gradually ³

733 92 0
                                    

Hujan turun dengan deras sejak semalam hingga siang ini belum juga berhenti, membuat cermin berembun karena cuaca cukup dingin hingga Keyna yang kini berdiri di hadapan cermin hanya bisa melihat bayangan buram dirinya.

Hembusan kasar dengan tangan yang cekatan ia mengikat tinggi rambutnya, menaiki rok yang memang sudah pendek semakin pendek dua jengkal di atas lutut, lekuk tubuhnya yang ideal terlihat jelas dari seragam sekolah yang pas di badan.

Keyna melangkah keluar untuk menuju perpustakaan menghampiri teman-temannya. Keyna dan ketiga temannya sepakat untuk mengikuti perlombaan yang akan diadakan sebelum ujian kelulusan, maka mereka membuat jadwal rutin mulai hari ini untuk menambah jam belajar di hari sekolah maupun di hari weekend.

Langkah kaki kecil Keyna memelan dibarengi dengan pekikan tertahan.

"Jeviin~"

Jevin menoleh dengan langkah yang ia pelankan, alisnya terangkat memperhatikan gadis cantik yang kini sudah menyeimbangkan langkah kecilnya.

"Mau ke mana?" Tanya Keyna dengan mata bulat berbinar.

"Ruang musik" Jawab Jevin acuh.

Keyna mengangguk, senyumnya kembali terpancar. "Gue ikut." Ucapnya tanpa pinta.

"Gue mau ikut lo ke ruang musik." Jelas Keyna saat Jevin menatapnya dengan raut tanya. "Temen gue lagi pada di perpus, tapi gue lagi males belajar. Jadi... Gue mau ikut lo."

Kalimat Keyna tak diindahkan Jevin, pria itu semakin melangkah cepat tanpa mempedulikan Keyna yang mengejar dengan langkah sulit.

"Jevin! Tungguin~" Keyna berdecak kesal saat langkahnya sudah seimbang dengan Jevin namun, tetap harus mempercepat karena kaki Jevin yang jenjang membuat ia melangkah sangat lebar.

"Gue mau latihan, Keyna. Orang luar nggak bisa masuk sembarangan." Jelas Jevin penuh penekanan namun tetap berusaha dengan nada lembut.

"Orang luar?" Raut wajah Keyna tak suka dengan kalimat Jevin. "Ruang musik kan fasilitas sekolah, siapa aja boleh masuk dan pake, termasuk gue. Kita sekolah sama-sama bayar, Jevin" Ucap Keyna dengan lembut di akhir kalimat.

"Ayo, nanti lo ditungguin teman-teman lo." Raut Keyna kembali ceria dengan tangan memeluk lengan kekar Jevin, menyeret pria itu untuk segera ke ruang musik.

"Halo?" Keyna berbisik pelan saat pintu ruang musik ia buka, hening yang menyapanya.

Jevin melepas tangan Keyna dari gagang pintu, kemudian memegang bahu gadis itu untuk ia dorong pelan masuk ke dalan ruang musik lebih dalam.

"Waw..."

Jevin terkekeh melihat ekspresi Keyna yang begitu takjub dengan ruang musik, gadis itu sudah mejelajahi ruang musik tanpa malu.

"Gila, gue baru tau ruang musik sebagus ini, dan ini cuma dipake sama lo dan teman-temen lo!" Ucap Keyna menggebu.

"Sini." Ucap Jevin yang kini berdiri di depan drum.

Keyna berdiri di samping Jevin, ia terus mengikuti pergerakan Jevin, dari mulai pria itu berjongkok hingga memencet entah apa di lantai.

Takjub, satu kata menggambarkan Keyna saat ini. Mulutnya tidak bisa berkata saat drum itu terpisah yang membuat lantai kayu terbuka dan menampakkan tangga menuju lantai bawah, seperti ruang rahasia.

Keyna hanya bisa menurut saat Jevin menarik lembut tangannya untuk lebih masuk ke dalam ruang rahasia.

"Jev?"

Tanya besar dari tatapan teman-teman Jevin menjadi yang pertama saat mereka melihat Keyna ada bersama Jevin.

"Dia yang maksa ikut." Ucap Jevin acuh, ia tinggal Keyna yang masih berdiri diam menatap kagum ruangan.

"Wah, gila, gue speechless, like... kok bisa ada ruangan di dalam ruangan kayak gini? Apa semua ruangan di sekolah kayak gini?" Tanya Keyna beruntun dengan menggebu, tatapan penasaran menunggu jawaban ia arahkan pada semua pria yang ada dalam ruangan.

"Eung, ekhm..." Satu pria yang tidak Keyna tau namanya memecah keheningan saat tidak ada dari mereka yang berniat menjawab.

"Kayaknya, setau gue ya Na, cuma ada di ruang musik."

"Kenapa gitu?" Tanya Keyna yang kini sudah ikut duduk menyelip di samping Jevin.

"Dunno." Jawaban itu membuat Keyna berdecak tak suka.

"Soalnya kalau cuma ruang di atas yang dipake, bisa ganggu murid lain karena kedap suara aja nggak cukup. Tau sendiri kan Na dari tahun tahun sebelumnya anak musik kalau lagi nge-band gimana." Pria di hadapan Keyna menjelaskan dengan lembut, tidak ingin Keyna merasa sakit hati karena jawab acuh temannya.

"Ah, i think you guys special." Keyna menatap Jevin yang kini sibuk memainkan ponsel. "Yang tau ruangan ini lo sama teman-teman lo doang?"

"Shit!" Jevin mengeluh saat bisepnya di pukul keras oleh teman di sampingnya.

"Keyna nanya tuh."

Jevin berdecak, kemudian perhatiannya beralih pada gadis cantik di sebelahnya. "Hm, tambah lo."

Wajah Keyna merekah senang. "Jadi selain kalian, murid luar yg tau baru gue?"

"Hm."

Dehaman Jevin mengundang pekikan tahan Keyna, merasa dirinya spesial menjadi orang yang dibawa Jevin masuk ke ruangan musik.

"Kalian mulai latihan dong, gue mau liat." Pinta Keyna yang langsung dituruti.


🐾🐾🐾


Ayara menatap kesal Keyna saat sahabatnya itu duduk dengan tenang menatap guru yang sedang menerangkan materi. Ia masih kesal dengan Keyna yang tidak datang ke perpustakan sampai jam istirahat berakhir. Kini Keyna asik menulis materi penting setelah memberi alasan yang cukup menyebalkan bagi Ayara.

"Kenapa sih Ay?"

Ayara berdecak mendengar pertanyaan Keyna.

"Masih marah ya? Gue udah minta maaf kan Ay, hape gue ketinggalan di kelas jadi ngga bisa ngabarin kalian." Keyna jelaskan kembali alasan ia tidak datang ke perpustakan untuk belajar bersama.

Susunan meja sekolah yang hanya diisi perorang membuat pembicaraan Keyna dana Ayara terdengar jelas di telinga Sila dan Fay.

"Udah lah Ay, Nana kan juga ngga tau kalau harus disuruh mendadak sama Miss Ana." Ucap Felly menengahi keduanya.

"Iya, nanti pulang sekolah kita kan belajar lagi." Kini berganti Sila yang angkat bicara agar kedua sahabatnya tidak bertengkar.

Keyna menipiskan bibirnya, kebohongan yang tidak sengaja ia ucapkan kepada temannya. Ia tidak tau pasti alasan mengapa dirinya harus berbohong, kalau pun ia jujur teman temannya tidak akan marah, hanya mungkin Ayara si sensitif yang akan kesal, sekedar kesal tidak lebih.

Keyna cukup menyesali tindakan bodohnya, karena pasti Ayara akan tau jika dirinya berbohong, ia tidak pandai berbohong dan Ayara tau disaat dirinya sedang berbohong. Keyna yakin marahnya Ayara karena kebohongannya.

〃―


Haloo, kayaknya cerita ini bakal update ga nentu karena aku lagi dipusingin sama kerjaan😭 makasih yg udah mau nunggu💚

HoloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang