lie ¹²

593 83 26
                                    

Hubungan Keyna dan Jevin sampai saat ini masih berperang dingin. Namun, tidak membuat Jevin mengabaikan Keyna sepenuhnya. Lelaki itu masih menginap di apartemen kekasihnya, pun rutin membeli makanan kesukaan Keyna. Mengingat sedikit lagi mereka akan disibukkan dengan ujian kelulusan dan wanita itu suka sekali melupakan jam makan jika sudah belajar.

Terbiasa dengan kehadiran Keyna yang cerewet, Jevin sangat merasakan kekosongan itu beberapa hari. Perhatian yang selalu ia dapat pun kini tidak pernah terdengar.

"Sayang, hari ini kamu pulang sendiri dulu ya. Aku ada urusan sama anak-anak." Ucap Jevin memecah keheningan diantara mereka.

Jevin menahan langkah Keyna saat tidak mendapat jawaban apapun dari kekasihnya. "Key--"

"Ck, minggir!" Ketus Keyna dengan menepis pelan tangan Jevin yang mengapit dagunya.

Jevin menghela pelan, tangannya mengelus lembut pipi Keyna yang mulai berisi. "Aku udah pesenin taksi. Ayo, aku anter ke depan."

Keyna menatap datar genggaman Jevin di tangan mungilnya. Langkah lebar Jevin tidak menyulitkan Keyna yang mulai terbiasa.

"Hari ini aku juga ngga nginep dulu ya. Kabarin aku kalau udah sampai." Ucap Jevin sebelum menutup pintu taksi dan menyematkan ciuman pada bibir Keyna.

Senyum Jevin menghilang bersama dengan taksi yang meninggalkan area sekolah. Tanpa menunda lagi, ia membawa langkah lebarnya pada parkiran sekolah yang sudah sepi, menghampiri motor kesayangannya.

Di balik helm full facenya, Jevin kembali mengembangkan senyum tipis. Ia mulai membawa motornya bergabung bersama kendaraan lain. Jalanan yang padat karena dibarengi jam pulang kerja, tidak membuat pria itu penat. Sebaliknya, ia justru menyenandungkan syair dengan lirih untuk menemani perjalanannya.

Tidak butuh waktu lama, motornya terparkir rapi di depan sebuah rumah minimalis namun terlihat sangat asri. Sang pemilik rumah yang selalu menjaga tanaman hias, memberikan kesan nyaman dan indah.

"Shalom."

"Shalom... Jevin?"

Jevin tersenyum lebar hingga membuat kedua matanya ikut melengkung. "Hai, manis."

"Kamu ngapain?"

Jevin mengangkat alis, dengan gemas mengusak lembut surai pendek wanita di hadapannya. "Aku ngga disuruh masuk dulu, nih?"

"Oh iya, maaf. Ayo masuk."

"Kamu sendiri?" Tanya Jevin setelah tubuhnya menduduki karpet berbulu tipis.

"Iya. Ibu lagi anter pesenan, mbak masuk kerja siang."

Jevin mengangguk paham, tangannya terulur menarik pelan tubuh berisi wanita di sampingnya untuk lebih dekat.

"Kamu udah makan?"

Merasa diabaikan dengan sikap wanita di dekapannya, serta penolakan pelan membuat Jevin merenggangkan rengkuhannya.

"Helia, aku tanya loh."

"Belum, aku belum makan."

"Gitu, dijawab yang bener ya manis." Ucap Jevin dengan sangat lembut. "Aku pesenin makan dulu." Katanya dengan jemari yang sudah berselancar pada ponselnya.

Helia, wanita yang berada dalam rengkuhan Jevin mendongakkan wajah untuk menatap lebih jelas wajah tegas pria itu.

"Jevin." Panggil Helia dengan cicitan.

"Hm?"

"Kamu jangan sering-sering datang ke rumah."

"Kenapa?" Tanya Jevin dengan kernyitan tak suka.

HoloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang