Selamat membaca
.
.
.
.
.
.
Taufan sudah pindah ke sekolah Thorn, setelah ia dan mamanya sempat mengurus surat beserta data-data kepindahan sekolah lama Taufan. Thorn sudah mengetahui hal tersebut, Thorn mulai gelisah karena ia takut jika kakaknya mengetahui bahwa ia sering dibully disekolah, kakaknya pasti akan menghajar siapapun yang membully Thorn dan itu menimbulkan masalah yang besar. Kini Taufan dan Thorn sedang memasuki sekolah. Kesan pertama Taufan saat melihat sekolah barunya adalah sekolah ini jauh lebih luas dan besar dibandingkan sekolah lamanya. Thorn melihat jam pada ponsel miliknya, ternyata sisa beberapa menit lagi sebelum bel masuk berbunyi.
"Kakak, ayo cepat!! Sebentar lagi udah masuk!!" Ucap Thorn.
Tak berlama-lama, mereka berlari menuju kelasnya masing-masing. Tetapi karena Taufan terlalu fokus untuk lari tanpa melihat orang didepannya, Taufan secara tidak sengaja menabrak orang didepannya.
Bruk!!
Berakhir mereka berdua jatuh.
"Gw jatuh tapi kok gak sakit iya?" Batin Taufan.
Taufan melihat punggung seseorang. Ternyata posisi Taufan sedang menindih seorang remaja lelaki yang membelakanginya.
"Minggir dari punggung gw!" Perintah remaja tersebut dengan nada dingin. Taufan segera bangkit dari posisi jatuhnya.
"Maaf gw gak sengaja."
"Jalan tuh pake mata! Punya mata gak sih lo?" Sarkas remaja lelaki tersebut.
Padahal Taufan sudah minta maaf, kenapa remaja di depannya marah-marah?
"Dimana-mana tuh jalan pake kaki, bego!! Guru lo ngajarin gak sih?" Sarkas Taufan yang tidak mau kalah dengan remaja di depannya.
"APA?!! LO NGATAIN GW BEGO, LU TUH YANG BEGO!!!"Remaja tersebut tidak terima dirinya dikatain bego.
"YANG ADA TUH LU YANG BEGO. GW MAH PINTER!!"
"Halahh paling juga lu nyogok guru, gitu aja bangga!!"
"Daripada Lu SD SMP gak lulus!!"
"Sialan lu!!!"
Remaja lelaki tersebut sudah mengambil ancang-ancang untuk menghajar Taufan, tetapi aksinya segera dihentikan oleh 2 remaja lelaki lainnya sedari tadi melihat keduanya adu cekcok. Thorn turut ikut dalam menghentikan aksi mereka berdua.
"Sudahlah Kak, jangan bertengkar lagi, gak malu apa diliatin orang daritadi."Ucap Thorn. Memang benar, mereka berdua sedari tadi menjadi pusat perhatian murid – murid yang berlalu lalang di sekolah.
"Maafin kakak ku ini iya." Thorn mewakili kakaknya untuk minta maaf kepada remaja di depannya.
"Gapapa, aku juga minta maaf karena kakak ku marah-marah tadi, biasalah kakak ku lagi PMS." Ucap salah satu remaja lelaki langsung dibalas dengan tatapan tajam oleh remaja lelaki yang disebut "kakak".
Setelah perdebatan tersebut selesai, Taufan dan Thorn melanjutkan perjalanannya yang sempat tertunda menuju kelas. Di tengah – tengah berjalan, Taufan sedari tadi misuh-misuh tidak jelas bahkan Thorn yang mendengarkan pun hanya bisa mengelengkan kepalanya.
"Sudahlah kak, stop ngomel-ngomel! Pusing dengerinnya."
"Aku tuh kesal banget ama tuh orang!! Sudah minta maaf juga malah marah-marah lagi. Sensian banget jadi orang!! Terus juga kamu ngapain minta maaf sama orang itu."

KAMU SEDANG MEMBACA
My Savior Brother ✓
Teen FictionHari-hari yang selalu dijalankan oleh Thorn di sekolah selalu dipenuhi oleh rasa takut dan cemas. Luka demi luka selalu Thorn dapatkan setiap harinya dari perlakuan bullying yang dilakukan Solar dan teman-temannya. Mengapa Solar selalu membully Thor...