Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Suasana di kelas nampak sepi hanya ada 5 murid yang ada di dalam kelas tersebut. Sepertinya Thorn datang terlalu pagi. Thorn memutuskan untuk tidur dengan kedua tangan di letakkan di atas meja sebagai bantal, kepalanya ia taruh di atas kedua tangan. Salahkan saja mamanya yang membangunkan dia terlalu pagi padahal dia masih ngantuk.
Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahunya membuatnya refleks mengangkat kepala lalu menoleh ke orang tersebut. Belum ada 5 menit Thorn tidur tapi sudah ada orang yang menganggu dia tidur. Tunggu, sepertinya Thorn pernah melihat remaja lelaki ini. Ah iya, ia pernah melihatnya di koridor tempo hari. Remaja lelaki yang sempat Thorn selamatkan dari 3 murid yang membullynya.
"Hai! Boleh gak aku duduk di sebelah kamu?" Tanya remaja lelaki dan di balas anggukkan kepala oleh Thorn. Remaja lelaki itu langsung duduk di sebelah Thorn.
"Maaf menggangu kamu tidur."
"Hmm."
"Kamu Thorn kan?"
"Bukan, iya, iya lah pake nanya lagi," Ucap Thorn dengan nada sinis. Sepertinya Thorn masih kesal dengan remaja dihadapannya karena telah menggangunya tidur.
"Jawabnya santai aja dong. Gak usah nyolot, aku kan cuma nanya doang." Setelah mengatakan hal tersebut, remaja lelaki tersebut memperkenalkan dirinya pada Thorn, "Oh iya, aku Blaze."
"Udah tahu."
Loh tahu darimana? Iyalah Thorn kan peramal.
Iya gak lah.
Thorn tahu nama remaja lelaki ini dari nametag seragamnya.
Blaze menjadi kesal dengan teman sebangkunya kenapa teman barunya ini menyebalkan sekali.
"Untung imut kalo gak, sudah ku buang dia ke laut biar di makan sama ikan hiu."
"Ayo kita berteman!"
Mendengar hal tersebut, seketika Thorn pun langsung tersenyum, "Ok, sekarang kita berteman."
"Kamu imut banget kalo lagi senyum." Karena gemas Blaze mencubit kedua pipi gembul Thorn.
"Stop! Stop! Stop! Sakit Blaze." Thorn langsung memukul tangan Blaze dari pipinya. Blaze berhenti mencubit pipinya. "Ihhh, sakit tau." Thorn mengelus pipinya yang memerah dengan bibirnya mengerucut. Blaze ingin sekali mencubit kembali pipi Thorn tetapi ia mengurungkan niatnya karena takut Thorn marah terhadapnya.
"Hehehehe, maaf Thorn."
"Aku boleh nanya gak?"
"Mau nanya apa?"
"Kenapa mereka membully kamu di dekat koridor waktu itu?"
"Karena aku gak sengaja menumpahkan air minum ke seragam milik Kak Fang. Dia marah dan menghajarku padahal aku sudah minta maaf berkali-kali. Ehh bentar, kamu tahu darimana?"
"Kebetulan aku lewat di koridor itu dan gak sengaja ngelihat kamu."
"Berarti yang manggil guru itu kamu iya?"
"Iya."
"Makasih iya, udah nolongin aku."
Thorn mengganguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Savior Brother ✓
Dla nastolatkówHari-hari yang selalu dijalankan oleh Thorn di sekolah selalu dipenuhi oleh rasa takut dan cemas. Luka demi luka selalu Thorn dapatkan setiap harinya dari perlakuan bullying yang dilakukan Solar dan teman-temannya. Mengapa Solar selalu membully Thor...