Dering ponsel menyadarkan Keyna dari lamunan di depan cermin full body. Gadis itu segera menerima telfon saat nama Jevin tertera di layar.
'Gue udah di basement.'
Hanya sebaris kalimat lalu dimatikan sepihak membuat Keyna memandang ponselnya dengan sebal. Gadis itu segera menyambar kardigan sepanjang lutut untuk menutup tubuhnya yang hanya dibalut silky tank top dan hotpants ketat, lalu ia segera ke bawah menjemput Jevin.
Sebenarnya Keyna cukup heran mengapa Jevin sudah sampai, bahkan jam masih menunjukkan pukul sembilan pagi. Kemarin mereka janjian makan siang di jam satu siang. Entahlah, pria itu memang susah sekali untuk ditebak.
"Kok udah sampe aja sih?" Tanya Keyna saat ia sudah di hadapan Jevin.
Jevin hanya mengangkat bahu tidak berniat menjawab, ia justru menarik Keyna untuk cepat masuk ke gedung apartemen.
"Lantai berapa?" Tanya Jevin saat lift terbuka.
"Lima belas."
Keyna bersedekap menikmati keheningan, sesekali melirik Jevin yang sibuk memainkan ponselnya. Bunyi ting pada lift menandakan sampai pada lantai tujuan, Jevin segera mengikuti Keyna, sesekali menelisik lorong yang ternyata hanya terisi delapan kamar setiap lantai.
Jevin memperhatikan pin kamar yang sedang Keyna tekan, mengingatnya dalam otak.
"Ayo masuk."
Jevin masuk sebelum Keyna mengunci pintu. Cukup luas apartemen milik Keyna, memiliki satu kamar tidur yang besar, kamar mandi luar dekat dengan dapur yang dilengkapi dengan mini bar, dan ruang santai diisi dengan sofa chaise yang berhadapan dengan tv tablet, karpet bulu berwarna merah mudah juga melengkapi lantai dekat sofa. Di balkon terdapat beberapa tanaman hias yang sangat terawat dan satu kursi santai. Ruangan yang di cat warna pastel membuat kesan kalem dan nyaman.
"Jevin, duduk sini."
Jevin bergabung dengan Keyna yang sudah duduk lebih dulu di sofa.
"Lo mau minum apa? Udah sarapan belum?"
"Yang ada aja. Ngga sempet." Ujar Jevin acuh sambil bersandar santai pada sofa.
"Mau sarapan?"
Jevin menipiskan bibir, ia tatap Keyna yang menunggu jawabannya.
"Lo udah sarapan?" Bukannya menjawab, Jevin justru berbalik bertanya pada Keyna.
"Udah, tadi makan sereal sih. Lo mau gue bikinin sereal aja? Buat ganjel perut." Saat anggukan Keyna terima, ia segera menuju dapur diikuti Jevin yang kini duduk di kursi bar.
"Sebenernya kita jadi berangkat jam satu atau lo majuin? Gue belum mandi lo udah dateng aja." Kata Keyna yang kini menuangkan susu putih ke dalam mangkuk berisi banyak sereal warna warni.
"Lo belum mandi?" Tanya Jevin menelisik tubuh dan wajah Keyna. Ia baru sadar dengan pakaian gadis itu, kardigan yang semula dipakai kini sudah tanggal, menampakkan lekuk tubuhnya yang memang benar benar ideal.
"Beluuum." Jawab Keyna sambil menaruh mangkuk sereal dan gelas berisi jus apel yang sempat ia bikin.
"Pantes bau."
"Iihh masa sih?" Tanya Keyna dengan panik mencoba menciumi bau di badannya, padahal keringatnya dia tidak pernah bau sama sekali.
Jevin terkekeh di sela sarapannya. "Gue mandi dulu deh." Pria itu menahan saat Keyna akan beranjak.
"Nggak, gue bercanda. Lo wangi."
"Yang bener! Gue mandi dulu, sekalian nanti langsung jalan kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Holo
Fanfiction● Nomin Keyna sangat sempurna, ia memiliki wajah cantik, harta, popularitas, sahabat, cinta, perhatian. Tapi bagaimana dengan kesetiaan? Apa Keyna benar-benar memiliki semuanya? Semua terjawab saat Keyna bertemu dengan Jevin, cinta yang ia kerja den...