✨18✨

317 35 3
                                    

Selamat membaca

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Bel sekolah berbunyi menandakan waktu belajar telah usai. Para murid bersorak bahagia, mereka langsung berhamburan keluar kelas dan meninggalkan sekolah. Gempa bergegas untuk membereskan semua buku dan juga alat tulis yang ia gunakan selama jam pelajaran, lalu memasukkannya ke dalam tas. Ia juga menoleh ke arah samping, menampakkan seorang remaja lelaki sedang tidur dengan menelungkupkan kedua tangan sebagai bantalan untuk tidur.

"Fan! Ayo bangun..."

Taufan tidak merespon panggilan Gempa.

"Fan! Bangun Fan!" Gempa menggoyangkan sedikit bahu Taufan untuk membangunkannya.

Taufan masih tidak merespon panggilan Gempa.

"Astaga, bangunin dia tidur kayak bangunin orang mati."

"Woy! Fan! Bangun woi!! Lu gak mau pulang?" Gempa menggoyangkan bahu Taufan semakin kencang membuat Taufan terbangun.

"Akhirnya bangun juga lu."

"Engh...udah jam berapa?" Tanya Taufan dengan suara serak khas orang baru bangun dari tidur.

"Udah jam 6 sore ini."

"HAH? SERIUS LU UDAH JAM 6?"

"Dibohongin aja mau lu."

"Anjir lu!" Taufan langsung memukul bahu Gempa dengan kencang.

Gempa hanya tertawa. "Udah, ayo pulang." Ucap Gempa yang sudah menenteng tasnya di pundak sebelah kanan.

"Eh tungguin, anjir!" Taufan memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tas dengan gerak cepat, lalu menenteng tas tersebut di pundaknya bersiap untuk pulang. Belum sempat berjalan keluar kelas, pintu kelas terbuka menampilkan sosok gadis cantik yang berjalan menghampiri pacarnya. Gempa mengernyit melihat Zella tampak lemas.

"Kamu keliatan lemas banget hari ini."

"Sumpah otak aku panas gara-gara pelajaran matematika tadi."

Gempa hanya terkekeh mendengar keluhan dari Zella.

"Mau gak aku beliin minuman di kantin? Biar kamu gak pusing."

"Mau dong! Thank you, babe!"

"Gw dibeliin juga gak?"

"Enak aja, beli sendiri!"

Bibir Taufan langsung mengerucut sebal. "Jahat kamu!"

"Najis lu!"

Seusainya perbincangan, Taufan menyusul Gempa dan Zella yang berjalan keluar kelas tetapi baru setengah jalan, langkah mereka terhenti ketika mendengar panggilan dari Blaze berdiri di ambang pintu kelas.

"Kak Gempa! Lu dipanggil noh sama guru."

"Kenapa gw dipanggil?"

"Yo ndak tau, dia cuma nyuruh gw buat manggil lu."

"Ya udah, gw kesono deh."

Gempa menatap ke arah Taufan dan Zella. "Kalian tunggu disini dulu, iya?" Mereka berdua hanya mengangguk. Setelah mengucapkan hal tersebut, Gempa dan Blaze pergi dari kelas. Kini, hanya tersisa Taufan dan Zella di dalam kelas. Taufan memilih untuk duduk di salah satu kursi pada barisan pertama sembari menunggu Gempa kembali. Taufan dan Zella sama-sama bungkam, keheningan menyelimuti keduanya sebelum akhirnya Zella angkat suara.

My Savior Brother ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang