TMLYD 21

1.3K 144 4
                                    

Sudah Tamat di aplikasi KARYAKARSA dan Tersedia di google play books. Thank you ❤️




Enjoy 🔥🔥🔥





Annara duduk dengan tenang di atas kursi memperhatikan Galen yang sedang sibuk meracik minuman yang dia tak tahu entah apa itu dan memang tak berniat mencari tahu. Ia lebih tertarik memperhatikan dapur pria itu yang benar-benar lengkap dan bersih sehingga membuatnya membayangkan betapa nyaman dan menyenangkan jika dirinya memiliki dapur seperti itu.

"Apa kamu tidak membayar maid untuk apartemen seluas ini?" tanya Annara yang tak bisa menahan rasa penasarannya.

"Aku tidak suka privasiku diganggu. Mereka hanya datang jika aku memanggil."

Annara mengangguk paham. Jelas saja pria itu sangat menjunjung tinggi privasinya karena sudah pasti ia tak mau diganggu saat membawa perempuan-perempuannya itu kemari. Seperti tadi saat Annara tiba dan merasa terkejut karena bertemu Arimbi di sini. Meski ia sudah mendengar rumor kedekatan mereka, tapi tetap saja Annara tidak menyangka akan melihat secara langsung kebenarannya.

Untung saja wanita itu langsung pergi setelah kedatangan Annara sehingga Annara tak perlu melihat lebih lama lagi keintiman mereka yang jelas terpampang nyata di depan mata.

"Minum." Galen meletakkan sebuah gelas di hadapan wanita itu.

Annara mengintip sebentar isi gelas itu yang masih mengeluarkan uap.

"Cokelat panas," ujar Galen memberitahu.

Annara mengerutkan dahi dan melipat tangan di dada. "Lalu kenapa kamu meminum yang berbeda?" sindirnya dengan alis terangkat.

Pria itu mengangkat sebelah alis. "Apa kamu juga ingin minum ini?" tanyanya sembari menggoyangkan gelas di tangan yang Annara tahu pasti mengandung alkohol.

Tak langsung menjawab, Annara malah berdecih pelan. "Minumlah lebih banyak lagi. Kalau kamu koma atau bahkan mati mungkin akan lebih baik untuk kehidupanku," ujar wanita itu enteng.

Galen tersenyum miring dan meletakkan gelasnya sebelum berjalan mendekati Annara. "Apa kamu sedang mengkhawatirkanku?"

"Off course not."

Tawa renyah pria itu terdengar memenuhi ruangan. "Tapi aku menangkapnya begitu," ucapnya enteng.

"Terserah, kamu bebas berpikir apapun."

Galen mengedikkan bahu. "Sudah seharusnya."

Annara meraih gelas dan mulai menikmati cita rasa cokelat yg dicecap lidahnya.

Sementara Galen sibuk dengan ponselnya yang tadi berbunyi nyaring dan membuat pria itu akhirnya berfokus di sana.

"Kenapa kakakmu tak henti-hentinya membuat masalah?" gerutu pria itu yang melemparkan ponselnya ke atas sofa yang tak jauh dari sana.

Annara mendongak, bertanya lewat mata dan raut wajahnya.

"Silahkan lihat berita, aku tidak punya waktu berdongeng tentang kakakmu itu."

Annara tak membantah dan segera mengecek ponselnya. Benar saja, wanita itu melihat sebuah video pendek yang terekam di sebuah bandara. Dimana Justin sebagai pemeran utama sedang membuat keributan di sana. Entah apa asal muasal masalahnya, sehingga banyak dugaan-dugaan bermunculan yang membuat kepala Annara semakin sakit saja.

"Tempramen yang buruk," komentar Galen mengejek.

Ya, tidak seperti pria itu yang bisa dengan baik menyimpan emosinya dan menampilkan raut wajah biasa saja. Namun sayangnya di balik itu semua ada sebuah bom atom yang siap ia ledakan kapan saja pada lawannya.

Touch Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang