TMLYD-8

1.3K 135 1
                                    

Cerita ini sudah tamat di aplikasi KARYAKARSA dan tersedia di GOOGLE PLAY BOOKS. Thank you ❤️❤️❤️




Annara menatap kepergian Marbela dengan sebelah alis terangkat. Wanita itu nampak begitu terburu-buru bahkan pertanyaan yang Annara layangkan tak sempat untuk ia jawab. Wanita itu akhirnya berinisiatif untuk menelpon Justin karena jujur saja ia merasa hatinya jadi tak tenang.

Nada dering kedua panggilan wanita itu diterima, tapi bukan Justin yang menjawab melainkan sebuah suara bariton dengan intonasi yang tegas menyapa gendang telinga Annara.

Wanita itu jelas panik apalagi mendapat informasi dari pria yang merupakan petugas kepolisian itu bahwa Justin mengalami kecelakaan tunggal di jalan menuju arah apartemennya.

Annara panik bukan main, ini sudah hampir larut malam dan ia takut tak ada lagi taksi online yang bisa dipesan. Tapi nyatanya nasib baik masih berpihak pada wanita itu ketika ia melihat seorang tetangga yang baru pulang dan belum sempat memasukkan motor ke dalam garasi.

Wanita itu langsung meminta tolong untuk diantar ke rumah sakit dimana Justin saat ini dirawat.

Untung saja pria itu tidak merasa keberatan dan siap mengantar Annara saat itu juga. Jelas saja hal itu membuat Annara sahabat terima kasih dan berjanji akan membalas kebaikan pria itu.

Tak beberapa lama mereka tiba di tempat tujuan dan Annara langsung mengucapkan terima kasih sebelum berlari masuk ke dalam rumah sakit untuk mencari tahu kondisi Justin saat ini.

Ternyata pria itu baru saja sadarkan diri setelah tadi sempat mengalami trauma kecil yang membuatnya sedikit ling-lung bahkan lupa sebagian kejadian yang dialaminya hari ini.

"Apa yang terjadi?" tanya Annara saat melihat Justin sudah membuka mata.

Pria itu meringis sesaat sebelum berusaha untuk duduk di ranjang pasien. "Dasar cerewet! Bukannya bertanya dulu keadaanku," gerutunya.

"Untuk keadaanmu aku lebih percaya saat dokter yang menjelaskan," ujar Annara lugas. "Jadi, apa sebenarnya yang terjadi?" tanya wanita itu lagi.

Justin menggeleng pelan sembari memejamkan mata. "Aku tidak tahu pasti, tapi aku seperti melihat anak kecil di depan dan berusaha untuk mengelakkan," ucapnya menjelaskan.

"Saat itu Abang dari mana saja?"

Pria itu membuka mata dan menatap sang adik sesaat sebelum menghela napas panjang. "Menemui Galen di Emerald hotel," sahutnya pendek.

Annara mendelik tak percaya. "Aku juga ada di sana, kenapa kita tidak bertemu?"

Justin menggeleng pelan. "Kami hanya sebentar. Saat pulang, aku dan Marbela bertengkar dan tiba-tiba ia kesakitan--"

"Apa? Marbela? Jadi kalian datang berdua?" tanya Annara penuh selidik.

"Ya."

"Lalu kenapa kalian --?"

"Tiba-tiba dia meminta diturunkan dan mengancam hal yang tidak-tidak jika aku tak menurutinya."

"Dasar wanita gila," geram Annara yang emosi mendengar penjelasan Justin.

"Dia hanya sedang emosi," bela pria itu yang membuat Annara mendengkus tak suka.

"Dia datang ke rumah dan meminta uang seratus juta! Apa Abang kira itu bukan hal yang gila? Padahal saat ini Abang sedang sekarat di rumah sakit!" cecar wanita itu geram.

Justin mengerutkan dahi. "Kapan dia menemuimu?" tanya pria itu.

"Baru saja! Itu artinya dia turun di jalan untuk datang ke rumah dan meminta uang padaku! Apa itu masih waras?"

Tak ada sahutan dari Justin dan Annara sedikit menyesal karena langsung melaporkan hal itu saat kondisi Justin masih belum stabil seperti sekarang ini.

"Istirahatlah, jangan terlalu dipikirkan, aku akan menunggumu di sofa," ujar Annara berusaha menenangkan.

Justin tersenyum tipis dan mengucapkan terima kasih.

Belum selesai musibah yang menimpa Justin, pagi ini pria itu kembali mendapat masalah karena bocornya berita tentang masa lalu pria itu yang pemberitaannya jauh dari fakta aslinya. Dia diberitakan pernah menghamili seorang gadis di bawah umur dan memintanya untuk menggugurkan kandungan itu sehingga membuat sang gadis depresi dan meninggal bunuh diri.

Hal itu tentu membuat nama Justin semakin buruk di mata publik dan malah banyak orang yang menyayangkan keselamatan pria itu saat terjadi kecelakaan malam tadi. Mereka menyumpahi seramapahi dengan kata-kata yang membuat Annara bergidik negeri membacanya.

Sungguh wanita itu tak tega melihat Justin mengalami hal mengerikan ini yang bisa saja berakhir fatal pada mental pria itu.

Padahal Annara tahu betul kejadian yang sebenarnya tidaklah seperti itu. Justin dulu memang memiliki seorang kekasih saat dirinya masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Gadis itu hamil karena ruda paksa dan akhirnya bunuh diri di toilet sekolah karena tidak sanggup menanggung malu.

Justin bahkan tahu semua itu setelah membaca surat yang ditinggalkan oleh kekasihnya sebelum ia meninggal.

Annara merasa bahwa Justin sudah cukup tertekan dengan semua ini dan dirinya ingin sekali membantu pria itu sebelum semuanya terlambat.

Sementara di lain tempat, Galen sedang sibuk mengurus beberapa pekerjaannya hingga akhirnya malam datang dan ia harus pulang karena mamanya sudah begitu cerewet menelpon dirinya untuk makan malam bersama.

Ya, kedua orang tuanya itu baru saja pulang dari berlibur dan hanya tinggal sebentar untuk menjenguk Galen sebelum kembali terbang untuk mengelilingi dunia menikmati masa tuanya.

Tapi sebelum pria itu benar-benar meninggalkan kantor, Jetro muncul dan memberi info tentang kedatangan seorang wanita yang lagi-lagi mengusik ketenangan Galen.

Suara ketukan heels yang digunakan wanita itu nyatanya mampu merusak konsentrasi yang dibangun Galen sejak tadi.

"Apa lagi maumu?" tanya pria itu datar, tanpa mau repot-repot menoleh kepada wanita yang tak lain adalah Annara.

"Selamat sore, Tuan Galen," sapa wanita itu tenang.

"Jangan banyak basa-basi, aku tak punya waktu untuk itu," sahut Galen dingin.

Annara yang tadi berusaha untuk mengumpulkan keberaniannya kini berdiri di samping meja pria itu.

"Permintaanku masih sama. Tolong ... jangan menghukum abangku lagi, dia sudah cukup tertekan saat ini," ujar wanita itu memohon.

Galen menyandarkan tubuh ke kursi kerjanya lalu menatap Annara dengan geli. "Siapa dirimu sehingga berani meminta kepadaku?"

Tiba-tiba saja Galen dibuat terkejut dengan tindakan Annara yang berlutut di hadapannya dengan kepala tertunduk dalam.

"Aku memohon padamu untuk kali ini saja. Dia adalah satu-satunya keluarga yang kupunya, dan sekarang dia sudah mendapat balasan atas perbuatannya. Jadi kumohon, maafkan dia," ujar Annara pelan.

"Apa kamu pikir semudah itu, Annara?" tanya Galen geram.

Annara mendongak dan Galen dapat melihat tatapan penuh kesedihan di mata wanita itu. Entah mengapa hal itu membuat hati Galen merasa tak nyaman.

"Tolonglah. Kali ini saja, Galen. Aku tahu kamu tidak sekejam itu. Aku akan melakukan apapun asal kamu melepaskan Justin dan membiarkan mereka hidup tanpa dendammu," mohon Annara dengan bulir kristal yang mengalir tanpa bisa dicegahnya.

"Apapun?" tanya pria itu dengan senyum sinis di wajahnya.

"Ya, apapun. Aku bisa bekerja di kantormu tanpa digaji, atau bahkan menjadi pembantumu, atau apapun itu asal lepaskan Justin," tuturnya berusaha meyakinkan.

Senyum miring terbit di wajah tampan pria itu. "Deal. Aku akan mengabulkan permintaanmu asal ...." Galen berdiri dan berjalan ke hadapan wanita itu.

Ia membungkuk sedikit dan mengangkat dagu Annara dengan ujung telunjuknya. "Asal kamu menjadi tunanganku," bisiknya dengan senyum misterius di wajahnya.

To Be Continued

Touch Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang