Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Pintu sebuah ruangan terbuka menampilkan seorang gadis memasuki ruangan tersebut. Suara alunan piano yang begitu indah menerpa indra pendengaran gadis tersebut. Gadis tersebut berjalan mendekati lelaki yang tengah memainkan piano. Menyadari kehadiran gadis tersebut, ia menghentikan aktivitasnya lalu merotasikan badannya menghadap ke arah gadis tersebut yang masih senantiasa berdiri.
Lelaki tersebut menarik salah satu kursi kosong lalu menyuruhnya gadis tersebut untuk duduk. Ia kembali duduk di kursi piano, kedua matanya menatap luka lebam yang menghiasi pipi gadis tersebut, "Pipi lu kenapa?"
Gadis yang duduk di hadapannya hanya terdiam sembari menundukkan kepalanya.
"Pasti karena mereka yang ngebully lu, bukan?"
Gadis tersebut mengangguk.
"Gw tau lu pasti capek banget dibully terus sama mereka. Jangan dipendam terus. Tunjukin ke mereka kalo lu bukan orang yang lemah."
Gadis mendongakkan kepalanya menatap ke arah lelaki di hadapannya, "Gimana caranya?"
Lelaki tersebut langsung tersenyum miring, "Gw punya tugas buat lu."
.
.
.
Ying tengah fokus mendengarkan penjelasan yang diberikan gurunya sembari mencatat beberapa poin penting dari penjelasan tersebut. Ia merasakan handphonenya bergetar pada saku roknya. Ia langsung merogoh handphonenya lalu membaca sebuah pesan yang dikirim oleh seseorang. Isi pesan tersebut menyuruhnya untuk datang ke lapangan indoor untuk membicarakan sesuatu. Ying mengernyitkan dahinya, orang ini ingin membicarakan hal penting apa dengan dirinya.
Bel sekolah berbunyi menandakan pergantian pelajaran. Guru yang mengajar di kelasnya bergegas keluar dari kelas. Ying menutup buku catatannya. Kaki rampingnya melangkah meninggalkan kelas. Suasana di sepanjang koridor sangat sepi mengingat sekarang jam pelajaran sedang berlangsung, hanya terdengar suara langkah kaki Ying menggema memenuhi seluruh penjuru koridor. Setibanya Ying di lapangan indoor, ia langsung memasuki lapangan tersebut.
"Woi culun! Lu mau ngomong apa?" Ying sudah berada di hadapan gadis culun. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada sembari memandang sinis ke arah gadis culun tersebut.
Gadis yang disebut culun hanya terdiam tanpa mengucapkan sepatah kata. Ia menundukkan kepalanya takut. Ying melihat hal tersebut menjadi kesal karena sedari tadi gadis culun ini terus saja terdiam.
"Woi! Cepatlah kalo mau ngomong! Buang-buang waktu gw aja lu!"
Gadis melihat ke arah pintu ruangan terbuka dengan sangat pelan menampilkan seorang 2 lelaki yang berjalan mendekati Ying. Ia langsung menundukkan kepalanya. Ying sedari tadi memperhatikan pandangan mata gadis dihadapannya hendak merotasikan tubuhnya bermaksud untuk mengikuti arah pandangan gadis tersebut. Namun, nahas sekali, salah satu dari lelaki tersebut langsung menutup mulut Ying.
"Emmpphhh!" Ying langsung meronta-ronta berusaha untuk membebaskan dirinya.
"Akhh! Kurang ajar!" Ying menggigit tangan lelaki tersebut langsung kabur tetapi jambakan pada rambut Ying menghentikan langkahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Savior Brother ✓
Teen FictionHari-hari yang selalu dijalankan oleh Thorn di sekolah selalu dipenuhi oleh rasa takut dan cemas. Luka demi luka selalu Thorn dapatkan setiap harinya dari perlakuan bullying yang dilakukan Solar dan teman-temannya. Mengapa Solar selalu membully Thor...