TMLYD 26

1.5K 139 9
                                    

"Apa yang terjadi?" Galen bertanya untuk yang ketiga kali sejak mereka sampai di dalam penthouse yang kini mereka tinggali bersama dan ia belum merasa puas dengan jawaban yang Annara berikan.

Wanita itu yang semula sedang mengaduk makanannya dengan tak berselera kini mendongak dan menatap Galen dengan wajah bimbang.

"Katakan!" ujar pria itu tegas.

Annara menarik napas panjang sembari menegakkan punggung. "Apa aku boleh meminjam uangmu?" tanyanya pelan.

Galen menaikkan satu alis bertanya. "Mereka juga membawa kabar uangmu?" tebak pria itu.

Tak ada yang perlu Annara tutup-tutupi sehingga ia hanya menggangguk kecil sebagai jawaban.

"Berapa kamu perlu?"

Annara mendongak, seolah tak terlalu mempercayai apa yang didengarnya.

"Boleh?" tanya wanita itu untuk memastikan.

Galen menarik sebelah sudut bibirnya. "Kenapa tidak? Aku bahkan bisa memberikannya cuma-cuma untukmu."

"Oh, tidak-tidak! Aku akan mengembalikannya kepadamu."

Galen mengangkat bahu santai. "Terserahmu," katanya.

"Kamu tidak bertanya untuk apa?" tukas wanita itu heran.

Tawa Galen terdengar renyah. "Aku bisa tahu apapun yang akan kamu lakukan. Kamu tidak lupa itu kan?"

Oh, benar sekali. Annara melupakan hal itu Dan malah mempercayakan hal konyol yang jelas terasa lucu bagi pria itu.

"Jadi, apa kamu bisa mentransfernya besok untukku? Kebetulan aku butuh besok untuk membayar sewa rumah yang akan kugunakan bersama tim untuk urusan pekerjaan," pinta Annara disertai penjelasan singkat wanita itu.

"Aku sudah mengirimkannya. Silahkan di cek," ujar Galen enteng.

Annara melirik ponsel di tangan Galen, dan ia tak menyangka pria itu bergerak cepat sebelum Annara minta.

Wanita itu membuka akun miliknya dan ia menggeleng pelan sebelum berkata. "Ini terlalu banyak. Aku hanya perlu lima puluh juta, bukan lima ratus."

"Itu untukmu."

Annara melotot tak percaya. "No. Aku akan mengembalikan sisanya padamu."

"Biarkan di sana, Annara!"

"Tapi aku ...."

"Kamu tidak akan bisa membantahku. Okay?"

Wanita itu menghembuskan napas kasar. Kenapa pria itu selalu berlaku semaunya.

"Kamu tidak meminta oleh-oleh dariku?" tanya pria itu tiba-tiba.

"Ha? Memangnya ada?" Annara melirik ke kanan dan kiri, mencari tanda-tanda keberadaan oleh-oleh untuknya.

Galen mengedikkan bahu santai. "Ada di kamarku."

"Apa itu?" tanyanya penasaran.

Galen berdiri dan membawa piring kotornya menuju wastafel untuk dicuci.

"Biar aku saja," cegah Annara langsung.

Pria itu melirik Annara yang menyusulnya dengan piring dan gelas di tangan. "Silahkan," ujarnya yang memilih menyandarkan tubuh di dinding dan melipat kedua tangan di dada, siap mengawasi Annara.

"Do you miss me?" tanya pria itu tiba-tiba. Bahkan membuat gelas di tangan Annara hampir tergelincir.

"Ap ... Apa?" Annara seolah kehabisan kata-kata. Apalagi saat pria itu berjalan mendekat dan berhenti tepat di samping Annara.

Touch Me Like You DoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang