TMLYD - 7

1.3K 136 3
                                    

SUDAH TAMAT DI APLIKASI KARYAKARSA DENGAN NAMA AKUN AYUTARIGAN (TIDAK PAKAI SPASI) DAN TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOKS. THANK YOU ❤️





"Galen, stop!" pekik Annara yang merasa ngeri melihat tubuh orang itu sudah tergelatak tak berdaya.

Galen tak berbicara, tapi tangannya menarik wanita itu dengan paksa menuju mobilnya, dan entah mengapa Annara tak bisa menolak sehingga mengikuti begitu saja.

Pria itu mengemudi dalam diam. Annara sampai lupa dengan taksi online yang dipesannya dan benar-benar meminta maaf kepada supir lewat pesan setelah ia memberi tip karena rasa bersalahnya.

Tanpa Annara sadari, mobil yang dijalankan oleh Galen sudah berhenti tepat di sebuah rumah sederhana dengan gaya minimalis yang memiliki dua lantai.

Jelas saja hal itu membuat mata wanita di sebelah Galen mendelik tak percaya.

"Kamu ... memata-mataiku?" tebak wanita itu ngeri.

Galen mrlirik sekilas dengan wajah yang tetap datar. "Cepat turun," ucapnya tanpa ingin repot-repot menjawab pertanyaan Annara.

Annara menggelengkan kepala dan malah menyandarkan tubuh ke kursi. "Apa aku juga kini termasuk dalam daftar orang yang akan kamu hancurkan?" tanyanya menyindir.

Galen mendengkus samar. "Jangan mengajakku bermain-main sekarang, Annara. Mood-ku sedang dalam keadaan tidak bagus," ujarnya mengingatkan.

Wanita itu menatap Galen yang masih memandang lurus ke depan. "Tidak ada yang berani bermain-main dengan iblis sepertimu," sahutnya tenang.

"Bagus kalau kamu tahu itu."

"Baiklah, Tuan Galen Arsenio. Sebelum emosimu semakin membludak, aku ingin mengucapkan terima kasih dan selamat tinggal," ucap Annara sebelum membuka safety belt dan turun dari mobil pria itu.

Tak ada sahutan dari pria itu dan ia malah langsung menancap gas ketika Annara benar-benar turun dari mobilnya. Wanita itu hanya mampu menggelengkan kepala sebelum berbalik dan masuk ke dalam rumah.

Annara merebahkan diri di atas kasur sembari memejamkan mata dan tanpa diminta bayangan Galen yang mengajar pria asing itu kembali terlintas di kepalanya. Entah apa yang dilakukan oleh pria itu di sana sehingga ia bisa muncul secara tiba-tiba.

Tak ingin membuang waktu dengan memikirkan pria itu, Annara memilih untuk membersihkan diri lalu memasak makan malam untuk dirinya sendiri karena kebetulan saat ini ia memang sedang tinggal sendiri di rumahnya karena pelayan yang biasa ada di sana sedang pulang kampung.

Annara sebenarnya punya apartemen sendiri dan terkadang menginap di sana, tapi ia masih merasa berat untuk meninggalkan rumah di mana dulu ia tinggal bersama mama, papanya dan juga Justin.

Karena hanya rumah itulah satu-satunya peninggalan orang tuanya yang bisa menjadi kenangan bagi anak-anak ketika ia merasa rindu kepada mereka.

Setelah selesai makan malam, Annara memilih untuk merebahkan diri karena dirinya memang benar-benar merasa lelah karena pekerjaannya yang beberapa hari ini cukup padat.

Tapi beberapa menit kemudian terdengar suara bel yang terdengar dari arah depan sehingga mau tak mau wanita itu harus kembali turun untuk melihat siapa gerangan tamu yang datang malam hari ini.

Wanita itu tak menyangka jika orang yang berdiri di hadapannya saat ini adalah Marbella yang mereka datang sendiri ke rumahnya tanpa Justin.

"Dimana suamimu?" tanya Annara saat mereka sudah duduk saling berhadapan di sofa ruang tamu.

"Dia sedang ada pekerjaan," sahut wanita itu sembari berdehem pelan.

Annara meletakkan secangkir teh hangat di hadapan Marbella karena ia merasa bahwa wanita itu sedang tidak baik-baik saja.

Meski tak menyukai wanita itu yang menurutnya selalu berlaku semena-mena terhadap Justin, Annara tetap berusaha memperlakukan kakak iparnya itu dengan baik karena menghargai Justin.

"Aku tahu kamu tidak akan repot-repot datang ke sini jika tidak memiliki maksud dan tujuan. Jadi langsung saja katakan apa keperluanmu?" tanya Annara lugas.

Marbela menghela napas panjang. "Kami butuh uang untuk biaya persalinan," ujarnya memulai.

Annara masih menunggu kelanjutan dari kalimat wanita itu, tapi nyatanya Marbela hanya ingin mengutarakan hal itu saja.

"Lalu?" tanya Annara akhirnya.

Mantan kekasih Galen itu berdecak samar. "Kami butuh bantuanmu untuk meminjamkan uang sebesar seratus juta," jawab Marbela terang-terangan.

"Apa? Seratus juta?" Annara membeo tak percaya.

"Iya, dan aku tahu jumlah itu bukanlah masalah besar untukmu," imbuh Marbela.

"Bukan masalah besar? Memangnya kamu kira aku tempat pencetak uang?" tanya wanita itu tak habis pikir.

Marbela mendelik tajam. "Kamu MUA terkenal, Annara. Job yang kamu terima dari kalangan atas dan aku tahu upahnya bukan main-main."

"Astaga, Marbela." Annara mengusap wajahnya speechless. "Aku bahkan belum lama berada di titik ini. Lagipula, kenapa bukan Bang Justin langsung yang berbicara padaku?" tanyanya heran.

"Justin sibuk! Lagipula pinjaman ini tak perlu abangmu tahu. Dia sudah pusing dengan bisnisnya, dan untuk itulah aku ingin meringankan bebannya."

"Yasudah kalau begitu aku akan transfer ke rekening Bang Justin," sahut Annara tenang.

Marbela menggeleng cepat. "Aku yang akan memberikan kepadanya, karena jika dia tahu uang itu dari kamu, ia tak akan mau menerima karena takut merepotkan," ujar wanita itu beralasan.

Annara menaikkan alis dengan pandangan meremehkan. "Sejak dulu kami selalu bantu membantu, mana ada rasa direpotkan seperti itu," ucapnya santai.

Marbela memejamkan mata sesaat. "Sekarang situasinya berbeda, Annara. Justin sedang dalam posisi yang sulit dan itu mempengaruhi pola pikirnya," jelas wanita itu menekankan.

Jujur saja Annara tidak bisa mempercayai Marbela, apalagi dengan alasannya yang bertele-tele itu. Betapa bodohnya wanita itu jika berpikir Annara akan tertipu olehnya.

"Oh, berarti kamu tidak tahu ya kalau aku sudah membantu Bang Justin beberapa hari yang lalu," ujarnya seraya tersenyum miring.

"Apa maksudmu?"

"Bang Justin sudah menerima uang yang kukirim sebagai bantuan tanpa menolak atau merasa terbebani sama sekali seperti yang kamu tuturkan tadi," jawab Annara datar.

Marbela terdiam dengan tarikan napas yang berat. Tangannya tanpa sadar meremas tas yang ada di atas pangkuan dan hal itu tentu tak lepas dari pengamatan Annara yang tersenyum puas dalam hati.

Dia semakin yakin bahwa ada yang tidak beres dengan Marbela dan wanita itu sedang menyembunyikannya di belakang Justin.

"Ternyata kalian tidak menganggap keberadaanku, Ya?" ucap wanita itu tiba-tiba dengan memasang wajah yang sangat kecewa.

"Kamu sedang dirawat di rumah sakit waktu itu," sahut Annara tenang.

"Tapi tetap saja harusnya aku diberitahu sebagai isteri Justin," ujarnya tak terima.

Annara tahu bahwa saat ini Marbela sedang memerankan gaya playing victim dimana ia berusaha untuk membuat adik ipar yang duduk di hadapan itu merasa bersalah dan simpati kepadanya.

Tapi sayangnya tak ada yang berubah dari Annara, wanita itu tetap memasang wajah datar dan pandangan yang menusuk tajam tanpa sedikitpun belas kasihan.

Sampai akhirnya terdengar suara dering ponsel dari Marbela yang membuat raut wanita itu terlihat gusar. Hal itu tentu membuat Annara semakin penasaran dan tak bisa untuk menahan pertanyaan dari bibirnya.

"Kamu ... Masih berhubungan dengan Galen?" tanyanya dengan mata menyipit tajam.

TBC

Touch Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang