persuade ¹³

599 76 20
                                    

Jevin merapihkan alat musiknya ke tempat semula setelah selesai berlatih. Jam yang menunjukkan angka tujuh menyadarkan dirinya yang sudah berlatih selama tiga jam lamanya.

Nama band yang semakin terkenal di luar sekolah, membuat mereka harus ekstra berlatih karena banyak sekali tawaran manggung dengan bayaran yang lumayan banyak. Pun, hal itu membuat dirinya semakin jarang bertemu Keyna.

"Ayo deh, kita makan-makan dulu." Ajak salah satu teman Jevin yang disetujui lainnya.

"Gue ngga ikut, mau langsung ke apartemen Keyna."

"Wes, gue liat-liat makin rajin aja lo Jev kelonan sama Nana."

"Kenceng ya asupannya?"

Jevin terkekeh mendengar ucapan teman-temannya, ikut menimpali dengan candaan juga.

"Jangan kejauahn Jev mainin Nana nya."

Jevin mengangkat bahu acuh. "Gue juga masih inget batas."

"Gapap kali, kita masih muda nyari cewe buat mainan gak masalah. Gue juga kalo jadi Jevin ngga akan nyia-nyiain kesempatan emas dapetin perawan."

"Betul, nanti kalau mau nikah baru kita harus nyari cewe yang bener."

"Loh, Nana masih perawan?"

"Masih? Sempit banget soalnya. Tapi ngga keluar darah waktu pertama gue pake." Kini pria yang sejak tadi jadi pembicaraan teman-temannya mulai angkat suara.

"Ngga semua cewe perawan keluar darah, bego."

"Iya dah, yang udah banyak pengalaman."

Jevin terkekeh mendengar perdebatan temannya. "Gue balik duluan ya."

"Yo, hati-hati. Jangan lupa kirim videonya."

Permintaan tersebut hanya diacungi jempol oleh Jevin. Pria itu bergegas keluar dari ruang musik menuju motornya yang terparkir bersama tiga motor lainnya.
Tanpa menunda, ia segera mengendarai motor menuju apartemen yang sudah seminggu tidak ia singgahi karena kesibukannya.

Hanya menempuh waktu kurang dari lima belas menit, Jevin sudah sampai pada unit milik kekasihnya.

"Sayang."

Jevin mengernyit saat Keyna begitu terkejut dengan sapaannya. Sampai menjerit dan menutup laptopnya dengan kencang.

"Ngapain ke sini?"

Pertanyaan ketus itu mengundang kernyitan tak suka. "Kenapa tanya gitu? Ya aku kangen kamu, udah seminggu kita ngga ketemu loh, emang kamu ngga kangen aku?"

Keyna menolak saat pingganggnya diangkat untuk duduk di pangkuan Jevin.

"Kenapa sih kamu?! Masih marah?!" Tanya Jevin dengan kesal, bahkan rengkuhannya sudah mengerat pada lengam Keyna.

"Sakit! Kamu apa-apan sih!"

"Ya kamu kekanakan banget! Pacarnya baru dateng, disambut harusnya!"

Keyna menghela pelan, memilih untuk mengalah saat perangai kasar Jevin mulai terlihat. Bibir lembabnya mengecup bibir kering Jevin, jemarinya mulai melepas kancing seragam Jevin hingga tandas dari tubuh berototnya.

Keyna kembali menahan wajah Jevin yang sudah mengusak pada ceruk lehernya, serta menyingkirkan tangan berurat itu dari tubuhnya.

"Mandi dulu sana, aku bikinin sandwich dulu." Suruhan itu membuat Jevin menggeram tak suka, namun tetap menuruti perintah kekasihnya.

Keyna menghela napas lega saat Jevin menghilang di balik pintu kamar mandi, tangannya dengan cekatan merapihkan kertas berharga yang berserakan, serta laptop berisikan file penting.

HoloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang