Cerita ini sudah tamat di aplikasi KARYAKARSA dan tersedia di GOOGLE PLAY BOOKS. Thank you ❤️❤️❤️
Galen membimbing tubuh Annara yang masih kaku menuju sofa di tengah ruangan. Dalam hati pria itu terkekeh geli karena tahu reaksi yang Annara tunjukkan saat ini pasti karena pelukannya yang tak diduga wanita itu.
Tak masalah, memang itulah tujuan Galen sebenarnya. Ia akan membuat Annara terbuai dengan segala tingkah manisnya sebelum memberikan racun yang begitu pahit hingga ia tak akan melupakan rasa sakitnya. Karena bagi Galen, kehancuran Annara pasti membuat Justin jauh lebih gila.
Ia sengaja merubah taktik untuk membalaskan dendamnya dengan cara yang lebih halus tapi mematikan. Karena pria itu yakin bahwa kedatangan Annara pasti atas suruhan Justin. Mereka bersekongkol untuk menaklukkan Galen. Sayangnya hal itu tidak akan pernah terjadi karena Galen yang akan lebih dulu membuat mereka jinak bahkan tunduk kepadanya.
Pertama-tama pria itu mengajak Annara untuk menemaninya makan siang di kantor, lalu setelah itu mereka pergi ke sebuah butik ternama dan Galen meminta Annara untuk membeli berbagai macam pakaian yang menurutnya cocok untuk wanita itu.
Jelas saja Annara berusaha menolak karena merasa hal ini berlebihan dan dirinya bukan tipe orang yang suka membeli baju dengan harga yang sangat fantastis.
"Galen, tapi ini bukan seleraku," protes Annara kesal.
"Kita tidak sedang membicarakan seleramu di sini. Yang punya kekuasaan adalah aku," tukas pria itu datar.
"Tapi ini --"
"Dengar, Annara. Sebentar lagi semua orang akan tahu bahwa kamu adalah tunanganku. Jadi, kamu pikir aku akan membiarkan penampilanmu lusuh seperti ini?" desis pria itu geram.
Annara tercengang dengan mata melotot dan mulut terbuka lebar. "Apa? Lusuh?" Wanita itu kemudian menatap dress motif bunga yang dikenakannya hingga lutut, sepatu flat dan juga tas selempang yang dibelinya di toko online dengan harga ratusan ribu. Menurut Annara tak ada yang salah dengan penampilannya, kenapa berani-beraninya pria itu mengatakan bahwa dirinya tampak begitu lusuh?
"Ya, sangat lusuh. Setidaknya kamu harus sama dengan Marbela dari segi penampilan," tukas pria itu tajam.
Annara berdecih sinis. "Lalu apakah aku juga harus berkhianat seperti wanita itu?" sindirnya telak.
"Jangan coba-coba, atau kamu akan menyesal sampai tak ingin hidup lagi," ancamnya tak main-main.
Annara bergidik ngeri, tapi tetap tak ingin terlihat lemah di mata pria itu meski kenyataannya kini hidupnya sudah dalam genggaman Galen.
"Cepat Carikan baju yang cocok untuknya," perintah pria itu pada seorang pegawai yang sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka.
Dengan senyum ramah, wanita itu membimbing Annara untuk melihat-lihat koleksi di butik mereka yang ternyata sangat cantik dan elegan. Memang, butik ini sangat terkenal apalagi pemiliknya seringkali menjadi sorotan media karena menikahi seorang pria duda yang jarak umurnya sangat jauh dengannya. Bahkan kisah cinta mereka dipenuhi oleh skandal menghebohkan serta gosip panas yang beredar setiap harinya kala itu. Kini mereka sudah menikah dan hidup bahagia.
"Ini terlalu terbuka," tolak Annara ketika wanita berseragam hitam putih itu menyodorkan sebuah gaun dengan belahan dada sedikit rendah.
"Baiklah, Nona. Yang sepertinya cocok untuk Nona," ucap wanita itu lagi dengan senyum manis.
Nyatanya meski koleksi di butik itu sangat mewah dan anggun, tak ada satupun yang membuat Annara berniat untuk mengambilnya. Ia merasa tidak pantas dan minder memakai gaun-gaun mewah itu.
Tentu saja Galen yang menunggu cukup lama merasa kesabarannya kian menipis dan ia memilih untuk menghampiri wanita itu.
"Kenapa belum ada yang kamu ambil?" tanyanya menyipit tajam.
"Aku merasa gaun-gaun ini tidak cocok untuk dipakai," jawab wanita itu pelan.
Galen memberi kode agar sang pegawai menjauh dari keduanya. Lalu pria itu mengambil sebuah gaun berwarna merah dengan tali spaghetti yang jelas akan membuat Annara tampak begitu menggoda jika memakainya.
"Coba ini!" perintah pria itu.
"Apa? Ini terlalu --"
"Aku tidak meminta pendapatmu," potong pria itu tajam.
"Tapi, Galen ...."
Pria itu sudah hilang kesabaran sehingga ia mendorong Annara begitu saja menuju ruang ganti yang ada di sudut ruangan.
"Kamu ngapain ikut masuk?" protes wanita itu.
"Agar kamu tak bertingkah macam-macam sehingga menghilangkan kesabaranku."
"Kalau seperti ini jelas kamu yang bisa macam-macam," tukas wanita itu geram.
Galen tersenyum miring. "Jika aku mau, kamu tidak berhak melarang. Ingat perjanjian kita!"
"Kamu gila!" desis Annara geram.
"Ya, memang."
"Tutup matamu!" hardik wanita itu.
"Aku tidak biasa diperintah, Annara," jawab Galen santai.
Wanita itu menghela napas panjang dan memejamkan mata sejenak dengan jengkel.
"Galen, aku meminta tolong tutup matamu," ucapnya dengan nada lembut yang membuat pria di hadapannya terkekeh geli karena tahu pasti kejengkelan hari Annara.
"Tiga menit dari sekarang," ucap Galen sebelum memejamkan mata.
"Apa kamu gila? Tiga menit itu--"
"Ingat, waktumu terus berkurang, Annara!" pangkas pria itu tenang.
Tak ada pilihan lain karena jelas Galen tak memberi penawaran. Annara akhirnya berusaha untuk secepat mungkin mencoba gaun merah itu untuk menghemat waktu yang ia punya.
Galen membuka mata tepat setelah Annara menggantungkan tali merah itu di pundaknya. Sayang sekali, gaun itu belum sempurna menempel karena resleting yang belum sempat Annara tarik naik.
"Kamu membuka mata terlalu cepat!" gerutu wanita itu kesal.
Galen menaikkan sebelah alis dengan senyum miring tercetak jelas di wajahnya. "Aku menghitungnya dengan tepat, Annara," sahutnya santai sembari mengamati dari ujung kepala hingga kaki.
"Sudah 'kan? Biar kulepas," ujar wanita itu cepat.
Galen menggelengkan kepala. "Kamu tidak memakainya dengan sempurna, Annara," tegurnya datar.
Wanita itu memang wajah pura-pura tidak tahu yang membuat Galen berdecak jengkel.
Pria itu maju selangkah dan mengulurkan kedua tangan menuju resleting yang ada di punggung Annara. Jelas perlakuannya itu mengundang detak tak beraturan karena dari jarak sedekat ini Annara bisa mencium aroma tubuh pria itu dengan sangat jelas.
Sementara Galen sendiri merasa seperti tersengat listrik saat jarinya tanpa sengaja menyentuh kulit terbuka wanita itu. Seolah sentuhan kecil itu mampu membangkitkan segala gejolak yang bersembunyi di balik dada.
Jelas saja hal itu membuat Galen dengan cepat menjauh dan melonggarkan dasi yang tiba-tiba terasa mencekik lehernya. Ia sendiri tidak akan membiarkan hal-hal semacam ini merusak konsentrasi dan melemahkan niatnya untuk membalas dendam.
"Bagus. Ambil ini dan pilih yang lainnya," titah pria itu seraya melangkah keluar dari ruangan yang tiba-tiba membuatnya gerah itu.
Annara yang tak ingin membuat pria itu mengomel lagi akhirnya memilih dengan cepat tanpa berpikir ini dan itu lagi. Total ia memilih ada lima belas gaun ditambah beberapa setelan baju dan celana. Sayangnya Galen merasa itu belum cukup sehingga ia harus memilih beberapa tas dan sepatu lagi untuk tambahan lainnya.
Saat membayar di kasir, Annara hampir kehilangan biji mata karena saking kagetnya dengan nominal uang harus dikeluarkan pria itu. Dan belum sempat pulih dari keterkejutannya, ia harus kembali dikagetkan dengan panggilan di ponsel Galen dengan nama Marbela di sana.
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me Like You Do
عاطفيةGalen Arsenio begitu murka saat mengetahui bahwa kekasihnya berselingkuh hingga berbadan dua dan harus menikah dengan seorang pria bernama Justin Adrian. Pria keturunan Arsenio itu sudah menyusun berbagai macam rencana untuk menghancurkan keduanya...