SUDAH TAMAT DI APLIKASI KARYAKARSA DAN TERSEDIA DI GOOGLE PLAY BOOKS.
"Tunangan? Apa maksudmu?" tanya Annara yang sumpah mati begitu terkejut mendengar kalimat pria itu.
Galen melepaskan wanita itu dan tertawa sinis setelahnya. "Menurutmu apa?" tanya pria itu balik.
Annara menggelengkan kepala dengan mata memicing tajam. "Permainan apa lagi ini, Tuan Galen?"
"Tentu saja permainan yang sangat menyenangkan," sahutnya santai.
Dengkusan Annara terdengar jelas. "Apa kamu tidak bisa berbaik hati sedikit saja tanpa memanfaatkan keadaan orang lain?"
Galen balas berdecih kasar. "Mulutmu sendiri yang menawarkan permainan ini, Annara. Kamu menukar dirimu untuk menebus kesalahan abangmu. Lalu sekarang kamu malah mengharapkan kebaikan hatiku? Apa kamu waras?" cerca pria itu geram. Ia mulai muak dengan sifat naif wanita itu yang sok jadi pahlawan untuk abangnya padahal dirinya sendiri saja tak berani mengambil resiko besar itu.
Annara menghela napas sembari memejamkan mata, berusaha untuk bersabar dan menerima kenyataan bahwa kini pria di hadapannya itulah yang sedang berkuasa.
"Baiklah, Deal. Aku akan menjadi tunanganmu sebagai gantinya kamu tidak akan mengganggu abangku lagi sedikitpun," ujar wanita itu menegaskan kesepakatan mereka.
Seringai pria itu terbit begitu saja. "Bukan hanya itu, Annara. Apa kamu pikir semudah itu?" kekehnya geli.
"Apalagi?" tanya wanita itu tak sabar.
Galen mengetuk-ngetuk jari di atas meja dengan ritme yang membuat Annara seolah sedang menunggu detik-detik hukumannya.
"Jika setuju, itu artinya kamu tunduk atas semua perintahku," tutur pria itu datar.
Annara menghembuskan napas panjang dan mengangguk setuju. Ia tahu maksud Galen kali ini, ia menukar Annara untuk menjadi mainannya. Sudah kepalang tanggung, ia sudah menyetujui perjanjian awal dan Annara sulit untuk mundur lagi.
"Kecuali untuk hal-hal yang menurutku berlebihan," tawar wanita itu.
Galen terkekeh pelan. "Kamu tidak sedang dalam kuasa untuk bisa mengatur, Annara. Posisimu sekarang tidak di sana," sahutnya yang jelas menolak usulan wanita di hadapannya.
Tak ada yang bisa dilakukan wanita itu selain mengepalkan tangannya di bawah meja. Demi Justin yang selama ini selalu melindungi dirinya, ia akan menerima konsekuensi berbahaya yang jelas ada di depan matanya saat ini.
Annara pun mengangguk dan hal itu tentu membuat senyum merekah di wajah Galen yang sudah memiliki beribu rencana di otaknya. Bagaimana bisa wanita ini datang ke kandang singa dengan mudahnya dan memberikan penawaran gila yang tentu tidak akan disia-siakan oleh pria itu.
"Baiklah, Sayang. Mulai saat ini kamu resmi milikku," ucap Galen yang berjalan dan memutar kursi wanita itu sehingga membelakangi meja kemudian memenjarakan tubuh Annara dengan kedua lengannya.
"Aku harap kamu tidak menyesali keputusanmu ini," imbuhnya menyeringai.
"Asal kamu tidak mengingkari janji," tukas Annara tegas.
Galen tertawa kecil. "Tentu, aku bukan orang seperti itu," sahutnya santai.
Hari itu terjadilah kesepakatan di antara keduanya yang mana Galen langsung memberikan sebuah kontrak untuk ditandatangani oleh Annara satu hari setelahnya.
Wanita itu tak habis pikir mengapa perjanjian mereka menjadi begitu resmi bagi Galen seolah mereka sedang mengerjakan kontrak kerjasama besar seperti yang biasa pria itu lakukan.
Annara juga mengingat satu pesan pria itu yang diucapkan begitu serius dan penuh penekanan.
"Jangan coba-coba bermain-main denganku, Annara. Atau balasan yang kamu dapat akan berkali-kali lipat lebih parah dari yang diterima oleh dua pengkhianat itu," desisnya tajam.
Sangat jelas di ingatan Annara bagaimana tegangnya dia saat menghadapi Galen yang serius dan penuh penekanan seperti saat itu, apalagi mulut berbisa Galen mengeluarkan ancaman-ancaman yang membayangkan saja Annara tak mau.
Pria itu benar-benar kejam dan Annara mengakui desas desus kesadisan pria itu di belakang panggung memang benar adanya.
Kini Annara sedang dalam perjalanan mengantarkan Justin yang baru saja keluar dari rumah sakit. Wanita itu akan membawa abangnya untuk pulang ke rumah mereka karena apartemen yang disewa oleh Justin dan Marbela selama ini sudah disita pihak manajemen yang selama ini menaungi mereka.
Tak ada yang bisa Justin lakukan karena saat ini tabungannya benar-benar sudah terkuras habis. Bahkan rencana untuk melarikan diri ke New York dan tinggal di sana bersama Marbela dan buah hati mereka untuk sementara waktu kini hanya tinggal khayalan semata.
"Dimana Marbela?" tanya Annara yang sejak Justin masuk ke rumah sakit tak pernah melihat wanita itu muncul untuk menjenguk sekali saja.
"Di rumah ibunya," sahut pria itu pendek.
"Dan menelantarkanmu di sini?" tukas sang adik mengejek. "Aku tidak mengerti hubungan seperti apa yang sedang kalian jalani," imbuhnya mendengkus.
Justin memejamkan mata dan bersandar dengan nyaman. "Dia pasti sangat terkejut dengan keadaan saat ini. Sebelumnya dia terbiasa hidup mewah bergelimang harta serta popularitas yang ada dalam genggaman. Marbela pasti butuh waktu untuk itu," ujar Justin panjang lebar yang bukannya membuat Annara simpati, tapi malah semakin mendengkus kesal.
"Kesalahan itu dilakukan oleh kalian berdua dan kalian juga sudah menyepakati untuk bertanggung jawab bersama. Jadi, sudah seharusnya dia berani untuk melawan dunia bersamamu. Bukannya malam bersembunyi di ketiak orang tuanya dan membiarkan Abang untuk menerima segala konsekuensi yang ada."
"Biarlah, nanti setelah pulih aku akan berbicara lagi padanya," sahut Justin dengan suara lemah.
Annara menghela napas sebelum memarkirkan mobil di halaman rumah sederhana peninggalan orang tuanya yang kini sudah mereka renovasi.
"Ayo, hati-hati," ujarnya semuanya menonton pria itu untuk menaiki tangga menuju kamar milik Justin ketika ia menginap di sini.
"Istirahatlah, kalau ada apa-apa telepon aku karena aku harus keluar sebentar," ucap wanita itu memberi pesan.
Justin mengangguk paham dan masa memejamkan mata setelah merebahkan diri ke atas ranjang karena tubuhnya masih terasa begitu lemas.
Sementara Annara sendiri harus pergi untuk menemui Galen yang memerintahkan wanita itu datang langsung ke kantornya.
Setengah jam kemudian ia tiba di kantor pria itu dan disambut langsung oleh Jetro yang langsung membimbingnya ke sebuah lift khusus direksi menuju lantai di mana ruangan Galen berada.
"Silahkan masuk, Nona," ucap Jetro setelah membuka pintu ruangan bosnya.
"Terima kasih," sahut Annara sebelum melangkahkan kaki memasuki ruangan pria itu yang terasa begitu dingin hingga Annara tanpa sadar mengusap kulit lengannya yang terbuka.
"Galen," sapa Annara karena pria itu tak menggubris keberadaannya dan masih sibuk dengan kertas yang bertumpuk di atas meja.
Galen mendongak dan meletakkan pulpennya begitu saja. Pria itu beranjak dan menarik Annara ke dalam pelukan. "Ayo kita makan siang," ujarnya yang Annara tahu tak butuh persetujuannya.
Napas wanita itu sempat tertahan sejenak karena pelukan pria itu yang tiba-tiba. Jujur saja Annara tak menyangka pria itu akan melakukan kontak fisik sedekat ini dengannya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me Like You Do
RomanceGalen Arsenio begitu murka saat mengetahui bahwa kekasihnya berselingkuh hingga berbadan dua dan harus menikah dengan seorang pria bernama Justin Adrian. Pria keturunan Arsenio itu sudah menyusun berbagai macam rencana untuk menghancurkan keduanya...