Balkon yang terbuka lebar membuat malam yang dingin menjadi semakin dingin, namun tidak membuat kedua insan yang tengah bergelung di dalam selimut tanpa busana merasa terganggu. Asik menikmati cumbuan panas setelah melakukan sesi bercinta.
Agaknya sang pria belum puas dengan percintaan mereka saat tangan pria itu kembali menjelajahi tubuh sempurna sang kekasih.
"Udah~ kamu janjinya tadi terakhir loh, Jev."
Jevin mendesah kesal saat pergerakan tangan pada tubuh Keyna dihentikan. "Aku masih bangun loh, Key."
"Aku bantu pake tangan ya? Cape aku, laginya kamu itu lama tau." Decak Keyna dengan bibir mencebik.
Jevin menyugar rambutnya dengan helaan pasrah. Tubuhnya berpindah ke samping Keyna, menyelipkan tangan kirinya sebagai bantalan kepala kekasihnya.
"Ngga jadi?" Tanya Keyna kini memeluk tubuh penuh otot kekasihnya.
Jevin menoleh pada Keyna yang menatapnya dengan mata binar alami, begitu indah. "Ngga, nanti dia juga tidur. Kamu jangan banyak gerak." Ucapnya kemudian menatap langit kamar lagi.
Ingin bercinta sebenarnya untuk menghilangkan keinginan Jevin untuk merokok. Mulut Jevin benar-benar sudah pahit, sejak pagi belum menghisap rokok ataupun vape. Keyna terus menempel pada Jevin yang berarti pria itu tidak mempunyai kesempatan untuk mencuri-curi menikmati batang nikotin itu.
Saat itu, belum genap seminggu mereka pacaran, Jevin sudah diatur-atur oleh Keyna. Mulai dari menu makannya, jam tidurnya, waktu bermainnya, bahkan sampai berapa banyak batang rokok yang boleh ia hisap dalam sebulan.
Pola hidup sehat memang bagus, Jevin merasakan banyak perubahan dalam tubuhnya. Tapi ia benar-benar tidak tahan jika hanya boleh merokok empat batang dalam sebulan, yang mana itu berarti satu batang dalam seminggu.
Kenapa jevin harus menurut? Pria itu bisa saja merokok saat sedang di rumahnya atau di ruang musik? Ya, Jevin pernah melakukan itu, tapi entah dari mana Keyna tau akan hal itu. Berujung Jevin tidak bisa bercinta selama seminggu dengan Keyna. Itu lebih menyiksa.
"Sayang."
"Eung?" Mata Keyna terbuka mendengar panggilan kekasihnya.
Jevin menunduk dengan tangan setia mengusap pipi hingga dagu Keyna. "Kata kamu, siapa kira-kira yang udah bongkar kecurangan Reina Helia?"
Keyna menggulir matanya, pertanyaan itu terus ditanyakan oleh siapapun kepadanya yang bahkan juga tidak tau siapa pelakunya. Memang mereka pikir ia cenayang.
"Ngga tau, ngga peduli juga." Keyna berdecak dengan wajah mendongak menatap Jevin. "Kenapa kamu tiba-tiba ngomongin mereka?"
Jevin menyugar rambut dilanjut dengan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, mengurangi rasa salah tingkah.
"Ya gapapa? Cuma, masih ngga percaya aja kenapa mereka ngelakuin itu. Padahal mereka genius."
"Kalau hatinya udah serakah, cara kotor sekali pun bakal mereka lakuin. How? Kalau udah gini masih suka Helia?"
"Sayang."
Keyna terkekeh mendengar kekasihnya merengek. Tangannya terangkat untuk mencubit hidung mancung Jevin dengan gemas.
"Kamu laper ngga? Aku laper~"
Jevin mengangguk, menyambar ponselnya yang berada di samping bantal. "Kamu mau makan apa?"
"Ngga mau order, mau masak aja." Tahan Keyna saat Jevin sudah membuka aplikasi delivery makanan.
"Ngga cape kamunya? Bahan makanan juga abis kan, kita belum sempet belanja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Holo
Fanfiction● Nomin Keyna sangat sempurna, ia memiliki wajah cantik, harta, popularitas, sahabat, cinta, perhatian. Tapi bagaimana dengan kesetiaan? Apa Keyna benar-benar memiliki semuanya? Semua terjawab saat Keyna bertemu dengan Jevin, cinta yang ia kerja den...