan untuk UU. Sehabis UU selang satu minggu saya akan disibukan dengan kegiatan dinas di antah berantah. Jadi, jangan heran ketika author labil ini sangat sangat bertambah kelabilannya. Sekali lagi saya mohon maaf. Ini hanya sekedar penghibur bagi yang sudah bosan menunggu.
Peluk dan cium untuk readers setia. - CoklatCream
KAMU SEDANG MEMBACA
DIRTY MAN
Fiksi RemajaBukannya aku tak menerima semua kehendak Tuhan. Bukan juga menyesali semua suratannya. Aku tahu, jika semua ini tidak pernah terjadi...... Mungkin.... rasa itu tidak akan pernah muncul, juga tidak akan pernah bertahan sampai detik ini. Hanya saja, b...