TMLYD 33

1.4K 156 14
                                    

"Galen stop!"

"Galen stop it!" teriak Annara.

Bugh ....

Bugh ....

Bughhh ....

Tak satupun kalimat Annara didengarkan pria itu. Tangannya tetap mengayun sempurna, tendangannya dibalas Rey sama kerasnya. Hingga hal itu mengundang petugas keamanan datang dan berusaha memisahkan keduanya.

Annara hendak berlari untuk memeriksa keadaan Rey yang sempoyongan dan dipapah oleh beberapa orang yang Annara tahu merupakan pegawai di restoran ini. Tapi sialnya Galen lebih dulu menarik pergelangan tangannya dan menyeret wanita itu menuju mobil yang sudah menunggu di depan lobi.

Ia meronta dengan sekuat tenaga, tapi sayang hal itu tak membuat Galen melepaskannya. Pria itu bahkan mengemudi dengan kecepatan tinggi sehingga membuat Annara memekik ketakutan.

"Apa kamu gila?! Kita bisa mati sia-sia!" teriaknya panik.

"Yes i'm. Memang itu yang kuinginkan!"

Annara tak habis pikir dan menjerit di telinga pria itu. "Stop it! Kita bisa bicarakan ini baik-baik!"

"Persetan dengan bicara baik-baik! Kalian pikir kalian bisa menipuku berkali-kali?" desisnya penuh emosi. "Jangan bermimpi, Annara. Jangan."

"Aku dan Rey tidak punya hubungan apa-apa!"

"Makan malam romantis, pergi berkencan bersama, lalu mengungkapkan perasaan satu sama lain. Apa itu yang tidak punya hubungan apa-apa?"

"Aku bahkan belum memberitahu perasaanku!" tukas Annara tak terima.

"Tidak perlu, aku sudah tahu jawabannya."

"Apa? Kamu tahu apa tentang perasaanku?" pekik wanita itu tersulut emosi. "Apa kamu tahu aku menderita selama ini? Apa kamu tahu aku cemburu setiap kali kamu bersama Arimbi? Apa kamu tahu perasaan cinta ini menyiksaku setiap hari? Mencintai pria brengsek sepertimu membuatku merasa ingin mati!" Jerit wanita itu bertepatan dengan desing ban mobil yang berhenti secara tiba-tiba.

Jika saja tak memakai sabuk pengaman, mungkin kepala Annara sudah beradu keras dengan dashboard di hadapannya.

"Kamu gila?!" teriak Annara sembari mengelus dada karena debar jantungnya yang tidak terkira.

"Apa kamu bilang?" Suara Galen terdengar datar.

"Kamu gila!" tukas Annara sengit.

"Bukan itu, kalimat sebelumnya!"

Annara tersadar dengan apa yang ingin didengar oleh pria itu, ia memalingkan wajah ke arah luar jendela dan menyadari bahwa mereka kini berada di lobby di mana penthouse Galen berada.

"Kamu bilang mencintaiku?" Pria itu mendengkus samar. "Kalau begitu buktikan!"

Annara seketika menoleh dan menatap Galen dengan pandangan tak percaya, apalagi ketika pria itu keluar dan memutari mobil untuk membuka pintu di sebelah Annara.

"Apa yang --"

"Keluar!" tukasnya.

Annara menuruti perintah pria itu yang langsung menyeret Annara menuju lantai di mana beberapa waktu ini mereka tinggal bersama.

"Galen stop! Kamu apa-apaan sih?!" pekik wanita itu kesal.

Tak ada sahutan dari pria itu yang kini sedang membuka pintu dan menutupnya dengan kasar setelah mereka berdua ada di dalam.

"You say you love me? prove it!"

"Bukti apa?"

"Making love with me." Pria itu berucap datar, tapi efeknya seolah membuat Annara tertampar.

"Kamu bahkan sudah melakukannya beberapa kali!" jerit Annara gusar.

"No. Its just sex, not making love."

"Pria brengsek!"

"Yes, I'm."

"Kalau begitu aku lebih memilih untuk menghancurkan cinta ini dan mengubur namamu seumur hidupku!"

"Tidak akan kubiarkan!" desis Galen tak terima.

Annara tertawa mencemooh. "Kenapa tidak? Jangan terlalu tinggi hati seolah dirimu begitu sulit untuk dilupakan, Tuan Galen Arsenio yang terhormat!"

"Kamu memang tidak akan bisa." Galen tersenyum miring.

"Why Not? Bahkan bersama Rey tadi aku hampir tidak mengingatmu!"

Senyum pria itu lenyap begitu saja ketika bukan hanya diingatkan kembali, Annara bahkan memancing percikan api itu muncul semakin ke permukaan.

"Perempuan murahan sapertimu memang seperti itu!" desisnya tersulut emosi.

"Ya, mungkin kedepannya aku harus menjajakan tubuhku ke semua pria agar julukan yang kamu sematkan tidak terasa sia-sia!"

"Sialan! Kamu salah memilih lawan, Annara!" Galen menyambar lengan wanita itu dan menghempaskan tubuhnya ke dinding hingga wanita itu memekik kesakitan.

Namun semua itu seolah tak terdengar di telinga Galen yang kini membungkam bibir Annara dengan brutal, bahkan wanita itu dapat merasakan pedih di sudut bibirnya karena gigitan pria itu yang membabi buta.

"Galen stop!"

"Tidak! Biar aku tunjukkan bagaimana murahannya tubuhmu ini!"

"Tidak ... jangan!"

"Lihat, Sayang. Bahkan kamu bisa sebasah ini saat bibirmu sendiri mengatakan tidak," desis Galen serak sembari menggosokkan jari-jarinya ke bagian intim Annara.

"Demi Tuhan aku tidak akan pernah memaafkanmu jika kamu melakukan hal menjijikan itu padaku, Galen Arsenio!" jerit Annara frustasi.

"I don't need your apologies, Baby," sahut pria itu dengan nada mengejek yang begitu kentara.

"Fuck you, Brengsek!" Annara berusaha menendang pria itu tapi Galen bergerak lebih cepat dan semakin mengunci pergerakan wanita itu.

"Yes. I will fucking you right now!"

Annara terus berusaha menolak meski hal itu berbanding terbalik dengan reaksi tubuhnya yang malah semakin mendamba sentuhan pria itu yang jelas tahu bahwa dirinya begitu diterima oleh tubuh Annara.

"God damn it. This make me drunk!" Pria itu menggeram tanpa menghiraukan cacian yang keluar dari mulut Annara.

"Setelah ini aku ingin tahu, apa pria itu masih sudi menyatakan cinta padamu!" desis Galen sinis.

"Aku bukan wanita suci lagi saat dia mengungkapkan perasaannya padaku beberapa waktu lalu! Apa bedanya kini dan nanti?" sahut Annara dengan mata buram karena air mata.

"Beda, jelas berbeda. Karena aku akan membuatmu tak bisa lepas dariku. Kali ini akan benar-benar kupastikan kamu terikat kuat denganku!"

"Kamu gila! Kamu gila, Galen!" jerit Annara yang sama sekali tak mengembalikan kewarasan seorang Galen Arsenio yang terus saja melancarkan aksinya hingga mereka berdua benar-benar kelelahan dan tak memiliki tenaga meski hanya sekedar untuk melanjutkan perdebatan mereka.

Di pagi hari, Annara bangun dengan seluruh badan yang terasa sakit bahkan ia merasa sulit meski hanya untuk berjalan menuju kamar mandi.

Galen Arsenio sudah tak tampak lagi di manapun dan hal itu membuat Annara merasa bersyukur sekaligus benci. Bagaimana tidak, ia jelas akan merasa malu jika pria itu masih berada di sana dan menertawai kebodohannya. Tapi kepergian pria itu juga membuatnya merasa benci karena dirinya merasa seperti pelacur yang ditinggalkan setelah puas dipakai.

Wanita itu menghidupkan keran dan membiarkan tubuhnya dibasahi oleh air dingin yang mengalir di setiap inci kulitnya. Annara berharap hal itu bisa membersihkan tubuhnya dari bekas sentuhan pria yang kini begitu dibenci olehnya.

Cinta dan benci bercampur aduk di dalam dada, membuat Annara frustasi dengan perasaannya. Apa yang harus ia lakukan saat pria itu bahkan semakin menyakitinya saat Annara menyatakan cinta?


To Be Continued

Touch Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang