Justin mengacak rambutnya dengan kasar. Bagaimana bisa ia berbuat setolol itu menghianati adiknya sendiri demi wanita yang tak tahu diri dan sangat pintar memanipulasi.
Kini ia sudah kehilangan segalanya, bahkan adik tercinta yang dulu begitu disayangi olehnya.
Marbela benar-benar menyulap dirinya menjadi pria dungu yang tunduk pada apapun yang dikatakan oleh wanita itu. Hingga sampailah pada hari di mana mereka akan berangkat ke luar negeri untuk memulai kehidupan baru tanpa dihantui oleh bayangan masa lalu di kota ini.
Justin memergoki Marbela sedang bermain gila di toilet bandara dengan seorang pria tambun yang ia kenali sebagai pengusaha ternama di ibu kota. Justin tak bisa menahan emosinya sehingga langsung menghajar pria itu dan mengundang keributan yang membuatnya harus diamankan karena jelas saja mereka tidak akan berani menyentuh sang pengusaha yang memiliki harta berlimpah untuk menyogok mulut-mulut sampah mereka.
Kini Justin berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Annara dan meminta wanita itu untuk menjauh dari Galen karena ia tak mau satu-satunya keluarga yang ia punya itu mengalami kehancuran yang sama dengan dirinya.
Namun penyesalan memang selalu datang di akhir cerita. Annara sudah terlanjur kecewa dan tidak mau mendengarkannya. Untuk itu Justin akan bertindak sendiri untuk melindungi sang adik yaitu dengan mendatangi Galen dan memohon pada pria itu untuk melepaskan Annara.
Ya, dan untuk itulah ia berdiri di sini, di hadapan seorang pria yang duduk bak raja dengan raut wajah pongah tak terkira.
"Apa yang membuatmu datang kemari?" Galen mengetukan ujung bolpoin ke atas meja yang terbuat dari kayu jati sehingga menimbulkan suara berirama yang bagaikan palu kematian bagi Justin.
"Lepaskan Annara." Begitu lugas pria itu mengutarakan permintaannya.
Sementara Galen yang mendengar hal itu hanya tersenyum miring. "Adiknya datang menyerahkan diri untuk kakaknya, dan kini kakaknya datang menyerahkan diri untuk adiknya. Manis sekali," sahut pria itu dengan nada mengejek.
"Jangan sakiti Annara. Dia tidak ada hubungannya dengan masalah kita!"
"Aku tidak pernah melibatkannya, dia datang sendiri dan menyerahkan diri sendiri," tukas Galen enteng.
"Tapi kamu tidak melakukan sesuai permintaannya."
Galen terkekeh geli. "Permintaan apa? Untuk tidak mengganggumu dan perempuan murahan itu?"
Justin mengepalkan tangan erat. "Kamu pasti sudah tahu kebenarannya!" desis pria itu geram.
"Yang aku tahu hanya kalian menghianatiku."
Dengkusan Justin terdengar kasar. "Kamu bahkan tidak benar-benar jatuh cinta pada Marbela. Yang terluka bukan hati, tapi egomu!"
"Cinta tidak lebih penting daripada harga diri. Lalu apakah aku harus diam saja ketika kalian berlaku sesuka hati dan menipuku?"
Justin menggeleng tak habis pikir. "Aku sudah melepaskan Marbella karena sudah tahu semuanya dan aku yakin kamu juga tahu lebih dulu."
"Karena aku tidak sebodoh dirimu."
"Fokusku sekarang adalah Annara. Jadi sekali lagi kuminta lepaskan dia secara baik-baik atau aku sendiri yang akan membawanya pergi jauh dari hadapanmu!" ancam Justin tidak main-main.
Galen mengepalkan tangan erat, tak suka dengan apa yang terbayang di kepala ketika Annara benar-benar pergi dari hidupnya.
"Akan kupastikan kalian berdua tidak bisa hidup dengan tenang!" desis pria itu.
Justin tertawa tak percaya. "Apa sebenarnya niatmu? Menghancurkanku seharusnya bukan lagi targetmu sebab aku sudah kehilangan semuanya karena kesalahan yang padahal tidak kulakukan."
"Kalian berkhianat di belakangku. Apakah itu bukan sebuah kesalahan?"
"Tapi itu bukan anakku!"
"Siapa peduli? Itu kan karena ketololanmu sendiri."
Justin mengepalkan tangan menahan emosi. "Seharusnya kamu tidak semarah dan sekejam ini karena kesalahanku hanya --"
"Hanya tidur bersama tanpa menghamili?" tukas Galen sinis. "Kalau hal itu bukan kesalahan besar, itu artinya aku juga bisa kan meniduri adikmu asal tidak hamil?"
Cukup sudah! Kesabaran Justin sudah diambang batas. Pukulannya melayang tepat mengenai rahang Galen Arsenio.
Galen yang menerima serangan tiba-tiba itu menyeringai sebelum bangkit dan meraih kerah kemeja Justin dengan kasar lalu melayangkan tinjuan yang lebih kuat sehingga pria itu jatuh tersungkur di lantai. Tak hanya itu, Galen nyatanya tak berniat hanya berhenti sampai di sana, pukulannya kembali melayang, membabi buta bersama tendangan yang membuat Justin tak berdaya.
"Dengar ya, Pecundang, aku tidak akan membiarkanmu mengambil milikku!" desis Galen tajam.
"Kamu menyukainya, eh?" Justin bertanya dengan senyum mengejek yang semakin memancing emosi Galen.
Pria itu berdecih sinis. "Jangan bermimpi!"
"Kalau begitu lepaskan! Annara bukan milikmu!"
"Dia milikku!"
Bertepatan dengan itu Jetro masuk dengan beberapa bodyguard dan langsung mengamankan Justin yang meronta dan memaki-maki Galen serta bersumpah akan membawa Annara pergi dan menikahkannya dengan pria baik-baik, tak seperti Galen yang kejam dan tak punya hati seperti iblis.
Galen melonggarkan dasinya yang terasa begitu mencekik. Sial sekali, emosinya langsung terpancing mau dengar kata-kata pria itu yang ingin mengambil Annara darinya.
Tidak bisa! Annara miliknya! Wanita itu sendiri yang menyerahkan diri padanya.
Sesaat setelah Jetro mengamankan Justin, pria itu kembali masuk dan memberikan sebuah informasi.
"Nona Annara dan Rey sedang makan malam bersama di Stars Restauran!" Pria itu meletakkan tabletnya yang menampilkan sebuah foto kebersamaan Rey dan Annara seperti yang dilaporkannya.
Senyum sinis terukir di wajah pria itu. "Romantic Dinner di restoran keluarganya sendiri. Apa bocah itu sedang ingin menunjukkan betapa kayanya dia?"
"Dia sudah kembali ke rumah keluarganya dan mulai belajar bisnis seperti permintaan orang tuanya."
"Anak yang berbakti." Galen meletakkan tablet itu di atas meja.
"Siapkan mobil! Aku ingin melihat langsung pertunjukan ini."
"Baik, Bos!"
Di lain tempat, Annara sedang menatap Rey dengan penuh rasa heran karena penampilan laki-laki itu sungguh jauh berbeda dari biasanya.
"Kamu ... sudah berbaikan dengan orang tuamu?" tanya wanita itu memecah keheningan di antara mereka.
Rey tersenyum dan menarik napas sebelum menjawab, sangat terlihat jelas bahwa dia sedang dilanda rasa gugup. "Iya, Annara. Aku sudah kembali ke rumah karena permintaan Mami di hari ulang tahunnya."
"Oh, okay. But, Annara?" Wanita itu tak bermaksud apapun hanya saja ia merasa semakin bingung karena Rey juga mengganti panggilan untuknya yang biasanya selalu dengan embel-embel 'Mba'.
"Ya. Tidak masalah kan kalau aku memanggil seperti itu?"
Annara tersenyum tipis meski tampak sedikit kaku. "Nggak masalah," sahutnya.
"Annara, sebenarnya ada yang mau aku omongin tentang perasaan aku ke kamu selama ini," ujar Rey lugas.
Wanita yang ditatap dengan penuh tekat oleh laki-laki itu mulai merasa tidak nyaman karena merasa apa yang disampaikan oleh Rey kali ini akan membuat suasana canggung.
"Aku suka kamu, Annara. Aku mau menikah dengan kamu."
Annara menahan napas, sejenak memberi waktu kepada otaknya untuk berpikir dan mencerna situasi apa yang sedang terjadi saat ini dan jawaban apa yang harus diberikan kepada laki-laki di hadapannya itu.
Namun, belum sempat sepatah kata pun keluar dari mulut Annara, sebuah tinjuan melayang tepat mengenai rahang Rey yang kini jatuh terpental akibat serangan yang tak diduganya.
Jetro yang melihat pemandangan itu dari kejauhan berdecak pelan. "Orang yang tadi katanya hanya ingin menonton kini malah menjadi pemeran utama," gerutunya.
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch Me Like You Do
RomanceGalen Arsenio begitu murka saat mengetahui bahwa kekasihnya berselingkuh hingga berbadan dua dan harus menikah dengan seorang pria bernama Justin Adrian. Pria keturunan Arsenio itu sudah menyusun berbagai macam rencana untuk menghancurkan keduanya...