Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hey, berhenti lu!"
Seorang lelaki bernetra hijau tua tengah berlari dari tiga murid yang sedang mengejarnya. Koridor tersebut perlahan-lahan mulai sepi mengingat bel jam sekolah sudah berbunyi 30 menit yang lalu dan beberapa murid-murid sudah pulang. Ia terus berlari, hingga ia menemukan tempat persembunyian yang menurut nya aman. Netra hijau milik lelaki tersebut menangkap sebuah perpustakaan yang terletak di sebelah kanan. Tanpa berpikir panjang, Ia segera memasuki perpustakaan tersebut dan menutup pintu nya. Terdapat banyak sekali rak buku, ia berjalan ke rak paling pojok disebelah kiri dan ia bersembunyi di sana sembari berjongkok.
"Hah.....hah....hah," Lelaki tersebut berusaha untuk mengatur napas yang masih terengah-engah akibat berlari tadi.
Terdengar seseorang yang membuka pintu dan memasuki perpustakaan, seketika membuat lelaki tersebut panik dan juga gelisah. Dia sudah bisa menebak siapa yang masuk.
"Keluar lu!" Ucap salah satu siswa tersebut bernama Fang . Karena tak mendengar jawaban apapun, Fang menyuruh dua temannya, Gopal dan Ying untuk memeriksanya. Mereka memulai menyusuri ruangan tersebut.
Jantungnya semakin berdetak kencang seiring dengan langkah kaki mereka. Sepertinya hari ini lelaki tersebut sedang tidak beruntung. Ia mulai merasakan seseorang yang akan mendekat ke arahnya. Ying berhasil menemukan lelaki itu, lalu menarik rambutnya dan menyeretnya keluar dari sana.
Lelaki tersebut sekarang sudah berada di hadapan tiga murid tersebut, mereka menatap tajam lelaki di hadapannya. Lelaki itu hanya bisa menunduk ketakutan, ia tak berani menatap mereka.
Fang melihat nametag pada seragam milik lelaki manis tersebut lalu membacanya.
"Nama lu Thorn, iya?" Pertanyaan bodoh pun dilontarkan oleh si Fang padahal ia sudah jawabannya, tentu saja di balas anggukan oleh Thorn.
"Gelang ini milik lu kan?" Fang menunjukkan sebuah gelang berwarna hijau ke arah Thorn. Thorn sontak membelalakan matanya, bagaimana bisa gelang miliknya berada di tangan Fang? Ah sial, pasti gelangnya sempat terjatuh.
"Lu pasti yang ngelapor kejadian tadi ke guru, iya kan?" Tanya Fang pada Thorn. Thorn hanya diam, tidak berani menjawab. Tubuhnya gemetar, keringat dingin, napas tidak beraturan menjadi satu. Fang yang kesal karena tidak mendapatkan jawaban langsung menjambak kembali rambut Thorn hingga kepalanya mendongak ke atas.
"Akhh!"
"Jawab pertanyaan gw, lu kan yang ngelapor ke guru?!" Bentak Fang, ia malah semakin kuat menjambak rambut Thorn.
"I-Iya k-kak, maaf..."
Fang berhenti menjambaknya. Lalu ia menampar Thorn dengan keras hingga ia terjatuh di lantai. Thorn merasakan panas di pipinya. Air mata mulai jatuh membasahi kedua pipinya.
"Cihh, Apa lu udah Bosan hidup, hah?!"
Thorn ditendang dan dipukul habis-habisan oleh Fang, Ying dan Gopal juga kerap menendangnya dengan brutal. Thorn hanya mampu meringis kesakitan dan menangis.
Flashback
Thorn berada di depan gerbang sekolah Galaxy Sky, kakinya mulai melangkah lebar memasuki sekolah yang terbilang cukup besar dan elit. Netra hijau tuanya melihat pepohonan yang menjulang berjejeran rapi pada sisi kiri dan sisi kanannya. Hembusan angin membuat dedaunan bergemerisik serta menggerakan rerumputan hijau tampak menari-nari. Hari ini merupakan hari pembagian kelas setelah melewati masa-masa MPLS selama tiga hari. Para murid berkerumunan di depan mading. Karena suasana sangat ramai, mau tidak mau Thorn harus menunggu giliran. Setelah mendapatkan giliran, Thorn mencari nama dan kelasnya di kertas yang tertempel pada mading dan berhasil menemukannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Savior Brother ✓
Teen FictionHari-hari yang selalu dijalankan oleh Thorn di sekolah selalu dipenuhi oleh rasa takut dan cemas. Luka demi luka selalu Thorn dapatkan setiap harinya dari perlakuan bullying yang dilakukan Solar dan teman-temannya. Mengapa Solar selalu membully Thor...