access ⁹

654 76 11
                                    

Jam setengah enam pagi Jevin sudah memarkirkan sepeda motornya di basement apartemen Keyna. Pria itu segera masuk dan menuju lantai lima belas di mana letak kamar Keyna berada. Jevin kini bisa masuk sesuka hatinya karena Keyna sudah memberi kartu akses padanya, pin kamar pun sudah ia ingat di luar kepala.

"Keyna."

Ruangan masih sangat gelap saat Jevin masuk. Dengan hati-hati ia melangkah menuju pintu kamar Keyna setelah menaruh tas di sofa.

Pintu berderit lirih saat Jevin membukanya, penerangan hanya ada di lampu tidur, di mana sang pemilik kamar masih bergelung di kasur queen size begambar karakter kartun kelinci.

"Hey, bangun." Keyna menggeliat saat Jevin mengelus lengan telanjang gadis itu.

"Key."

Keyna berjengit terkejut, tubuhnnya yang tiba-tiba terbangun membuat pandangan gadis itu menjadi buram dan sedikit pusing.

"Aku kaget." Ucap Keyna saat pandangannya sudah jelas menatap Jevin yang duduk di pinggir ranjang.

Jevin terkekeh, membenarkan rambut Keyna yang berantakan. "Maaf."

Keyna menggeleng pelan dengan tangan mengusap matanya. "Aku lupa kamu udah bisa masuk kamar. Aku kira ada penyusup."

Jevin mencubit gemas hidung mancung Keyna. "Mana ada penyusup seganteng ini. Lagian apartemen kamu keamanannya terjamin."

"Heheh iya, aku lupa."

Keyna beringsut ke dalam pelukan Jevin, mencium bibir pria itu yang dibalas dengan rakus. Setelah beberapa menit mereka mengakhiri sesi morning kiss, Keyna menyamankan posisi pada tubuh bidang kekasihnya dengan napas yang masih tersenggal.

"Kenapa udah dateng? Masih pagi tau."

"Kangen kamu."

"Iih gombal aja."

"Mandi sana, aku udah bawa sarapan." Kata Jevin dengan merenggangkan jarak.

"Kamu masak?" Tanya Keyna yang dijawab gelengan oleh Jevin.

"Aku beliin nasi uduk. Kamu oke kan kalau sarapan nasi pagi-pagi?"

Raut wajah Keyna berubah setelah mendengar pernyataan Jevin. pandangannya ia buang agar Jevin tidak melihat wajahnya yang mengeras menahan kesal.

"Aku mandi dulu, kamu tunggu, nanti aku bikinin sandwich selesai mandi."

Keyna lebih dulu beranjak sebelum Jevin sempat menanyakan alasan gadis itu tidak mau memakan nasi uduk. Namun, karena ia tidak ingin mencari ribut hanya karena masalah sepele, ia beranjak ke luar kamar untuk menunggu Keyna selesai bersiap.

Sambil menunggu Keyna, Jevin memgambil nasi uduk yang sempat ia beli tadi. Piring dan sendok yang tersusun hanya ada empat, ia mengambil satu dan langsung meletakkan nasi uduk bersama bungkusnya di atas piring. Sayang menurut Jevin jika nasinya tidak termakan.

"Kamu ngapain?!"

"Apa sih! Aku lagi makan!" Ucap Jevin dengan marah saat Keyna yang datang dengan tiba-tiba menarik piring nasi uduknya.

"Aku kan udah bilang mau bikinin kamu sandwich, kenapa malah makan nasi uduk? Nanti sandwich buatan aku ngga kamu makan, gitu?"

Jevin mengepalkan tangannya melihat tingkah Keyna yang menyebalkan. "Nanti sandwich buatan kamu juga aku makan. Itu nasi uduknya sayang kalau ngga dimakan."

"Aku buang, sarapan nasi uduk itu ngga sehat."

"Keyna!" Bentak Jevin saat gadis itu membuang nasi uduk miliknya yang belum ada setengah ia makan, serta nasi uduk yang masih ada di plastik.

"Tolol! Jangan buang-buang makanan!"

Keyna berjengit saat Jevin menarik lengannya dan dengan kasar mendorong hingga membentur kulkas.

"K-kamu..."

Jevin menyugar rambut lebatnya dengan kasar saat Keyna terisak tertahan. Saat tangannya ingin menyentuh Keyna pun ditepis gadis itu.

"Minggir."

Jevin yang tidak siap menahan tubuh, terdorong dua langkah oleh Keyna yang kini sudah berjalan menuju kamar dan dengan cepat Jevin mengejar Keyna untuk menahan gadis itu.

"Maaf, oke." Ucap Jevin dengan memeluk tubuh mungil Keyna.

"Kamu bentak aku... K-kamu ngatain aku." Kata Keyna dengan isakan pilu teredam dada bidang Jevin.

Jevin menghembus napas lelah dengan tingkah kekanakan Keyna. Jelas ia marah, tingkah Keyna tadi sudah sangat keterlaluan. Harusnya gadis itu tau bahwa membuang makan seperti tadi, apalagi menarik piring pada orang yang sedang makan adalah hal yang paling tidak sopan, sangat tidak sopan.

"Aku ngga suka kamu kayak tadi. Buang makanan itu ngga baik, Keyna. Masih banyak loh orang di luar sana butuh makan, tapi kamu enak banget malah buang makanan." Jelas Jevin berusaha untuk berkata lembut.

Jevin mengalah, berusaha untuk mengalah lebih tepatnya. Karena, ia yang menerima Keyna dan meminta gadis itu untuk menerimanya. Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, dia harus sabar menghadapi semua tingkah mengejutkan Keyna yang akan ia tau semuanya.

"Aku juga ngga suka kamu makan itu. Aku udah bilang mau bikinin kamu sandwich." Balas Keyna dengan wajah sembab menatap Jevin.

"Aku masih bisa makan sandwich buatan kamu loh." Kata Jevin dengan datar.

Keyna membuang wajahnya dengan cebikan kesal. "Terus kamu maunya apa? Tetap mau makan nasi uduk di tong sampah itu? Beli yang baru aja, ayo aku ganti nasi uduk kamu."

Jevin menahan tangan Keyna saat gadis itu ingin beranjak keluar. "Ngga perlu." ia beranjak untuk duduk di sofa, dari pada amarahnya tidak terkendali di hadapan Keyna, ia lebih baik tidak melanjutkan perdebatan pagi ini. Mau berangkat ke sekolah pun masih terlalu pagi, jam masuk sekolah masih dua jam lagi.

Keyna menatap kesal pada Jevin yang justru bermain ponsel mengacuhkan dirinya. Ia memilih kembali ke kamar untuk mengambil tas dan berdandan karena rambutnya masih berantakan serta wajahnya masih sangat polos belum terpoles apa pun. Setelahnya, ia akan membujuk Jevin supaya tidak marah lagi.

"Jevin."

Jevin berjengit saat Keyna dengan tiba-tiba datang duduk di pangkuannya. Ia kira gadis itu akan terus di kamar sampai harus Jevin juga yang membujuknya.

"Hm?" Acuh Jevin masih dengan pandangan ke ponsel.

"Maafin aku." Ucap Keyna dengan manja, ia menarik halus ponsel milik Jevin agar pria itu menatap dirinya.

"Aku sadar aku salah, maafin aku. Jangan marah lagi." Rengek Keyna dengan wajah disembunyikan pada leher berurat Jevin, kedua tangannya dengan sensual mengusap dada bidang kekasihnya.

"Jangam diulangin lagi, aku ngga suka." Peringat Jevin dengan berat.

"Iya, aku janji. Tapi Jevin..." Jeda Keyan menahan tangan Jevin yang sudah mengelus pahanya.

"Kamu benar sayang sama aku?"

"Kenapa tanya gitu?" Tanya Jevin dengan menyelipkan helai rambut Keyna ke belakang telinga. "Aku yang minta kamu, jadi aku sayang sama kamu."

"Bukan karena kepaksa? Karena kamu mau yang lain?" Keyna menyelami netra sipit Jevin, pria itu terlalu lama menjawab pertanyaan Keyna.

"Bukan."

"Bener?"

"Iya sayang ku."

Keyna tersenyum lebar mendengar jawaban Jevin. Tangannya menuntun kedua tangan Jevin untuk memeluk pinggang rampingnya, setelahnya ia melepas tiga kancing seragamnya.

"Mau main sebentar?" Goda Keyna dengan mengelus rahang tegas Jevin.

"Sebagai permintaan maaf aku." Kata Keyna dengan kecupan ringan di pipi hingga rahang Jevin.

"Kasih aku tanda yang banyak, tanda sayang kamu ke aku." Pinta Keyna dengan sensual.

〃―

Bintangnya jangan lupa, ya biar aku rajin up 🤧

HoloTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang