✨4✨

543 53 2
                                    

Selamat membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Waktu berlalu sangat cepat, bahkan sudah 2 bulan berlalu sejak Thorn sekolah disana, mereka masih sering menganggu Thorn. Mereka sering melakukan kekerasaan seperti memukul, menendang, menampar, serta menjambak rambutnya. Thorn pun harus melayani mereka layaknya babu, mereka selalu menyuruh nya melakukan inilah, membeli itulah, dan lain-lain. Thorn hanya pasrah menerima perlakuan mereka. Lagi pula ia sudah terbiasa dengan itu semua walaupun ia terkadang merasa takut. Jika ia melawan mereka, itu akan sia-sia saja. Ujung-ujung ia kalah dan malah mereka akan membully nya lebih parah lagi. Blaze selalu membela Thorn meski berakhir Blaze juga kena hajar oleh mereka. Itu juga yang membuat Thorn merasa bersalah padanya. Padahal Thorn sudah berkali-kali menyuruh ia tidak usah membelanya tapi Blaze bersikeras.

Thorn memasuki rumah nya, ia tidak lupa untuk menutup pintu. Thorn melihat ibu nya sedang duduk di sofa ruang tamu sembari menonton TV. Seketika ide jahil nya terlintas di otak nya. Ia pelan-pelan mulai berjalan menghampiri sang ibu.

"Mama!!"

Mama nya yang sedang asik menonton pun terkejut ketika ada seseorang yang mengejutkan nya dari belakang. Mendengar suara saja ia sudah tahu siapa yang mengejutkannya tadi.

"Kamu ngagetin mama aja, Benar-benar kamu iya, Thorn."

"Heheheheh maaf mama." Thorn langsung memeluk leher mamanya dari belakang. Setelah itu, Thorn langsung mendudukan diri nya di sofa samping mamanya.

"Tumben kok pulang nya sore banget."

"Ada urusan tadi disekolah. Oh iya tumben mama pulang kerja lebih awal."

"Ohh jadi Thorn gak suka kalo mama pulang nya lebih awal."

"Ihhh bukan gitu."

Mama langsung tertawa. "Mama Cuma becanda."

"Gimana sekolah mu hari ini?"

"Biasa aja."

"Ayo dong cerita. Kamu gak pernah cerita ke mama tentang kehidupan mu disekolah."

"Disekolah paling cuma nyatet materi, ngerjain latihan, ujian , tugas banyak, dan masih banyak lagi. Biasa saja, gak ada hal yang yang menarik."

"Oh iyaa, gimana dengan ujian mu? Susah gak?"

"Tingkat kesulitan lumayan lah tapi syukur-syukur nilai Thorn bagus."

"Nilai Thorn bagus? Benaran?"

"Ihh gak percaya ini lihat sendiri." Thorn membuka tas nya lalu mengambil kertas hasil ujian dan menyerahkan nya pada mamanya.

"Iya dehh mama percaya, anak mama pintar banget." Mama memeluk Thorn sembari mengelus surai hitam milik Thorn dengan lembut. Selesai memeluk, mereka melepaskan pelukan nya.

"Sana mandi, bau kamu."

"Bau tapi kok meluk-meluk Thorn."

Mama terkekeh.

Thorn beranjak dari sofa, ingin pergi ke kamarnya. Sebelum Thorn melangkah pergi, mama terlebih dulu berkata, "Kertas ujian?"

"Oh iya." Thorn lupa mengambil kertas ujian kembali. Biasa lah ia kadang suka lupa akan sesuatu. Lupa adalah hal yang wajar. Yang penting jangan lupa diri aja. Ia segera mengambil kembali kertas ujian nya lalu pergi ke kamar nya yang berada di lantai atas.

My Savior Brother ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang